Mohon tunggu...
trimanto ngaderi
trimanto ngaderi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Pendamping Sosial diKementerian Sosial RI;

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena "Pengakuan Dosa" di Podcast YouTube

27 September 2022   07:52 Diperbarui: 27 September 2022   08:15 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FENOMENA "PENGAKUAN DOSA" DI PODCAST YOUTUBE

Berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Waktu itu saya mengetik kata "pijat" di pencarian YouTube. Muncullah konten-konten yang berhubungan dengan kata tersebut. 

Saya tertarik kepada salah satu konten bertema sebuah pengakuan seorang tukang pijat pria di Arab Saudi. Dari menyimak konten itulah, akhirnya saya mencoba mencari lebih banyak lagi.

Channel yang menyajikan tayangan tersebut cukup banyak, termasuk channel yang diampu oleh beberapa artis terkenal. Tak ayal, channel itu memiliki ribuan subscribers. Like maupun comment pun berjumlah ribuan. Terlepas dari fungsi menghibur dan (kemungkinan) ada settingan tertentu, setidaknya kita akan mendapat informasi penting dan berharga terutama perihal dunia prostitusi. 

Lebih dari itu, kita akan dibuat terkejut dan melongo terhadap hal-hal yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.


Sebuah Pengakuan Dosa

Ada pengakuan dari mereka yang masuk kategori orang normal. Ada pula pengakuan dari mereka yang masuk kategori LGBT. Ada pengakuan dari mereka yang masih single. Ada juga pengakuan dari mereka yang sudah berkeluarga. Ada pengakuan yang ruang geraknya hanya lokal. Ada pula pengakuan yang ruang geraknya hingga mancanegara.

Jika awalnya saya hanya mengenal sebuah hubungan intim yang lazim dilakukan oleh pasangan suami-isteri (intercouse). Di sini kita akan mengenal varian yang lebih banyak lagi. Ada anal seks bagi pasangan sejenis (gay). Ada permainan seks dengan banyak orang (orgy sex). 

Ada hubungan seks yang didahului dengan penyiksaan dan kekerasan (sado-masochism). Ada pula yang melayani pasutri, sehingga hubungan intim yang dilakukan disaksikan oleh salah satu pasangannya. Ada juga yang mesti menggunakan kostum atau benda-benda tertentu.

Menurut beberapa pengakuan, ada seorang gay yang selain melayani sesama jenis, ia juga melayani orang normal (straight). Bahkan dia mengaku pernah melayani seorang pilot yang punya empat istri. Yang menarik, ada seorang ayah yang gay meraba-raba anak tirinya yang lelaki. 

Lebih heboh lagi, ada yang pernah diminta melayani seorang perempuan muda yang terkena stroke, sudah lama dirawat di RS dan tubuhnya kurus hingga tinggal tulang. Dan masih banyak lagi.

Pengakuan berikutnya adalah menjadi simpanan. Biasanya kita hanya mengenal istri simpanan. Di sini beda lagi. Cerita seorang gay yang menjadi simpanan koko-koko cukup banyak. Konon, para koko ini biarpun sudah punya anak-istri, biasanya memiliki simpanan lelaki muda. 

Perlakuan si koko terhadap simpanannya layaknya kepada istrinya sendiri. Ia rela memberikan "nafkah" bulanan yang lumayan besar, termasuk memberikan berbagai fasilitas seperti apartemen/rumah, kendaraan, handphone, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Seks Tanpa Gender

Dari berbagai pengakuan di atas, satu hal yang ingin saya garisbawahi adalah kini hubungan seks tidak hanya berlaku bagi pasangan yang berbeda jenis, akan tetapi berlaku juga bagi pasangan yang sesama jenis, termasuk varian di antara keduanya. Seks tak lagi mengenal jenis kelamin (gender), yang penting suka sama suka, yang penting mau sama mau. Ibarat kata, "kamu mau bayar, aku siap melakukan apapun yang kamu minta".

Kalau tadinya kita berpikir dan meyakini bahwa secara kodrati gender itu hanya ada dua macam, yaitu laki-laki dan perempuan, pun hubungan intim hanya terjadi antara keduanya. Namun, kini kita tidak bisa memungkiri realita bahwa hubungan seks bisa dilakukan oleh beda jenis, sesama jenis, dan varian keduanya. 

Sekiranya hubungan sesama jenis masih bisa kita maklumi, jenis seks tanpa gender tersebut sepertinya lebih kepada faktor uang (materi), sekalipun sebenarnya hati nurani mereka menolaknya.

 

Kemudahan Teknologi

Kalau dulu untuk melakukan kencan harus mendatangi tempat lokalisasi. Atau para Pekerja Seks Komersial (PSK) mesti nampang di dekat terminal bus, stasiun KA, atau trotoar jalan protokol. Kemudian di era internet, transaksi kencan dilakukan melalui fitur chatting MIRC, YM, Skype, dll. Selanjutnya diikuti era pager dan handphone dengan fitur sederhana (call, SMS).

Kini di era digital, via smartphone, komunikasi bisa berlangsung SAAT INI dan DI SINI. Komunikasi juga berlangsung secara privat dan person to person. Pemberi jasa maupun pencari jasa bisa melakukan transaksi kencan dengan cepat dan mudah. Setiap orang bisa menjual jasa secara pribadi tanpa harus melalui perantara (mucikari, germo, pengasuh). Atau dengan istilah lain: prostitusi online.

Sekarang ini lagi tren istilah Booking Out (BO). Via media sosial atau aplikasi tertentu, mereka bisa menawarkan jasa. Para calon pelanggan pun bisa memiliki banyak pilihan dari mulai tipe orang, jenis kelamin, tarif, lokasi, jenis pelayanan, dan sebagainya. Termasuk pula kemudahan dalam pembayaran dengan memanfaatkan teknologi fintech. Intinya mencari jenis jasa yang kita inginkan, semudah sentuhan jari.

Membuka Identitas

Di zaman yang semakin terbuka ini, mereka yang terlibat di dunia prostitusi pun semakin membuka diri juga. Para narasumber di podcast YouTube pun tak segan menunjukkan identitasnya secara jelas dan terang-terangan, tanpa merasa malu atau takut lagi. Walaupun sebagian yang lain masih menggunakan penutup muka (topeng), menggunakan masker dan topi.

Hal ini juga dipengaruhi oleh sikap orang masa kini yang skeptis dan masa bodoh. Orang tak begitu peduli dengan apa yang diperbuat oleh orang lain. Orang lebih sibuk memikirikan diri sendiri dan tak mau memperhatikan urusan orang lain. Lu lu -- gue gue. Sebaliknya, para pelaku prostitusi sendiri juga merasa ngapain pula mendengarkan omongan orang lain, toh mereka tidak mengganggu orang lain, tidak pula merugikan orang lain.  

Membuka identitas bagi mereka juga bukan perkara mudah. Dibutuhkan kesiapan mental dan psikologis. Terlebih di negeri yang masih sangat kuat menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan norma susila. Tidak sedikit dari mereka yang masih sering mendapatkan cacian, celaan, makian, hujatan, bahkan isolasi sosial.

Lebih jauh lagi, dari sisi ekonomis, membuka identitas justeru bisa jadi malah sesuatu yang disengaja. Siapa tahu dengan menjadi narasumber di podcast, ia semakin terkenal dan semakin banyak order. Apalagi ia masih muda, ganteng atau cantik, dan punya beberapa kelebihan lainnya. 

Termasuk ia menceritakan pernah diorder beberapa artis terkenal tertentu, akan bisa menambah nilai jual. Tidak harus kehilangan waktu atau biaya untuk promosi, sudah ada yang mempromosikan secara gratis dan massal lho, hehe...

***

Akhir kata, dari tulisan di atas, kita tidak hendak untuk melakukan justifikasi kepada siapapun. Setiap orang memiliki pilihan hidup masing-masing, dan tentunya dengan konsekuensi masing-masing pula. 

Kita tak pernah tahu akhir dari kehidupan seseorang. Bisa jadi saat ini mereka masih tenggelam dalam lautan gelap dosa, akan tetapi siapa tahu besok atau lusa, mereka berhenti secara total dan berubah menjadi baik, bahkan lebih baik lagi daripada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun