RAMADHAN: PROSES PENYUCIAN DIRI ATAU SEKEDAR TRADISI
Beragam cara orang dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Beragam pula aktivitas seseorang dalam menjalani dan mengisi bulan kemuliaan ini. Namun, setidaknya ada dua golongan manusia dalam menyikapi setiap kali Ramadhan datang:
Golongan Pertama
Golongan ini adalah mereka yang sudah lama menanti-nanti datangnya bulan Ramadhan. Mereka penuh semangat dalam menyambut bulan suci dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Mempersiapkan diri dalam hal fisik, hati, mental, termasuk juga persiapan materi (uang).
Mereka mengisi bulan Ramadhan dengan bersungguh-sungguh. Mulai dari shalat Tarawih, tadarus dan tadabbur Al Qur'an, qiyamul lail, dzikir dan doa, infaq dan sedekah, mengikuti kajian, itikat di 10 hari terakhir Ramadhan, dan berbagai amal saleh lainnya.
Puasanya pun tidak hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum, tapi juga menahan diri dari berbagai hal yang bisa membatalkan pahala puasa dan mengurangi nilai puasa. Lidahnya menahan diri dari berkata dusta, ghibah, atau ucapan yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Tangannya pun menahan diri dari perbuatan tercela, seperti menzalimi orang lain, berbuat curang, menulis di media sosial yang mengandung provokasi, berita bohong, atau memposting konten yang tak pantas.
Teliganya juga dijaga dari mendengar gosip, ghibah, atau obrolan tidak bermanfaat. Penglihatannya dijaga dari melihat yang diharamkan: melihat lawan jenis dengan syahwat, melihat pornografi, dan berbagai postingan di media sosial yang tidak bermanfaat. Ta lupa juga menjaga hati dari iri dengki, kebencian, kemarahan, dan perasaan negatif lainnya.
Waktunya benar-benar dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk melakukan ibadah kepada Allah dan amal saleh kepada sesama manusia. Tidak ada waktu dibiarkan berlalu tanpa diisi dengan kebaikan. Mereka merasa, Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbanyak ibadah dan beramal saleh. Kesempatan untuk bertaubat dan memperbanyak istighfar. Momen untuk bermuhasabah dan memperbaiki diri. Waktu untuk merenung (tafakkur) dan berkontemplasi (dari mana kita berasal, untuk apa diciptakan, dan ke mana setelah mati).
Tak ketinggalan juga, Ramadhan sebagai sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Sebagai sarana untuk men-charge energi spiritual untuk digunakan dalam menghadapi kehidupan setahun yang akan datang.
Dan yang terpenting adalah di bulan Ramadhan ini mereka tidak hanya sekedar mengejar kuantitas ibadah, tapi juga meningkatkan kualitas. Tidak hanya sekedar seremonial ibadah semata, tapi berusaha melakukan penghayatan dan pemaknaan.