Mohon tunggu...
trimanto ngaderi
trimanto ngaderi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Pendamping Sosial diKementerian Sosial RI;

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tersihir oleh Tren Keladi (Caladium)

13 Februari 2021   20:11 Diperbarui: 13 Februari 2021   20:21 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, pada awalnya tanaman keladi (Caladium) adalah tumbuhan biasa, bahkan saya anggap sesuatu yang tak berguna. Ia biasa tumbuh liar di pekarangan rumah, kebun, ladang, di pinggir jalan/selokan, di sekitar sungai, dan tempat lainnya. Waktu itu, sebagian kecil orang memang sengaja menanam keladi di pekarangan depan rumah.

Mendadak -- terutama via media sosial (medsos) -- keladi menjadi tren luar biasa. Orang-orang pada membicarakannya, memposting status tentangnya, membuat story, termasuk mengunggah video caladium. Dari medsos pula, saya jadi tahu bahwa keladi jenis dan variannya cukup banyak, hingga saya kesulitan untuk menghafal nama-nama per jenisnya. Ditambah lagi jenis keladi yang berasal dari luar Pulau Jawa, bahkan impor. Juga ada jenis keladi varigata dan keladi hasil persambungan atau kawin silang.

Mendadak pula, saya menjadi begitu tertarik (baca: tersihir) dengan caladium. Melihat daunnya berwarna-warni, dengan berbagai corak dan motif. Tidak hanya saya, bahkan begitu banyak orang yang tiba-tiba tergila-gila dengan keladi. Yang terjadi kemudian adalah orang mulai berlomba-lomba mencari (membeli) keladi, terutama keladi dengan corak-motif yang khas dan atau langka. Perburuan pun dimulai.

Adanya peminat keladi yang luar biasa banyak, sedangkan jumlah keladi yang tersedia masih sedikit, maka sesuai hukum ekonomi, harganya meroket sangat tinggi. Harga keladi bisa mencapai ratusan ribu rupiah, lebih mahal daripada harga pakaian atau pesawat radio. Inilah saat dimana para pemilik keladi maupun pedagang keladi meraup untung besar.

Tanaman liar yang tadinya dianggap tak berguna, kini naik kelas, naik pangkat, naik derajat.  Naik maqam bahasa Arabnya, hehehe... dari yang tadinya berada di kebun atau di hutan; kini berpindah ke teras-teras rumah, ruang-ruang kantor, bahkan masuk ke mal-mal. Keladi telah berubah menjadi intan berlian, berubah menjadi emas permata.

Bagi mereka yang tak punya cukup uang untuk membeli keladi, mereka melakukan perburuan dengan mencari ke kebun-kebun, sungai, bahkan ke hutan. Atau ada pula yang meminta kepada tetangga, teman, atau kenalan. Mereka yang membeli keladi maupun yang mencari, ada yang hanya untuk koleksi pribadi, ada pula yang ingin dijual lagi.

Akhir Sebuah Cerita

Melihat peluang usaha keladi yang begitu menggiurkan, sebagian orang melakukan pembibitan atau perbanyakan secara besar-besaran. Para pemilik keladi semakin banyak, pun jumlah keladi yang beredar di pasaran kian menjamur. Kini, di mana-mana kita jumpai orang menjual keladi baik di kios biasa maupun toko online. Harga menjadi bersaing ketat. Orang tak lagi bisa menjual dengan harga tinggi, karena pembeli pun sudah tahu toko yang menjual murah. Keladi-keladi yang tadinya berharga ratusan ribu, kini bisa dibeli hanya dengan harga puluhan ribu rupiah saja. Walaupun ada beberapa jenis keladi yang tetap berharga tinggi karena masih terbilang langka.

Tren biasanya memang tak berlangsung lama. Salah satu faktor caladium menjadi tren adalah masa pandemi yang mengakibatkan orang banyak berada di rumah, dan mereka memanfaatkan waktu luang dengan berkebun atau menanam tanaman hias. Faktor lain adalah postingan di medsos yang membuat keladi menjadi booming.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun