Jokowi dikenal sebagai sosok pendiam dan selalu mengalah, konon demi menghindari pertengkaran. Dalam karir politiknya di Jakarta pun, sifat ini dilanjutkannya. Oleh lawan-lawanya, pipi kirinya ditampar ia diam. Pipi kanan ditampar juga, masih didiamkannya. Ia dicela dan direndahkan, namun ditanggapinya dengan enteng “ Saya sudah biasa diejek-ejek.” Karena ternyata dengan cara itu, ia sukses sebagai Walikota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta. Bahkan APBD DKI Jakarta 2014 menembus angka Rp 72 triliun.
Tidak ada catatan prestasi dalam sejarahnya sebagai pelajar atau mahasiswa, kecuali istrinya, Iriana, mengatakannya selalu juara kelas. Ia disebut sebagai “Satrio Piningit” oleh masyarakat Semeru dan Klaten. Di Aceh, akademisi menyamakannya dengan Imam Mahdi. Nama Jokowi juga masuk dalam 50 Pemimpin Berpengaruh Dunia, pengharagaan KPK, kandidat Walikota terbaik dunia, medali sebagai pelestari kota tua, 10 Tokoh Muda Bersinar 2014, Men’s Obsession 2014.
Hasil karya tangannya di DKI Jakarta juga telah membuktikan buah dari ‘pohon’ yang ditanamnya dari ketekunan, kerja keras dan kerendahan hatinya, diantaranya revitalisasi Waduk Pluit, MRT tersebut sebagai salah satu proyek terbaik dunia, rupiah dan ISHG meningkat setelah pencapresannya diumumkan 14 Maret 2014. Kemudian orang meramaikannya dengan istilah Jokowi Effect.
Setelah dalam pileg 9 April 2014 lalu, PDIP meraih sebanyak 19% plus, lebih rendah dari harapan mereka untuk bisa lolos electoral treshold, maka Survei berani berbicara PDIP pimpin elektabilitas karena figur Jokowi. Di tempat lain, pengamat menyebutkan Mega dan Puan dominasi ruang publik, sebagai penyebab Jokowi Effect minimal. Bahkan elektabilitas Jokowi turun ditakar karena banyak kebijakan di DKI gagal. Maka Jokowi dengan nada datarnya memberi tanggapan:” PDIP sudah juara satu, kok masih ribut aja.”
Pro-kontra terhadap figur Jokowi, serta prestasi dan kegagalannya tak habis-habis digunjingkan orang. Bahkan oleh media sekalipun. Mereka rajin mengirim kuli tinta dan nyamuk pers di depan pintu gerbang Balai Kota DKI Jakarta, sambil menunggu Jokowi keluar kantor untuk memberi pernyataan. Dengan situasi ini, Jokowi tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membuat berita. Apalagi, ia mengaku tak punya uang, koran & TV untuk pencitraan. Karena itu, pengamat mengomentarinya dengan: “Berbahaya kalau media ikut puja-puji Jokowi.” Bahkan diantara mereka juga memanas-manasi internal PDIP dengan mengatakan: “PDIP terkena candu Jokowi.”
Pro-kontra terhadap prestasi dan kegagalan Jokowi di atas, dimuat di media hanya sebatas hasil wawancara. Atau diambil esktraknya dari berbagai survei. Kalau pengamat mungkin, diantaranya, melemparkan pandangangannya dari visi (penerawangan).
Tak adakah seseorang berani melakukan audit terhadap Jokowi? Jawabnya: Ada.
Sebuah kegiatan assessment (audit) yang disebut sebagai Stakeholders-Based Assessment telah dilakukan pada Jokowi. Assessment tersebut fokus pada Good Corporate Governance yang dilakukan oleh Jokowi tatkala menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan sekaligus merangkap sebagai capres dari PDIP.
JOKOWI’s REPORT, itulah nama hasil assessment tersebut. Tentu saja bukan pekerjaan mudah untuk melakukan assessment corporate governance (tatakelola perusahaan) tersebut. Namun telah dilakukan dan hasilnya sudah disampaikan kepada Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta.
Unsur-unsur yang dinilai dalam assessment terhadap corporate governance yang dijalani oleh Jokowi meliputi bidang-bidang prinsip, diantarnya komunikasi, kebijakan (policy), manajemen prestasi, pengelolaan laporan, etika, kepemimpinan dan kepatuhan (compliance).
Secara singkat hasil dari assessment yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 itu menyimpulkan bahwa rapor Corporate Governance Jokowi adalah 90,77 (dari skala 100), alias excellent!
Tentu rapor ini membuat masyarakat penasaran. Dari mana dan bagaimana cara melakukan penilaiannya. Secara etika profesi, hasil assessment adalah rahasia (classified). Jadi hanya Jokowi yang tahu. Tidak ada salahnya, masyarakat mencari tahu langsung dari Jokowi. Siapa tahu Jokowi bersedia membeberkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H