Mohon tunggu...
Tri Junarso
Tri Junarso Mohon Tunggu... Self-employed -

(1) Consultant (2) Books Writer: Corporate Governance; 7th Principle of Success; Leadership Greatness; Effective Leader; HR Leader - www.amazon.com/s?ie=UTF8&page=1&rh... (3) Software Developer (4) Assessor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Tidak Jujur?

14 April 2014   00:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk mengetahui jujur tidaknya Jokowi, Anda perlu menyimak hasil Stakeholder-Based Assessment on Corporate Governance terhadap Jokowi. Laporan tersebut berjudul "JOKOWI's REPORT" (Rapor Jokowi), dan sudah diserahkan oleh assessor kepada Jokowi secara pribadi, di depan Balai Kota DKI Jakarta, tanggal 10 April 2014.

Dalam hal kesejatian/kebenaran (trueness), Jokowi tak terbantahkan. Ia seorang yang genuine, authentic, tidak dibuat-buat, apa adanya.

Ia identik dengan Barack Obama, Presiden Amerika Serikat, seorang yang juga genuine, authentic. Dalam kampanye pencapresannya di masa lalu, ia tidak menolak bahwa ia seorang keturunan ras kulit hitam. “Obama and his campaign always stated that while Obama's father was black, his mother was white. Many people claim that because he's mixed, he's not truly black, but the campaign answered that by saying that he identifies as a black man and therefore is black.” (ask.com)

Jokowi seorang yang rendah hati. Ia berani mengatakan sebagai: “Wajah saya memang jelek. Saya itu ndeso.” Kerendahan hati seperti itu, jarang dimiliki oleh pemimpin Indonesia.

Dia juga menunjukkan kenegarawanannya, tatkala direndahkan. Tanpa dendam, tanpa sakit hati, dan memaafkan lawan-lawannya. “Saya sudah biasa diejek-ejek,” katanya, tanpa menyebut nama-nama pengejeknya. Bahkan dia cuek ada stasiun tv memberitakan secara negatif soal dirinya.

Kesederhanaan itulah yang jadi modal Jokowi sehingga mampu memikat hati rakyat. Dengan kesederhanaannya itu, maka dia dekat dengan rakyat jelata. Pengamat menyebut: “Daya tarik utama Jokowi adalah memiliki empati sosial.”

Indonesia memiliki banyak pemimpin elit, namun sedikit di antara mereka yang mau berbaur dengan wong cilik sesungguhnya. Mereka bicara sebagai kepanjangan lidah wong cilik, namun tempat duduk dan tinggal mereka ada di kawasan elit. Begitu juga tatkala para caleg dan capres makan di restoran dan (maaf) lupa bayar, Jokowi makan terong & ikan kembung di warteg, bayarnya dengan cara saweran.

Jokowi pun juga mengajak wartawan hujan-hujanan, demi bisa blusukan ke tempat rakyatnya berada. Ia seorang pekerja keras, seorang yang pantang mundur karena tantangan dan halangan. Karena dia merasa sebagai abdi mereka. Manakala banyak orang menyebut dia sebagai boneka dari seniornya, namun justru dia menanggapinya dengan: “Saya boneka rakyat.”

Jujurkah Jokowi? Dari hasil Stakeholders-Based Assessment yang dilakukan antara bulan Februari - Maret 2014 ini, tingkat kejujuran, integritas, keterbukaan, dan kerja kerasnya, ia mendapat nilai 92.2 (dari skala 100). Excellent!

Ia jelas seorang yang bisa dipercaya, karena jujur. Ia adalah pribadi yang sederhana, tidak neko-neko (macam-macam). Ibaratnya, tatkala Anda percayakan sekarung uang padanya, sementara Anda pergi ke luar negeri dalam kurun waktu lama, maka uang itu masih utuh tatkala Anda kembali untuk mengambilnya. Jamur pun mungkin enggan bersarang di permukaan uang itu. Karena Jokowi memelihara kepercayaan/amanah.

Namun begitu beberapa hal yang perlu ditingkatkan (improvement) oleh Jokowi terutama berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin (pemerintahan). Adalah tertangkap radar wartawan ucapan Jokowi: “Acara TV yang bisa memberi pendidikan yang mana sih?” AtauJokowi mengakui anak buahnya belum ada yang bisa bekerja cepat. Atau di saat berbeda dia berbicara ke media bahwa ia belum terima laporan dari Inspektorat soal bus TransJakarta.

Dalam ketiga contoh temuan di atas, Jokowi sebaiknya mengambil tanggung jawab bawahannya sebagai bagian tanggung jawabnya sebagai pemimpin mereka. Maka ia harus mengambil langkah-langkah terukur untuk meningkatkan pendidikan formal, non-formal dan lewat media. Atau membuat program pengembangan Human Capital Pemprov DKI Jakarta dan rencana suksesi dalam organisasi. Atau Inspektorat perlu sentuhan tangan bajanya untuk melakukan transformasi, sehingga hasil audit mereka bisa segera dilaporkan kepada masyarakat.


*) artikel lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun