Mohon tunggu...
Tri Junarso
Tri Junarso Mohon Tunggu... Self-employed -

(1) Consultant (2) Books Writer: Corporate Governance; 7th Principle of Success; Leadership Greatness; Effective Leader; HR Leader - www.amazon.com/s?ie=UTF8&page=1&rh... (3) Software Developer (4) Assessor

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Minta Maafnya (Mungkin Basa) Basi

3 Agustus 2014   06:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:33 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak kisah tentang minta maaf di negeri ini, apalagi jika dikaitkan dengan karakter seorang pemimpin, yang konon mesti rendah hati (humble) dan jadi contoh bagi pengikutnya. Beberapa pemimpin di negeri ini, dalam minta maafnya bisa digolongkan menjadi (1). Sangat mudah minta maaf, rekornya dipegang oleh Presiden SBY, (2). Meminta maaf langsung atas kesalahnnya sendiri, dilakukan oleh Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (Romi), (3). Minta maaf atas kesalahan orang lain, dipegang oleh Tifatul Sembiring, (4). Minta maaf sekalipun tidak tahu apa kesalahan yang telah dilakukannya, rekornya dipegang oleh Jokowi, (5). Minta maaf atas kesalahan anak buah dan siap bertanggung jawab terhadap kesalahan prajuritnya, dipegang oleh Djoko Suyanto, Menkopolhukam, (6). Meminta maaf atas kesalahan bawahannya, tapi tidak mengambil tanggung jawab atas kesalahan tersebut, dilakukan oleh Prabowo, (7). Pelit minta maaf, dipegang rekornya oleh Megawati Soekarnoputri, (8). Tidak perlu minta maaf karena tidak merasa bersalah, dilakukan oleh Mahfud MD, (9). Tidak perlu minta maaf tetapi berterima kasih karena disalahkan, itulah Jenderal Wiranto, dan (10) Tidak minta maaf sekalipun jelas-jelas melakukan kesalahan, rekornya dipegang oleh Fahri Hamzah, Wasekjen PKS.

Menkominfo Tifatul Sembiring menyampaikan di akun twitternya @tifsembiring sebagai: "Soal ungkapan 'sinting' dari Fahri Hamzah, saya juga tidak setuju. Itu ungkapan yang kurang pantas." "Kalau belum ada tokoh PKS yang minta maaf, maka saya Tifatul Sembiring atas nama PKS mohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang tersinggung dengan ungkapan tersebut," kata Tifatul lewat twitternya, Jumat tanggal 1 Agustus 2014. Menurut Tifatul, PKS akan mencoba menasihati Fahri Hamzah.

Penulis berkesimpulan permintaan maaf ini ‘tidak serius,’ karena dilakukan di akun twitter-nya, padahal masalahnya sudah mencapai eskalasi sangat tinggi. Eskalasi kemarahan para santri dan umat islam umumnya akibat kesalahan Fahri ini, merupakan salah satu sebab mengapa Prabowo-Hatta kalah. Sekalipun ucapan Tif, panggilan singkat Tifatul Sembiring, mengimbangi cuitan Fahri yang juga lewat twitter. Sebagai seorang yang terhormat, seharusnya dia minta maaf langsung atau terbuka (melalui konferensi pers) kepada rakyat, umat islam, ulama, dan para santri. Dia tampaknya belum sensitif dalam melakukan assessment terhadap criticallity kasus ‘sintingnya’ Fahri Hamzah. Beberapa orang menyebut permintaan maaf Tif terlambat dan basi. Karena sudah lama dan telah memakan 'korban, elektabilitasnya Prabowo.'

Terlebih, secara naif katanya: “Kalau belum ada tokoh PKS yang minta maaf..” Disebut naif, karena mengindikasikan, dia tidak baca media, serta tidak berkomunikasi dengan elite tinggi di tubuh PKS. Padahal dia mantan presiden PKS.

Tambah mengherankan (lucu), dia bicara: “Akan mencoba menasihati Fahri Hamzah.” Jelas sekali ucapan maaf ini tidak tulus dan ‘panggang jauh dari api.’ Serta tidak ada niat baik dan urgensi dari pengurus PKS untuk memperbaiki situasi. Kata 'akan,' artinya selama ini sengaja dilakukan pembiaran atas kesalahan yang tergolong fatal ini. 'Menasehati," artinya mereka 'setengah' setuju, tetapi kata itu tidak baik untuk diucapkan. Karena seharusnya, mereka menegur 'dengan keras' diucapkannya kata sinting yang membuat umat islam, santri dan ulama marah itu. Maka, sudah pasti mereka menjadi ‘beban berat’ bagi Prabowo-Hatta untuk menang pilpres 2014. Buktinya? Prabowo kalah dalam pilpres 2014, itu buktinya.

Timses Prabowo mula-mula yakin akan menang di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan ucapan 'sinting'nya Fahri itu, membuat para ulama, santri dan umat islam di kedua provinsi itu 'balik badan,' memilih Jokowi. Padahal kita tahu, setidak-tidaknya Jawa Timur adalah pendukung fanatik Mahfud MD, ketua timses Prabowo itu. Jokowi mengalahkan Prabowo dengan suara di Jawa Timur: Prabowo-Hatta 10.277.088 ; Jokowi-JK 11.669.313, dan di Jawa Tengah: Prabowo-Hatta 6.485.720; Jokowi-JK 12.959.540, lalu disusul Jakarta: Prabowo-Hatta 2.528.064 ; Jokowi-JK 2.859.894

Di luar semua itu, yang pantas diacungi jempol adalah pengorbanan Tif untuk minta maaf atas kesalahan yang tidak dilakukannya.

Djoko Suyanto, Menkopolhukam kabinet SBY mengaku siap bertanggungjawab atas kejadian pembubaran paksa massa pendukung Prabowo yang mencoba melewati kawat berduri di depan Patung Arjuna Wiwaha, Jakarta, menjelang putusan MK terkait sengketa pilpres 2014, tanggal 21 Agustus 2014

"Atas kejadian itu saya minta maaf ada yang terluka, dan mengalami ketidaknyaman. Anak-anak (maksudnya prajurit) di bawah sekedar melaksanakan tugas. Tanggung jawab ada di saya," tegas Sang Jenderal itu.

Sekalipun sama-sama tentara, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan capres Prabowo Subianto, meminta maaf atas segala kelakuan prajurit Kopassus selama bertugas di Aceh dengan caranya yang berbeda.

Karena permintaan maaf itu, dari Aceh muncul seruan untuk mendukung Prabowo Subianto. Ini disokong, dari atas podium ke podium, oleh mantan Panglima GAM yang kini menjabat Wagub Aceh, Muzakir Manaf, yang menyerukan agar masyarakat Aceh memilih Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia dalam pilpres 2014.

Prabowo ‘mengobrak-abrik’ Aceh, tetapi permintaan maafnya, menjadikan dirinya diidentikkan dengan Iskandar Muda, Sultan yang diakui membawa Aceh  ke puncak kegemilangan. Sejarah mencatat, pada era Iskandar Muda, Aceh ‘menjajah’ hingga ke Kedah, Johor, dan Pahang Malaysia.

Apapun kata orang, permintaan maaf Prabowo kepada masyarakat Aceh adalah strategi jitu Gerindra dan Partai Aceh menjelang pilpres 2014 itu. "Saya minta maaf atas kesalahan masa lalu, apalagi ketika itu saya masih aktif sebagai Panglima Kopassus. Bisa jadi, anak buah saya para prajurit yang bertugas di Aceh, ada kesalahan. Maka saya minta maaf," kata Prabowo Subianto di hadapan ribuan kader/simpatisan Partai Gerindra di Stadion Tunas Bangsa Lhokseumawe, Rabu tanggal 12 Maret 2014. Rakyat Aceh telah memaafkannya, dibuktikan dengan hasil rekapitulasi pilpres 2014 provinsi oleh KPU di Aceh, pasangan Jokowi-JK memperoleh suara 913,309 suara, sedangkan Prabowo-Hatta 1,089,290. Prabowo dinyatakan menang.

Ketua Umum Partai Hanura Wiranto kerap dituding terlibat dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), seperti kasus Aceh dan juga penculikan yang dilakukan tentara. Jenderal bintang empat itu mengaku aneh dituduh terlibat dalam kasus pelanggaran HAM, karena ia justru merupakan orang yang tidak setuju dan mengupayakan dihentikannya tindakan-tindakan tersebut. “Mereka itu semua jadi korban, baik TNI, GPK, maupun rakyat Aceh," ujar Wiranto di Jakarta, Rabu tanggal 31 Juli 2013. "Saya cabut DOM, dengan menarik pasukan yang bukan organik Aceh. Tapi saya disangka tokoh pelanggar HAM di Aceh, ya terima kasih," tambah Wiranto.

Presiden SBY, suka atau tidak suka, merupakan tokok paling rendah hati, paling mudah minta maaf, dan paling ikhlas memaafkan orang lain. Fahri Hamzah, Wasekjen PKS, tidak menampik kalau Susilo Bambang Yudhoyono meminta maaf kepadanya. Ini dilakukan setelah SBY sempat melayangkan somasi ke Fahri, melalui Palmer Situmorang, pengacara keluarga Cikeas. Sebab, Fahri menyatakan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas menikmati aliran duit dari korupsi proyek Hambalang.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum mengakhiri jabatannyapun meminta maaf dan berpamitan kepada Kepala Daerah se-Indonesia saat menghadiri  acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Hotel Bidakara, Jakarta. "Selama saya mengemban tugas jika ada yang tidak berkenan bagi saudara, saya mohon maaf sebesar-besarnya," pungkasnya.

Pada kesempatan lain, setelah sungkem, SBY juga sempat menyapa wartawan. "Minal aidin walfaizin ya. Maafin kita sekeluarga yah," kata SBY di kompleks Istana.

Sikap mudah minta maaf SBY ini mengundang reaksi Ahok, Wagubnya Jokowi: "Pak Presiden pidatonya bikin malu hehe, kayaknya gak hapal Indonesia? Saya ini di Bangka Belitung jadi Bupati juga sering kena asap dari Riau, tapi kan gak mesti menjilat dengan negara tetangga. Toh pada kenyataannya perusahaan yang membakar lahan sawit itu kebanyakan yang punya orang Malaysia juga, berarti sebenernya SBY gak perlu minta maaf.”

Sekalipun tidak melakukan kesalahan, Presiden terpilih Joko Widodo menyambangi Istana Negara Jakarta, Senin tanggal 28 Juli 2014, untuk bersilahturami dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyusul kedatangan Prabowo Subianto siang sebelumnya. "Cuma maaf-maafan langsung pulang," kata Jokowi.

Tersebutlah, seorang gentleman yang menjabat Sekjen DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yakni Romahurmuziy (Romi). Ia meminta maaf ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terkait dengan pernyataannya yang mengusulkan SBY menjadi cawapres di Pilpres 2014. Usulan ini memicu rasa tidak nyaman SBY. Ia menyatakan usulan tersebut tidak bermaksud mengolok-olok. Romi juga menyampaikan terima kasih atas tanggapan yang disampaikan Presiden SBY menyusul usulannya itu.



Presiden Megawati Soekarnoputri, tergolong paling pelit minta maaf, dan paling sulit ‘memberi maaf’ kepada lawan politiknya. Ia meminta maaf kepada anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dan seluruh rakyat Indonesia untuk kekurangan dan hal-hal yang belum terselesaikan selama tiga tahun pemerintahannya bersama Wakil Presiden Hamzah Haz. "Untuk kekurangan dan hal-hal yang belum terselesaikan itu, kepada Majelis yang terhormat dan kepada seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai, bersama-sama Saudara Wakil Presiden saya meminta maaf yang sebesar-besarnya," kata Megawati saat itu, dengan membawa-bawa nama wakilnya.

Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Mahfud MD ditengarai meminta maaf kepada keluarga Megawati Soekarnoputri, terkait ucapannya yang menyinggung bahwa masa Presiden Soekarno banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Namun dia menyanggahnya. "Saya nggak pernah minta maaf (ke keluarga Megawati)," ujar Mahfud Senin tanggal 23 Juni 2014. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menolak minta maaf lantaran dalam pidatonya itu tak menyebut Soekarno sebagai pelaku pelanggaran HAM.

Mulutmu adalah harimaumu, kata Dorce Gamalama suatu saat menanggapi penyakit Olga Syahputra yang sedang terbaring sakit di Singapura. Orang Jawa menyebutnya: “Ajining saliro marga saka lathi.” Artinya karakter seseorang ditunjukkan oleh kualitas ucapannya.


*) artikel lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun