Bandung, Selasa 17 Maret 2020.
Wacana penelitian Kina sebagai tanaman mengandung senyawa obat anti virus Corona (Covid-19), memberi nafas baru kondisi sekarat budidaya Kina di Perkebunan Bukit Unggul.
Berdiri di atas lahan 708 hektare milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII, kebun dan pabrik pengolahan Kina yang beroperasi sejak tahun 1927 terancam gulung tikar.
Saat penulis mengunjungi perkebunan Bukit Tunggul di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Minggu (15/3/2020), tak nampak aktivitas produksi di gedung pabrik pengolahan Kina.
"Kita hanya produksi sebulan sekali saja,"ucap Manager perkebunan Bukit Tunggul, Yanyan Cahyana di ruangan tamu kantor Bukit TunggulÂ
Sejak PTPN VIII menjadikan Kina sebagai komoditi penunjang dibawah komoditi utama Teh, Karet dan Sawit, produksi kebun Bukit Tunggul terjun bebas hanya mampu mengolah 5 ton tepung kulit kina.
Dari luas lahan konsesi 708 hektar, luas kebun yang ditanami Kina 683 hektar. Sisanya ada hutan lindung, bangunan kantor, mes pegawai, akses jalan dan gedung pabrik pengolahan Kina.
Pada masa jayanya, Bukit Tunggul bisa menanam 4.439.500 pohon dengan asumsi 6.500 pohon per hektar dan mampu menghasilkan 100 ton tepung Kina kering.
Namun hari ini, hanya tersisa 683.000 tegakkan atau hanya menyisakan 15% saja dari jumlah ideal 1.000 pohon per hektar.
"Sekarang hanya tersisa 15% saja dari jumlah ideal 6.500 pohon per hektar,"ungkap Yanyan.
Kurang diliriknya Kina sebagai komoditi utama oleh PTPN VIII berdasar beberapa pertimbangan, dari sisi bisnis perusahaan menilai budidaya Kina tergolong lambat maraup laba.