Mohon tunggu...
Tri Winarni
Tri Winarni Mohon Tunggu... -

i'm no beautiful i'm just beautiful me

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Melayani, Melindungi, dan Mengayomi Masyarakat, Katanya!

2 April 2014   17:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

Ya ya ya,saya pikir pertanyaan seperti itu telah banyak bertaburan sebelumnya. Dan pertanyaan saya tersebut menambah jumlah ketidak percayaan masayarakat pada bapak atau ibu penjaga dan penyelamat seluruh warga di Indonesia khususnya. Melayani, Melindungi, dan Mengayomi masyarakat, itulah semboyan kepolisian yang digadang-gadang akan selalu dilakukan dimanapun, kapanpun tidak pandang bulu entah itu permintaan bantuan dari kaum atas, tengah, maupun bawah. Tapi itu kan rencana, sebuah rencana belum tentu dilakukan lho jadi kita sebagai masyarakat jangan sampai kena korban PHP (pemberi harapan palsu) dari pakdan bu polisi tersebut. Sebelumnya ketika banyak sekali kabar dari media masa, kabar burung yang berterbangan tentang buruknya kinerja polisi pada saat itu yang bahkan bertahan sampai sekarang, respon saya ya biasa-biasa saja toh ya memang saya belum merasakan bagaimana acuhnya para pelindung masayarakat itu, dan saya pun gag percaya karena saya butuh bukti yang benar membuktikan kabar itu.

Setelah lama saya menunggu bukti itu pun muncul dan saya mengalaminya sendiri, cerita saya ini dimulai dari liburan panjang tanggal 29 Maret sampai 31 Maret. Saya dan teman-teman saya ber 6 sedang duduk dibangku mahasiswa sekarang, dan kami tinggal disebuah kontrakan yang terletak di perumahan baru yang lumayan kecil, hanya sekitar 20 rumah saja di dalam kontrakan itu. Saya, dan ketiga teman saya pulang kampung dan otomatis di dalam kontrakan hanya ada 2 orang saja. Setiap hari rumah kosong karena mereka berdua memang sedang ada kegiatan diluar, ya kami sadari pengamanan dalam kontrakan kami itu kurang begitu ketat, hanya dilengkapi dengan gembok gerbang yang gerbangnya sendiri lebih tinggi saya dari gerbang tersebut dan kunci biasa pada pintunya.

Kejadian yang mengenaskan tersebut terjadi pada hari Senin, 31 Maret 2014 pada saat kedua teman saya tersebut pergi mulai pagi dan baru kembali sekitar jam 12an siang, niatnya memang hanya pulang sebentar langsung berangkat lagi. Setelah itu teman saya yang lain datang di kontrakan tidak lama dari keberangkatan teman saya sebelumnya. Berarti sekitar jam setengah 1 siang dan tidak lama juga dikontrakan langsung berangkat lagi. Selang tidak lama, jam 2 siang teman saya berdua tiba dikontrakan dengan keadaan rumah yang sudah berantakan seperti habis kemalingan, ya kalo kayak gitu bukan seperti tapi memang kemalingan. Ohhhhh nnoooo, mereka berdua langsung heboh menghubungi saya yang sedang berlibur dirumah. Ya otomatis saya juga terkejut bukan main, hampir mau jantungan rasanya. Hhuuuhh, tidak menyangka kami menagalami kemalingan yang sebelumnya sudah kami antisispasi walaupun belum optimal. Cerita demi cerita masuk ketelinga saya tentang bagaimana kronologi kemalingan tersebut setelah saya tiba dikontrakan. Dan yang paling membuat kami jengkel justru bukan masalah kemalingan itu tapi ketika kedua teman saya melapor kepolisi dengan penuh semangat berharap kasus itu akan ditangani tapi inilah jawaban dari pak polisi yang baik hati itu. Percakapan pun dimulai……

Teman saya: “Permisi bapak, saya mau melapor kemalingan. Barusan rumah kontrakan kami kemalingan pak”.

Polisi baik hati:”apa?”.(dengan wajah meremehkan).”Apa aja yang ilang?”

Teman saya:”ada netbook, 2 kamera digital,uang pak.Trus bapak sama yang punya kontrakan disuruh datang kesana pak”.

Polisi baik hati:”apa?”.(muncul wajah meremehkan lagi dan seakan-akan tidak mendengar dan mengharap kata-kata teman saya tadi diulangi)

Teman saya:”Bapak sama yang punya kontrakan saya disuruh kesaba pak, ketempat kejadian perkaranya”.(saat itu teman saya sudah mulai jengkel gag karuan).

Polisi baik hati:”ooooooo”.(sambil berlalu pergi kedalam)

What?pelayanan yang simple apa itu tadi,itu tadi pelayanan atau apa ya?sempat syok terapi, diantara percaya dan tidak. Jangan-jangan itu tadi mimpi singkat ya?bisa jadi bisa jadi. Tidak lama kemudian ada seorang dan seorang lagi tidak berseragam polisi alias pakai baju biasa. Tambah bingung saja ini teman saya begitu juga saya yang di dongengin tentang hal itu. Bersama dengan kedua teman saya dua orang yang kataya polisi tadi berangkat menuju kontrakan kami. Ya bingung juga manggilnya, disebut polisi orangnya gag pakek seragam polisi tapi kalo gag disebut orang tadi keluar dari kantor polisi, galau kan jadinya.

Tara..tiba di TKP yaitu kontrakan kami. Dan coba tebak apa yang dilakukan kedua orang yang katanya polisi tadi, meminta teman saya menunjuk ke arah tempat letak barang yang hilang sebelumnya,kemudian difoto, jepret jepret jepret begitu seterusnya. Ya hanya itu, kedua orang tadi tidak banyak tanya bagaimana kejadiannnya,jam berapa, sama sekali tidak menunjukan rasa bela sungkawa pada kami. Seakan-akan mereka datang ke kontrakan hanya untuk membuat kami senang atau bahkan hanya untuk syarat saja. Setelah itu ya buktinya sampai sekarang kasus yang kami laporkan tidak ada baunya, keesokan harinya smapi tu maling mau balik lagi nyolong barang kami karena dia sadar belum semua diangkutnya. Kok tidak takut tu maling ya, kenapa juga takut kalau dia saja sadar kalo gag bakal ketangkep polisi dengan kinerja polisi yang telah maling itu ketahui sebelumnya. Trus pertanyaan muncul, apa sih tugas si bapak polisi baik hati itu?duduk diam di kantor, menunggu kasus yang lebih besar pembunuhan misalnya, lalu menerima gaji yang tidak sedikit dan gaji itu ya kita kita ini lo yang bayarin bapak polisi itu tadi. Mari menghela nafas, tidak akan ada kebakaran kalau tidak ada api, seperti halnya masyarakat tidak akan memandang sebelah mata polisi apabila mereka melakukan tugasnya sesuai ketentuan yang berlaku. Tidak semua kinerja polisi seperti itu, mungkin saja masih tersisa polisi yang benar-benar baik hati yang akan melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat dengan sepenuh hati dan ikhlas. Ammiinnn..

Bagaimana agar aparatur pemerintah tersebut benar-benar bisa tersaring dari awal pendaftaran dan terpilih yang layak untuk menjadi polisi?mungkin kegiatan sogok menyogok pake uang harum perlu ditindak lanjuti dan ditindak tegas. Harus disadari para calon-calon polisi untuk tidak memaksakan diri menjadi polisi padahal dirinya tidak layak dan memutuskan untuk nyogok, menjadi polisi itu memilik bebab berat lho pada pundaknya karena diberi tanggung jawab besar dan masyarakat berharap banyak pada polisi. Mungkin kah diperlukan sebuah tes intelegensi atau asesmen lain guna mndukung tersaringnya polisi yang berkualitas. Dengan tes intelegensi maka akan diketahui bagaimana intelegensi pendaftar sesuai dengan tujuan intelegensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun