Tawuran (atau tubir) adalah bentuk dari kekerasan antar geng sekolah dalam masyarakat urban di Indonesia. Wirumoto, sosiolog Indonesia, berpendapat bahwa tindakan tersebut sebagai salah satu cara untuk menghilangkan stress selama ujian. W. D. Mansur juga berpendapat bahwa tindakan tersebut terjadi bukan akibat dari faktor pribadi, melainkan berasal dari pengaruh lingkungan di sekitar serta prasangka dari masyarakat.
Tawuran dapat menyebabkan korban luka hingga kematian. Tawuran seringkali melibatkan remaja dari  sekolah atau komunitas berbeda yang berselisih satu sama lain. Faktor penyebab terjadinya pertengkaran adalah:Â
1. Hubungan yang salah: Remaja dalam lingkungan pertemanan yang tidak sehat cenderung melakukan perilaku negatif seperti berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan status dalam kelompok.
2. Kurangnya pendidikan moral dan etika: Generasi muda yang tidak terlatih dengan baik dalam nilai-nilai moral dan etika dalam hidup mungkin tidak memahami akibat dari tindakan kekerasan, yang Sering terjadi.
3. Faktor media sosial: Media sosial dapat memperburuk situasi dengan meningkatkan konflik  antar kelompok, memicu permusuhan, dan pada akhirnya menimbulkan konflik.
Dampaknya meliputi cedera fisik, kerugian psikologis, gangguan sosial, dan  dalam beberapa kasus, kematian. Terlebih lagi, perkelahian merusak ketertiban umum dan menimbulkan ketakutan di kalangan warga. Hal ini memerlukan peran aktif keluarga, sekolah dan masyarakat. Pemerintah dan lembaga pendidikan juga dapat terlibat dengan melaksanakan kegiatan yang mendidik dan membimbing generasi muda untuk menghindari kekerasan dan perkelahian.
Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi dan mengatasi fenomena tawuran di kalangan remaja.
 1. Pendidikan moral dan etika Pendidikan moral dan etika harus ditanamkan sejak dini baik di keluarga maupun di sekolah. Orang tua dan guru harus menanamkan pemahaman tentang bahaya konflik, pentingnya menghargai orang lain, serta nilai-nilai perdamaian dan toleransi. Pemahaman ini diharapkan dapat membuat remaja dapat mengambil keputusan dengan lebih bijak dan menghindari kekerasan.
 2. Pengawasan dan Bimbingan Keluarga Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak. Orang tua perlu lebih aktif memantau pergaulan anak, memperhatikan perkembangan emosional dan sosial anak, serta menciptakan komunikasi yang baik agar anak merasa aman membicarakan permasalahan yang sedang dihadapi.
 3. Peran Sekolah Sebagai Tempat Pendidikan Karakter Sekolah dapat menjadi tempat yang efektif untuk mencegah permusuhan dengan memberikan program pengembangan karakter, pelatihan kepemimpinan, dan kegiatan ekstrakurikuler yang aktif. Pengajaran di sekolah juga dapat mencakup pelatihan penyelesaian konflik  yang konstruktif sehingga generasi muda belajar bagaimana menyelesaikan perselisihan tanpa kekerasan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI