Adek : “kaka, tadi kan ade ketemu ma Dony, trus kita makan di setia budi lho”
Kaka : “hemmm, kayaknya enak ya..tapi kaka pikir ade tidak Cuma ingin bilang itu deh?”
Adek : “hihihihi…ga ko, ade Cuma mo bilang itu aja kaka…tapi bo’ong” (sembari menjulurkan lidah)
“Gini kaka, tadi ade ma Dony sempat berpikir hubungan ini gimana selanjutnya, dan semoga akan berlangsung sampai jenjang pernikahan…amin..lha trus umur ade sekarang kan hampir 25th kaka, lha itu dia….,”
Kaka : “kenapa dengan 25?”
Adek : “heemmm…sindroma 25 kaka….”
Kaka : ”memang kenapa dengan sindroma 25? ada apa dengan 25?”
Tanpa berusaha untuk menjelaskan dan menerangkan ada apa dengan sindroma 25 tadi, adekku terus ngeloyor pergi entah kemana.
Dari sedikit percakapan tadi, saya semakin penasaran ada apa dengan sindroma 25. Namun disini Saya akan berusaha untuk sekedar mengenskripsi dan mencoba untuk menelaah apa yang dimaksud dengan sindroma 25, tentu saja sebatas dengan pemahaman saya.
Satu hal yang pasti, pikiran saya terus menerawang dan mencoba untuk menganalisa. Namun semua ini masih mengambang dan belum pasti. Sebelumnya mari kita lihat, apakah yang ada dalam pikiran saya, sama dengan yang ada di pikiran Anda :
- Apakah ini sudah waktunya untuk menikah?
- Apakah ini waktunya untuk menjalin hubungan yang serius dan dilanjutkan dengan pernikahan?
- Apakah ini merupakan pengaruh dari hormon estrogen maupun testosteron yang mempengaruhi pikiran untuk segera membina rumah tangga?
- Lha kok semua yang ada dipikiran saya hanya mengindikasikan satu hal saja?