Mohon tunggu...
Tri Harso Sulistiyo
Tri Harso Sulistiyo Mohon Tunggu... -

seorang yang ingin sekedar menggoreskan rasa ini menjadi sebuah warna..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teruntuk Ibu

15 Juli 2011   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir separuh kehidupanku di dunia ini telah aku jalani, dan selama ini pula engkau selalu membimbingku, selalu mengingatkanku dan tidak lupa pula engkau tidak pernah lelah untuk senantiasa memanjatkan doa untuk anakmu ini. Aku tahu mungkin aku belum bisa untuk membahagiakanmu saat ini, aku masih saja kerap menyusahkanmu dengan semua tindakan-tindakan tololku. Namun. Ibu senantiasa sabar untuk tidak bosan-bosannya menyayangiku. Semua keluhku, semua kesahku senantiasa engkau bersedia untuk menampungnya, engkau selalu menyediakan semua waktumu bagiku.

Ibu, tidak terasa keriput sudah menghiasi wajahmu, sudah menjalar keseluruh kulit tubuhmu, tatapan mata mu pun semakin sayu, ku melihat ada selaput tipis yang mulai mengganggu penglihatanmu, genggaman tanganmu pun tidak sekuat sewaktu engkau merawatku dahulu. Semua itu telah berkurang dan akan terus berkurang. Ingin aku membawamu turut serta, namun engkau selalu bilang

“ kamu harus fokus dengan semua jalanmu, biarlah ibu menikmati hari tua ini dengan berkebun, menanam bungan serta menikmati desa ini, desa dimana engkau dahulu menghabiskan masa kecilmu dengan bermain”

Setiap jejak langkah yang ada didesa itu menyimpan banyak sekali kenangan, kenangan yang sewaktu waktu akan menyeruak ke permukaan, jalanan, pepohonan serta rumah tua yang semakin lapuk dimakan jaman itu tetap akan menjadi saksi kenakalanku, kemanjaanku serta menemaniku tumbuh menjadi seorang pemuda seperti saat ini.

Ya aku bisa menjadi seperti saat ini, semua itu dikarenakan perjuangan ibu yang tidak pernah menyerah.

“le, ibu ora isa nyangoni koe bondho, ning isane ibu nyangoni koe ilmu, mangkane lehmu sekolah sek temenan, ben isa go dalan koe urio sesuk”

Aku dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga guru, dimana ibu seorang guru akuntansi disebuah SMK negeri didesaku. Semenjak kecil didikan keras selalu engkau tanamkan kepadaku, mulai dari hal sederhana seperti mencuci piring, mencuci baju, membereskan kamar serta bangun pagi. Engkau pasti akan marah jika aku bangun setengah enam, engkau pasti akan membanting pintu jika aku belum juga bangun.

Mungkin dari hal kecil itulah bisa membentuk aku menjadi seorang yang mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, dan bisa hidup dalam kondisi apapun. Selain hal itu masih banyak yang engkau ajarkan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

“le, nek dadi uwong ki ojo dumeh karo ojo rumongso yo?”

Sebuah kalimat yang entah berapa ratus kali aku mendengar dari Beliau, dan hal itu sangat mengena bagiku, bisa memberiku sebuah rambu rambu untuk selalu berada dijalan yang “genah”.

Ibu, mungkin saat ini aku belum bisa membalas semua jasamu, aku mungkin baru bisa membelikanmu bakso, ataupun hal sepele lainnya. Dan engkau pun selalu bilang..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun