Mohon tunggu...
Tri Harnanik atas asih
Tri Harnanik atas asih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru di daerah gunung kidul, Yogyakarta.Pecinta literasi dan sudah membuat buku berupa cerpen, puisi, novel dan juga i penulis skenario

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Go Home

17 Juni 2024   21:48 Diperbarui: 17 Juni 2024   22:06 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 4
Kota metropolitan ada di depan mata. Diva tersenyum takjub dengan keindahan kota yang bernama Jakarta. Setelah sampai di terminal Lebak Bulus, ia segera mencari tempat berteduh sambil istirahat memulihkan stamina. Sambil melepas jaket, ia memandang sekitarnya barangkali bisa memberi petunjuk awal pencariannya.

“Aqua, Neng.” Tiba-tiba seorang pria tua mendekat dan menawarkan botol Aqua kearahnya.  Diva segera mengangguk. Kebetulan bekal minumnya habis di perjalanan.

“ Iya, Pak. Saya beli satu,” jawanya sambil tersenyum. 

“Ini, Neng. Sepertinya Neng bukan orang sini ya?” Pria itu memperlihatkan Diva di depannya.

“Oh, iya Pak. Saya orang Yogya, dan kedatangan saya ke sini mencari ayah saya.” Diva meminum air mineral itu sampai beberapa teguk.

Pria itu mengernyit sebentar. “Emang alamatnya mana,Neng. Barangkali saya bisa membantu.”

Wajah Diva berseri-seri. Ia pun mengeluarkan secarik kertas dan menyerahkan ke pria di hadapannya. Diva memperhatikan raut muka pria itu. “Ah, semoga bapak ini bisa membantuku,” pikirnya.

Neng, sepertinya kamu salah jurusan. Harusnya Neng turun di Cililitan,” ujarnya. 

Diva terperanjat kaget. Ia mengamati alamat yang ada di kertas tersebut. Jalan Sawo, kelurahan Cililitan barat, Cililitan, Jakarta Timur.

“Waduh, terus saya harus naik apa pak untuk sampai ke sana?” tanyanya khawatir. Apalagi hari semakin beranjak senja.Bisa kemalaman nanti di jalan. Tiba-tiba ia merasa ketakutan. Mengapa ia tak teliti dan bertanya pada kondektur bus tadi? Ah memang penyesalan selalu belakangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun