Strategi yang menitikberatkan pada penguasaan olah pernafasan itu kemudian dikembangkan lagi dan dipadukan dengan jurus-jurus sihir yang ia pelajari dari menantunya, Ki Kalong Wesi. Aliran baru ciptaannya itu akhirnya justru didominasi dengan jurus-jurus penyerangan.
Satu lagi cara Intijiwo untuk membius lawanlawannya selain dengan pamer kemewahan, yaitu royal memberikan berbagai hadiah disertai pujipujian. Semua itu untuk membuat lawan-lawannya merasa rendah diri atau hilang kewaspadaannya.
Setelah merasa rendah dan lengah, mereka akan dengan mudah digiring untuk menanda-tangani perjanjian yang berat sebelah, sebelum akhirnya dilahap mentah-mentah.
Si pembawa acara lalu mengumumkan dengan suara lantang agar semua tamu berkenan mengikuti acara selanjutnya, acara yang dinamakan sebagai 'Atraksi Laskar Intijiwo', dan semua tamu pun bertepuk tangan dengan wajah penasaran. Ini yang lebih penting, yakni pamer kedigdayaan.
"Atraksi tersebut hanya bermaksud sebagai hiburan semata. Tidak ada sedikit pun niat kami untuk pamer maupun menyombongkan diri!" Demikian Kanjeng Wotwesi menambahkan dan kemudian turun dari panggung sambil menghampiri Eyang Semi yang masih duduk. "Raden Ajeng Semi, merupakan suatu kehormatan bagi saya karena anda berkenan meluangkan waktu untuk hadir dan mengikuti acara sampai puncaknya!"
Eyang Semi mengangguk dengan anggun dan membalas, "Saya juga berterima kasih dan merasa terhormat atas undangan ini, Kanjeng!"
Kiranya tempat itu dikelilingi puncak-puncak bukit lain, sehingga tidak akan kelihatan dari jauh. Di sekeliling tepinya terdapat tanaman bunga-bunga dalam pot-pot indah, kemudian di bawah pot terdapat rumput hijau seperti permadani. Di atas langit-langit dibiarkan terbuka, karena cuaca cukup terang, sehingga yang menjadi hiasannya adalah bulan dan bintang-bintang. Sinar bulan tampak suram karena kalah dengan cahaya lampu minyak yang banyak jumlahnya.
Eyang Semi tidak bosan-bosannya memperhatikan sekeliling. Sungguh merupakan tempat tersembunyi yang indah sekali.
"Saya belum pernah tahu kalau ada tempat seindah ini!" kata Eyang Semi.
Kanjeng Wotwesi terseyum bangga. "Ini pertama kalinya anda ke sini?"
"Betul!"