Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (20): Operasi Senyap

1 Juli 2024   13:42 Diperbarui: 1 Juli 2024   14:14 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Kalau gak salah namanya Suto! Aku hanya pernah dengar bahwa dia adalah utusan sang mahapatih ketika terjadi peristiwa Bubat!"

Prajurit itu kembali tersenyum dan lenyaplah kesuramannya tadi. Dijawabnya pertanyaan itu dengan terus terang, "Oh maksudnya Raden Suto Gumilar!" Lalu ia dengan singkat menceritakan riwayatnya.

Raden Suto sebenarnya bernama Sutosoma, anak bungsu dari Tumenggung Gumilar yang sangat termasyur karena kepandaian ilmu silatnya. Gumilar yang juga dijuluki Pendekar Tangan Seribu adalah salah seorang tokoh yang berjasa besar dalam masa pengusiran tentara Mongol dan masa perpindahan pusat pemerintahan kerajaan Majapahit. Sayangnya beliau meninggal dunia ketika Raden Suto baru menginjak usia remaja.

Akan tetapi, lantaran didikan seorang prajurit yang telah tertanam kuat di dalam kepala, prajurit itu sama sekali tidak mau menyebutkan hal-hal detil mengenai Suto Gumilar. Misalnya mengenai kedudukan, tugas, tempat tinggal, kebiasaan-kebiasaan, atau mengenai keluarganya. Ia teringat akan larangan yang mengungkap hal pribadi atasan kepada orang luar, apalagi kepada orang asing.

"Ayo tambah lagi minumnya, Kangmas!" bujuk rayu Palupi sambil menuangkan tuak ke dalam mangkuk batok kelapa. Sebagai seorang 'telik sandi' terlatih, ia sangat paham bahwa prajurit itu pasti masih menyembunyikan banyak cerita. "Ayo tambah minumnya, biar ceritanya semakin seru!"

Di dalam kondisi setengah terbuai dan mabuk, prajurit yang baik hati itu melanjutkan ceritanya. Ternyata pernah tersiar kabar bahwa Ki Gumilar yang kemudian diangkat menjadi tumenggung sempat mencuri sebagian harta rampasan dari tentara Mongol. Harta berupa emas-emasan sebanyak lima gerobak itu diperoleh tentara Mongol dari hasil menjarah kekayaan Kerajaan Daha yang dihancurkannya.

Seperempat gerobak emas dalam berbagai bentuk perhiasan berhasil disembunyikan Ki Gumilar beserta komplotannya. Harta curian itu disimpan di sebuah rumah kuno di daerah Jombang. Namun hal itu ternyata diketahui oleh seorang pejabat daerah, yang kemudian berusaha merampasnya untuk kepetingannya sendiri. Dari situ akhirnya terbongkarlah harta haram itu.

Orang-orang yang masih setia kepada Raja Majapahit melaporkan mengenai hal itu, sehingga pemerintah dengan cepat mengamankan harta dan membawanya ke pusat pemerintahan.

Akan tetapi, musuh yang lebih berbahaya lagi, yaitu orang-orang persilatan seperti Ki Blandotan Kobra dan Nini Jailangnak, karena mereka ini pun mempunyai telinga yang tajam hingga mendengar pula tentang harta karun itu dan berusaha pula merampasnya.

Kecantikan dan gemulai gerakan para penari Sunda adalah senjata utama mereka. Tujuan tersebut sudah hampir berhasil mereka capai, namun satu hal yang membuat rencana itu gagal total, yakni Gajah Mada sudah tidak berada di pusat ibu kota. Karena tidak mendapatkan sasaran utamanya, maka mereka beralih ke sasaran lain, yakni Raden Suto Gumilar.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun