Mohon tunggu...
TRI HANDOKO
TRI HANDOKO Mohon Tunggu... -

mahasiswa yang serba biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beruang Pengemis Yang Kaya Raya

29 November 2011   13:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

‎‎Suatu hari nan jauh dimata, hiduplah seekor beruang kurus . . . beruang kurus itu tak lain adalah sehewan pengemis yang berasal dari pedalaman Cina. Ia sudah tua renta berkisar antara 78 tahunan, atau mungkin lebih. Mukanya terlihat lebih tua dari umurnya.. Tapi selama hidupnya, tak pernah tersisa waktu olehnya selain untuk mengemis dan mengemis.

Setiap harinya beruang pengemis berjalan menyusuri rapatnya jalanan pasar cina kuno. Dia meminta dan terus meminta diatas jalanan nan berkerikil yang sudah tak dirasanya sakitnya

Hari itu mungkin bisa dikatakan hari terburuk dalam sejarah hidup beruang pengemis. Pasalnya sampai matahari sudah naik sepenggalan, dia belum memperoleh belas kasihan sesuap nasi ataupun sepeser uang pun.

Kelelahan kecapekan jelas tertampak dari raut wajahnya yang pucat pasi dibawah rambut yang semua tak ada hitamnya, di tengah debu jalanan. Tapi beruang pengemis tak menghirukan pekika- pekikan air keringat dan seruan yang semakin mengeras dari dalam perutnya.

Kini ia berjalan selangkah lebih lamban dari langkah sebelumnya. Badanya semakin lama semakin merendah pertanda lelah yang teramat sangat mendera tubuh beruang pengemis.

Bruuuukkkk . . . suara tubuhnya tersungkur ke tanah. Kakinya sudah tak kokoh menahan berat badan kulit pembungkus tulangnya.

Mencoba berdiri si beruang pengemis menegakkan tongkat di tangan kanannya. Perlahan langkah semakin ditapakkan. Tangan kiri mengeluarkan mangkuk kecil yang terukir huruf china kuna yang tak jelas goresannya, ia keluarkan dari dalam kantong sakunya yang sudah bertambal-tambal lubang-lubangnya.

Mulai diulurkan mangkuk tadi ke setiap hewan-hewan pejalan kaki. Tapi aneh dan takjub mendampingi prinsipnya. . . Beruang pengemis tidak pernah mau meminta kepada hewan yang bertampang kaya dan berpunya. Beruang pengemis tak mau meminta kepadanya karena biasanya hewan-hewan kaya bukan memberi melainkan hanya akan menghina.

1 . . . 2 . . . 3 . . . dan terus hewan yang lalu lalang lewat belum juga memberi se sen pun uang baginya. beruang pengemis semakin tak berdaya dan . . . Bruuuu k k k k . . .kembali suara badannya tersungkur ketanah.

Beruang pengemis tak dapat melanjutkan langkahnya. Disimpuhkan kakinya dan diletakan mangkuk didepan pandangannya dengan harapan ada yang melemparinya uang atau makanan.

Semakin hari para pejalan kaki semakin rame . . .tapi sampai waktu matahari diatas kepala, Beruang pengemis belum mendapatkan rejeki. Ia hanya bisa berlamun dan terbuai angan didalamnya. "Seandainya aku jadi hewan kaya . . . pasti hidupku tak seperti ini" ujar beruang pengemis dalam hati.

Lewatlah beberapa rombongan hewan kaya didepannya. Semakin menambah sakit lamunan beruang pengemis yang masih dan selalu menjadi hewan miskin dan pengemis disisa waktu hidupnya.

Semakin melamun . . . semakin memuncak kesedihan beruang pengemis. Dia mencoba berdiri tuk melanjutkan langkah . . . 1, 2, 3 pijakan daaaaaannnnn . . .Bruuukkk . . . kembali beruang pengemis tersungkur ke tanah. Jatunya beruang pengemis kini mungkin untuk terakhir kalinya. Pasalnya beruang pengemis kini tak lagi terdengar onggokan napas tuanya.

Ya, kini beruang pengemis telah tiada terjatuh tersungkur di sudut kota ujung jalan tanpa ada yang peduli kecuali sebongkah tongkat tua di tangan kanannya dan mangkuk kecil di tangan kirinya.

Dan setelah 3 hari bangkai beruang pengemis baru ditemukan warga setelah baunya menyebar ke pemukiman penduduk hewan lain. Sesosok kerbau jantan lah yang pertama kali menemukan bangkai beruang pengemis. Di urus dan dikuburkan bangkai beruang pengemis itu olehnya. Setelah selesai mengurus bangkai beruang pengemis, kerbau jantan membawa pulang tongkat dan mangkuk peninggalan beruang pengemis yang kotor.Setelah sampai dikandang kerbau jantan membersihkan tongkat dan mangkuk beruang pengemis. Kini mulai terlihat cerah tongkat dan mangkuk usang itu.

Kerbau jantan terbelalak kaget dan kagum setelah membersihkan mangkuk dan tongkat beruang pengemis. Di dalamnya terdapat goresan huruf kanji yang berasal dari zaman cina kuno. Ternyata tongkat dan mangkuk milik Beruang pengemis adalah sebuah prasasti peninggalan dari Dinasti Ming. Dimana itu merupakan peninggalan sejarahTop of Form kekaisaran Cina.Bottom of FoTop of FormBottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Mengetahui itu merupakan benda pusaka, kerbau jantan membawanya ke kaisar cina. dan disana atas penemuannya itu kerbau jantan diberi hadian satu pulau dan menjadi gubernur disana. Ia hidup bermewah-mewah dan ditanggung negara.

Akhirnya, Setiap hari kerbau jantan selalu memanjatkan doa untuk beruang pengemis sebagai balas budinya karena mangkuk dan tongkat kunonya ia bisa jadi begini.

Seandainya dulu beruang pengemis tau tongkat dan mangkuknya adalah benda pusaka, pasti ia akan jadi hewan kaya.

TAMAT

PESAN MORAL:

"Kita terkadang tidak tau apa yang kita ketahui. tidak tahu sebenarnya kemampuan kita. Dan tidak tahu siapa diri kita sebenarnya. Maka, mulailah bersahabat dengan diri sendiri. Karna Banyak potensi berasal dari sini. Karena yang dapat mengoptimalkan dirimu adalah diri kamu sendiri"


##sekian dan terima aura kasih

By: Tri Handoko

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun