Mohon tunggu...
TRI HANDOKO
TRI HANDOKO Mohon Tunggu... -

mahasiswa yang serba biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Air Laut Pasti Rata

11 Oktober 2011   12:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:04 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Percayakah kalau Tuhan itu Maha Adil? Percayakah kalau Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya melebihi kemampuan hamba-Nya yang diberi cobaan itu?

Kadang, atau malah sering kita hidup diiringi dengan “perandai-andaian”. Seringkali rasa iri hati terhadap kesuksesan orang lain, kita dibuat sesak hati kita karena melihat keberhasilan yang dicapainya. Tetangga membeli radio, kita ngutang untuk beli televisi. Tetangga membeli motor, tanah kita jual untuk ikut membeli motor. Tetangga merenovasi rumahnya, rumah belum rusak kita pun ikut membangunnya. Tetangga kita membeli mobil, mungkin rumah sakit akhirnya kita berada disana. Astaugfirullah hal ‘adzim . . . .

Ketika kita melihat orang kaya yang bergelimang harta, kita mengatakan “Sungguh bahagianya jika aku sepertinya.” Tapi apakah dengan keadaan yang sepertinya dia merasa bahagia seperti yang kita bayangkan? Orang kaya dengan bergelimang harta, setiap hari dirinya selalu disibukkan dengan pekerjaannya. Mereka hampir tidak pernah merasakan waktu luang, mereka hampir tidak pernah merasakan canda tawa dengan keluarga, dan bahkan mereka tidak pernah mengetahui apa yang anaknya kerjakan diluaran sana.

Mereka hanya lebih beruntung dalam konteks ekonomi, mereka ingin ini ingin itu, dengan mudah dapat ia penuhi, tapi belum tentu yang dia dapatkan dapat membahagiakannya. Bahkan yang ia dapatkan hanya ia jadikan koleksi karena tidak dapat memberi kebahagiaan pada dirinya. Mereka kalah bahagia dalam hal keluarga, tapi kebahagiaan yang seharusnya datang dari sudut keluarga, telah Tuhan gantikan kebahagiaan dari sudut harta benda yang mengikutinya.

Mereka orang kaya tidak akan pernah bisa mengatakan aku lebih beruntung dari mereka yang berada ekonomi dibawah mereka, kecuali karena kesombongan yang merasukinya.

Bayangkan, kita yang dikatakan hidup dibawah garis kemiskinan. Setiap hari kita bisa makan bersama dengan keluarga walau terkadang lauk pun tidak ada, tetapi kita dapat menaburi kehangatan disana. Ketika dipagi hari kita dibangunkan oleh tangan-tangan yang penuh kasih sayang, setiap hari kita bisa berkumpul bersama dalam keluarga yang penuh canda tawa, walaupun lantai beralaskan tanah, walaupun dinding tidak lagi bertembok, walaupun rumah beratapkan langit. Tapi kita BAHAGIA . . .

Kita hanya kalah dalam hal ekonomi, tapi kebahagiaan yang harusnya datang dari sudut ekonomi, telah Tuhan gantikan kebahagiaan itu dari sudut kehangatan keluarga yang menyertai kita.

Mereka orang yang merasa dirinya dibawah, tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan dan kedamaian, kecuali rasa syukur telah ia panjatkan kepadaNya.

Kenapa hati ini selalu diselimuti dengan iri hati? Kenapa kita selalu menganggap orang lain lebih beruntung dari pada kita? Kenapa kita selalu menginginkan keadaan yang seperti mereka? Apa kita tahu, kalau mereka juga merasa bahagia dengan keadaannya yang menyertainya? Kenapa kita tidak mencoba untuk menerima keadaan yang sudah ada? Kenapa kita tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Ia berikan kepada kita?

Subhanallah . . . .

Itulah hidup, ada orang yang beruntung dengan berekonomi tinggi, sedang atau bahkan dibawah garis kemiskinan. Seperti air laut, ada laut yang sangat dalam, sedang dan bahkan dangkal. Tapi diatas, permukaannya selalu rata. Karena Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan hambaNya. Semakin tinggi seseorang, semakin tinggi pula cobaan yang menghinggapinya. Sebaliknya, walau kita merasa dibawah, Tuhan tidak akan memberi cobaan diatas kemampuan kita.

So . . . . Mari kita belajar mensyukuri nikmat-nikmat yang sudah ada. Karena air laut pasti datar diatasnya yang berbeda hanya kedalamannya . . . .

By: Tri Handoko, A. Ma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun