Mohon tunggu...
TRI HANDITO
TRI HANDITO Mohon Tunggu... Guru - Kawulaning Gusti yang Mencoba Untuk Berbagi

Agar hatimu damai, tautkankanlah hatimu kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sang Pencerah Peradaban

25 November 2024   12:12 Diperbarui: 25 November 2024   12:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Prolog : Mimpi Luhur Bangsa

"MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA"

Kalimat dahsyat itu termaktub di dalam alinea IV konstitusi negara kita, yang menjadi tujuan negara sekaligus arah kebijakan yang diusung dalam setiap periode pemerintahan. Melalui kehidupan bangsa yang cerdas itulah peradaban bermartabat negara-bangsa kita dibangun. Merujuk pada pernyataan Arnold Toynbee, eksistensi sebuah peradaban salah satunya bergantung pada berhasil atau tidaknya kelompok-kelompok kreatif yang ada menghadapi berbagai perpecahan yang menerpa bertumbuhnya peradaban serta mampu atau tidaknya mewujudkan mimpi bersama yang sudah disepakati oleh para pendiri bangsa, di mana salah satu mimpi luhur itu adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa".

Dalam konteks mewujudkan mimpi luhur pendiri bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan menjadi unsur yang amat sangat penting. Pendidikan menjadi faktor penting dalam menorehkan warna peradaban manusia. Man become man through education only, begitu kata Immanuel Kant yang patut kita renungkan bersama. Manusia menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Manusia adalah homo educandum. Manusia memerlukan pendidikan dan manusia memang harus dididik. Manusia yang pada sejak awal kehidupannya tiada memiliki daya, selalu berjuang (baik seorang diri maupun dengan bantuan manusia lain) untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran dirinya sebagai manusia. Manusia berjuang dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu; dan semua itu bermuara para ikhtiar untuk membangun kesadaran entitas diri sosok manusia yang seutuhnya. Dalam perjuangan tersebut, maka kemudian terbangunlah sebuah peradaban manusia dengan kesadaran kolektif untuk hidup bersama. Perjalanan sejarah peradaban manusia terus berjalan mengalami perkembangan sedemikian pesatnya. Setidaknya terjadi tiga revolusi penting yang membentuk perjalanan sejarah manusia, yaitu revolusi kognitif, revolusi pertanian, dan revolusi sains (Yuval Noah Harari, 2019: 3).

Hal penting dan mendasar yang dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut adalah bahwa bertumbuhnya peradaban manusia erat sekali dengan pendidikan. Mimpi luhur para pendiri bangsa kita, bertumbuhnya peradaban kita, kualitas eksistensi kita sebagai manusia, serta revolusi kognitif dan sains dalam perjalanan sejarah kehidupan kita selalu berkaitan erat dengan pendidikan.

Pendidikan : Unsur Penting dalam Bertumbuhnya Peradaban

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan negara kita dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Potensi tersebut adalah kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sungguh luar biasa tujuan pendidikan, bukan? Melalui suasana belajar dan proses pembelajaran yang diupayakan secara sadar dan terencana, peserta didik distimulus untuk mampu secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, siapa sosok yang mampu sekaligus diberikan mandat untuk menstimulus peserta didik agar mereka mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya?

Untuk menjawabnya, kita coba menguliknya dari konsep proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidik akan mengkonstruksi suasana pembelajaran dan berbagai sumber belajar supaya peserta didik mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Potensi diri yang dikembangkan bukan sekedar potensi kognitif, afektif, psikomotor, maupun konatif saja; namun lebih luas dari itu !

Para pendidik selalu bergelut dengan dinamika tantangan zaman. Mereka harus mampu mengkonstruksi proses pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter, penanaman nilai-nilai moral dan religius, penguatan sikap sosial, serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan berbagai sumber belajar harus benar-benar menjadi ruang akademik yang inklusif dan inspiratif, di mana setiap peserta didik merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar. Dalam konteks ini, pendidikan tidak hanya menjadi sarana transfer ilmu, tetapi juga proses pembentukan individu yang berdaya saing, berbudi pekerti, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pendidik merupakan aktor utama dalam pendidikan. Apabila kita korelasikan dengan bertumbuhnya peradaban, maka dapat disimpulkan bahwa pendidik dalam ruang-ruang pendidikan formal, nonformal, dan informal adalah salah satu aktor sekaligus faktor kunci dalam proses bertumbuhnya peradaban dari generasi ke generasi.

Dalam proses bertumbuhnya peradaban, ada visi spiritualitas yang harus dipertahankan. Arnold Toynbee, ketika meneliti tentang tumbuh dan tumbangnya peradaban di dunia, menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang hilang dari peradaban disebabkan karena redup dan hilangnya visi spiritualitas yang berupa nilai-nilai luhur dalam urat nadi kehidupan mereka. Dalam konteks ini, pendidik, melalui ruang-ruang pembelajaran yang mereka desain secara sadar dan terencana berperan sebagai penjaga nilai-nilai luhur yang menjadi dasar moral dan inti spiritualitas suatu peradaban. Dalam dunia yang terus berkembang ini, mereka membentuk individu di setiap generasi yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan tanggung jawab sosial terhadap dirinya, terhadap lingkungan tempat ia hidup, terhadap bangsa dan negaranya, serta terhadap Sang Pencipta.

Epilog : Ikhtiar Menyemai Akal Melalui Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun