Mohon tunggu...
abednego gumono
abednego gumono Mohon Tunggu... Dosen - Biji Mata Tuhan

Hidup adalah tentang perubahan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Menimbang Kelegendaan KLa Project dan Dewa 19

8 Maret 2019   18:06 Diperbarui: 8 Maret 2019   18:24 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Setelah Tonny Koeswoyo (Koesplus/Koes Bersaudara) meningal dunia pada tahun 1987, saya kemudian mencari-cari legenda baru grup musik tanah air. Dalam pencarian itu, idealisme musikal saya tertuju pada dua grup musik papan atas, KLa Project dan kemudian Dewa 19. 

Pada awal kemunculannya, grup ini sangat menjanjikan. Hadir dengan lagu-lagu berlirik sangat puitis, komposisi musik yang segar, baru, dan komunikatif. Apalagi, kala itu lagu-lagu mereka sangat hits seperti Tentang Kita, Rentang Asmara, Yogyakarta, Tak Bisa ke Lain Hati, Germis, Romansa, Saujana, Menjemput Impian, dll. 

Saya punya harapan besar pada Kla meningat sejarahnya yang unik, mirip The Beatles-Jika anggota The Beatles dinobatkan sebagai anggota keluarga kerajaan Inggris, Kla Project mendapat penghargaan jamuan makan bersama di Keraton Yogyakarta. 

Namun harapan saya ini pupus lantaran, Ari Burhani (drumer) hengkang dari Kla. Kemudian, Katon saya anggap terlalu cepat bersolo karier dengan lagu Dinda dan Negeri di Awan yang sangat populer-menyebabkan ada kerancuan eksisitensi Kla Project.

Selepas Album pertama, Kla ternyata memang tidak utuh/belum mapan, misalnya dalam tubuh band ini, tidak ada pemain bass tetap me[ainkan menggunakan pemain tambahan seperti Bintang Indriyanto. 

Kla Project sebagai entitas menjadi gamang. Bandingkan misalnya dengan The Beatles yang anggotanya tak pernah bersolo karier kecuali karena sudah dinyatakan bubar. Demikian pula Koes Plus. Kalau kita mau sebut Kla Project sebagai legenda, itu menjadi tidak seutuhnya. 

Keutuhan telah pudar, apalagi LIlo (gitaris) juga menyusul undur dari Kla lalu terbentuk Nukla. Kendati hits demi hits tercipta, rasanya Kla tetaplah kurang rasanya disebut legenda.

Hal itu terjadi juga pada Dewa 19 yang kita tahu berganti-ganti personil, mulai dari drumer, bassis, dan vokalisnya.Dewa benar-benar tidak stabil. Dhani pun mengikuti langkah Katon bersolo karier. 

Dari situasi Dewa 19 yang berganti personil itu, lalu muncul sebutan Dewa Era Once dan Era Ari Laso. Dengan itu, bagaimana kita mau menyebut Dewa sebagai legenda. Dewa yang mana. 

Baik KLa Project maupun Dewa 19 memang sama-sama memiliki banyak lagu hits, namun untuk disebut sebagai legenda band, saya rasa urung. Itu disebabkan oleh situasi internal yang tak utuh. Dan lagi, pada masa itu era legenda memang sudah berakhir. Bagaimana pun bagusnya lagu-lagu kedua grup ini, legenda hanya satu The Beatles atau Koes Plus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun