Mohon tunggu...
Trifena Krista MS
Trifena Krista MS Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Biologi UI

Mahasiswa departemen Biologi Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Biota Laut: Physalia Physalis, Si Diam yang Berbahaya

21 Desember 2020   16:22 Diperbarui: 21 Desember 2020   23:58 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Bagian tubuh Physalia physalis (Munro dkk. 2019: 2).

Arah bentuk kantung pada setiap P. physalis dapat berbeda, sebagian menghadap ke kanan (right-sided), sebagian menghadap ke kiri (left-sided). P. physalis right-sided membengkok 45˚ ke kiri dari arah angin. 

Sebaliknya, P. physalis left-sided membengkok 45˚ ke kanan dari arah angin. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi persebaran P. physalis ke macam-macam perairan hangat.

Oleh karena ketidakmampuan Physalia physalis untuk berenang, hewan tersebut menangkap mangsanya dengan menjebak mangsa pada tentakelnya yang memiliki sel knidosit. P. physalis memangsa ikan yang masih muda, udang-udangan, krustasea lainnya, dan hewan-hewan kecil seperti plankton.

Namun, tentakel P. physalis (dactylozooids) berperan penting dalam menjebak ikan yang lebih besar seperti makarel. Panjang tentakel hewan tersebut dapat mencapai 50 meter. 

Mangsa yang ditangkap dicerna secara enzimatis pada gastrozooids, yaitu bagian perut yang terletak di bagian bawah float. Setiap P. physalis memiliki beberapa gastrozooids dengan beberapa mulut. Nutrisi yang didapat disirkulasikan ke bagian tubuh lainnya, sedangkan bagian mangsa yang tidak dapat dicerna dibuang melalui mulut.

P. physalis bereproduksi dengan bantuan gonozooids. Setiap individu memiliki gonozooids yang memiliki gonophore berisi produsen gamet (betina atau jantan). Oleh karena itu, P. physalis merupakan hewan dioecious (hewan berumah dua). 

Pada proses fertilisasi, gonozooid dilepaskan dari koloni. Pelepasan gonozooid tersebut merupakan respon kimia ketika terdapat beberapa P. physalis pada satu tempat yang sama. Fertilisasi terjadi dekat permukaan air dan bergantung pada kepadatan gonozooid yang dilepaskan, karena pertemuan gamet jantan dan betina bergantung pada arus air. Musim kawin biasanya terjadi pada musim gugur.

Sejauh ini, sepertinya P. physalis merupakan hewan yang tidak memiliki kekuatan. Toh, hanya bergantung pada arus, kan? Namun, hewan tersebut sangat berbahaya bagi manusia. 

Tentakelnya yang panjang dapat mengenai penyelam atau perenang yang terlalu dekat. Seperti ubur-ubur, P. physalis mendapatkan makanannya dengan menggunakan racun yang terdapat pada tentakelnya. “Racun” tersebut diproduksi pada 2 ukuran sel knidosit; besar dan kecil. 

Sel-sel tersebut juga memiliki daya tahan yang kuat bahkan setelah terlepas dari koloni dan menempel di tubuh korban. Selain itu, racun yang dilepaskan merupakan toksin dengan berat molekular yang tinggi, yang dapat merusak sel neuron dan sel darah. Oleh karena itu, korban tentakel P. physalis bisa meninggal apabila tidak ditangani dengan benar.

Gambar 4. Sel Knidosit Physalia physalis (Montgomery dkk. 2016: 3).
Gambar 4. Sel Knidosit Physalia physalis (Montgomery dkk. 2016: 3).
Yang tidak memiliki kekuatan belum tentu lemah, dan yang tidak bergerak belum tentu aman. Penulis harap, melalui tulisan ini pembaca dapat semakin mengenal Physalia physalis. Penulis akan menutup tulisan ini dengan sebuah kutipan dari Albert Einstein:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun