Mohon tunggu...
Trie Yunita Sari
Trie Yunita Sari Mohon Tunggu... -

writing based on mind flow

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Si Penjawab Semua Rahasia Bumi

28 April 2014   21:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernah kah anda bertanya mengapa manusia hidup dan tinggal di Bumi? Tidak di planet lain atau di tempat lain. Sebagai manusia awam pasti kita hanya bisa menjawab “itu sudah ketentuan Tuhan”. Tapi saya sebagai manusia yang diberikan kemampuan berpikir tak lantas berpuas diri akan ketentuan Tuhan ini. Pasti ada alasan mengapa kita diijinkan Tuhan untuk tinggal dan menjalani kehidupan di Bumi. Pertanyaan di atas lantas membuat saya mencari jawaban secara ilmiah dari berbagai literatur ilmu bumi (geografi).

Buku pertama yang saya baca sebagai referensi adalahbuku yang ditulis oleh Angela Hall yang berjudul Dictionary of Northern Mythology yang menerangkan secara etimologis (asal kata) Bumi berasal dari bahasa Inggris kuno eorthe(sebelum725) namun ternyata bahasa Inggris kuno pun berasal dari bahasa Proto- Jermanik sehingga eorthe mengakar pada kata erthōyang artinya tanah. Menurut mitologi Nordik bumi dianggap sebagai dewi paganisme Jermanik yang merupakan ibu dari dewa Thor. Membaca pernyataan ini saya hanya tersenyum simpul (dongeng banget sih ya! :D). Akhirnya saya memutuskan mencari sumber bacaan lain yakni The Age of Earth yang sepertinya bisa menjelaskan lebih ilmiah.Secara ilmiah, Bumi diyakini terbentuk sekitar4,54 Milyar tahun lalu dan kehidupan di bumi muncul pada milliar tahun pertama (Dalrymple, 1991). Nah pernyataan ini memunculkan kembali pertanyaan dalam otak saya, “siapakah atau apakah yang hidup pertama kali di bumi pada tahun tersebut? Manusia purba kah atau Nabi Adam SAW?” setahu saya manusia purba tertua diyakini hidup 4-5 juta tahun lalu, kemudian siapa yang dianggap sebagai makhluk hidup yang memulai proses kehidupan di muka bumi ini? sayangnya di buku yang saya baca tidak disinggung mengenai hal itu dan lagi-lagi agak kecewa dengan buku yang saya baca.

Di buku-buku berikutnya saya mendapatkan banyak informasi mengenai unsur yang membentuk bumi tempat tinggal kita, seperti komposisi kimia kerak bumi yang memadati 5,98x1024 kg massa bumi. Sebagian besar bumi terdiri dari besi (32%), oksigen (30%), silicon (15%),magnesium (14%), belerang (3%), dan sisanya terdiri dari unsur lain seperti nikel, kalsium dan alumunium. Orang awam seperti saya yang bukan belajar ilmu bumi pasti kembali bertanya, “nah terus kenapa kalau bumi mengandung unsur tersebut?pengaruhnya apa terhadap keputusan Tuhan nempatin kita di bumi?”

Bukan bermaksud menge-judge buku terbitan ilmuwan-ilmuwan itu…tapi entah kenapa penjelasan bersifat mitos atau terlalu ilmiah masih belum sreg di hati menjawab pertanyaan saya. Akhirnya sampai akhirnya sedikit lupa mencari jawaban, suatu hari iseng ke toko buku saya melihat sebuah buku berjudul menyibak rahasia sains bumi dalam Al-Quran. Di chapter awal buku ini menjelaskan mengenai bumi secara ilmiah, hampir sama dengan buku David Williams yang berjudul “Earth Fact Sheet”. Jadi kurang lebih saya sudah tahu mengenai atmosfer, lapisan bumi, rotasi bumi dan sebagainya. Namun yang menarik dari buku yang ditulis Ir. Agus Haryo Sudarmojo ini adalah beliau selalu menarik benang merah antara fakta-fakta rasional dengan urusan agama. Terlepas dari judul buku ini, menurut saya yah memang pernyataannya didukung oleh hasil penelitian yang absah. Saya akan berbagi sedikit informasi yang akan membuat kita sadar bahwa “Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?”.

Sejak jaman SD dulu kita mungkin sudah paham bahwa fungsi atmosfir adalah sebagai pelindung. Hampir tak pernah terlintas dalam benak saya tentang apa jadinya bumi ini jika atmosfer tidak ada. Yang pasti jutaan meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga menjadikannya tempat yang tak dapat dihuni. Namun, (anggap saja saya tidak tahu siapa yang menciptakan atmosfir) si Pencipta ini dengan hebat- Nya mendesain atmosfir yang berfungsi melindungi makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman. Padahal kalau dilihat atmosfir hanya terdiri dari zat hampa yang terlihat hanya seperti asap orang awam seperti saya pasti mikir mana kuat asap seperti ini melindungi milyaran penduduk bumi. Selain itu atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.
si penulis selalu menyindir, “sudah mulai sedikit bersyukur?”

Lebih bersyukurlah lagi karena tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Ada satu lagi kata baru yang saya dapatkan dari buku ini yakni Sabuk Van Allen. Sabuk Van Allen adalah suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi dan berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Apa jadinya kalau sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.

Mengutip pernyataan Dr Hugh Ross bahwa Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius, tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.

Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 miliar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.

Ini sudah pasti perlindungan yang Allah berikan bagi manusia, dan sebuah keajaiban yang dinyatakan dalam Al quran. Masa? Untuk membuktikan akhirnya saya ikut membuka Al- Qur’an terjemahan. Disebutkan dalam QS.Al Baqarah :29 “Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di Bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit. Lalu dijadikannya tujuh langit. Dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.”

“kemudian Dia menuju langit, dan dia itu masih merupakan asap. Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya”. (QS Al Fushilat: 11-12).

Sudah bisa sedikit menangkap maksud ayat tersebut? Dalam buku tersebut dijabarkan bahwa pada Al-Qur’an langit secara harfiah bermakna langit alam semesta dan langit bumi. Sedangkan tujuh langit dimaknai sebagai lapisan atmosfer, seperti yang kita ketahui bahwa lapisan atmosfir terdiri dari 7 lapisan yakni Troposfer, Stratosfer, Ozonosfer, Mesosfer, Termosfer, Ionosfer dan Eksosfer. Setiap lapisan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.

Subhallah! Maha Besar Allah dengan segala ciptaanNya, termasuk langit semesta yang digambarkan dalam Al-Qur’an yang saat itu tidak ada teknologi modern yang mampu meneropong sejauh itu.
Singkatnya saya percaya ada sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Dan inilah tempat terbaik dimana manusia menjalankan kehidupan, dimana tidak ada tempat yang Allah ciptakan special untuk para khalifahnya. Maka dari itu rasanya sangat tidak tahu diri apabila kita melakukan kerusakan di muka bumi ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun