Mohon tunggu...
Trie Yunita Sari
Trie Yunita Sari Mohon Tunggu... -

writing based on mind flow

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Transportasi Jakarta Mematikan Rakyat Miskin

10 Desember 2014   01:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:39 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Hari ini (09/12/2014) saya benar-benar geram akan kebijakan sampah yang berlaku. Hari ini saya berniat menuju Mangga Dua Square karena urusan pekerjaan karena janjian di siang hari saya lebih memilih untuk naik Transjakarta dari rumah (klender) menuju mangga dua square. Pilihan ini saya rasa lebih bijakdengan mempertimbangkan bahwa akan lebih ekonomis biaya transportasi jika saya meninggalkan kendaraan pribadi saya dirumah dan beralih untuk naik transjakarta.

Saya memang tergolong jarang menggunakan angkutan umum, karena tentunya naik motor lebih memudahkan saya melewati jalanan yang macet dan lebih cepat sampai dibanding naik angkutan umum. Namun, semenjak harga BBM disahkan naik oleh pak Presiden Baru saya harus bijak memilah angkutan yang lebih ekonomis tergantung kesempatan dan demi mendukung program pemerintah. Jadi, kalau misalkan lokasi yang hendak saya tuju bisa dengan mudah dicapai dengan transportasi umum yah saya berkorban untuk mau melakukan transit, menunggu angkutan yang sering kali lamaaa sekali datangnya, dan berjejal dengan penumpang lain di tengah panasnya angkutan( read: panas bukan manja tapi benar-benar panas dalam arti sesungguhnya). Namun pilihan naik angkutan umumbenar-benar menjadi pilihan akhir karena sungguh sering kali tidak menyamankan.

Okay, to the point hari ini saya naik TJ dari halte busway Kampung Sumurdengan tujuan Kampung Melayu untuk transit. Dengan membayar 3500 Rupiah saya masuk ke dalam halte dan menunggu kurang lebih 10 menit hingga akhirnya si bus datang. Masuk ke dalam bus, saya memilih bangku kosong yang hendak saya duduki. Namun ibu disamping saya memberi isyarat untuk tidak duduk di bangku tsb karena basah. Gak heran, saya sering mendapati air dari ac yang bocor menetes ke bangku. Sampai disini saya masih santai saja. Tiba di halte kampung melayu saya harus transit menuju arah Ancol untuk turun di Mangga Dua. Saya mengantri di koridor 5 tujuan akhir Ancol. Akhirnya tibalah sebuah bus abu-abu yang sudah kelihatan usang, yaah gak heran juga.. udah sering lihat dan sering naik juga bus macem ini. Saya masuk dan ternyata penuh jadi saya harus berdesakan dengan penumpang lain. Benar-benar panas.. karena AC tidak menyala.. namun saya masih santai saja dengan tidak banyak melakukan gerakan supaya tidak mengucurkan lebih banyak keringat dari dalam baju.

Dari perjalanan berangkat memang tidak saya anggap masalah, saya sudah biasa nerimo keadaan tidak nyamannya angkutan publik. Sampai selesai urusan saya, saya memutuskan untuk kembali pulang dengan TJ. Sampai di halte mangga dua square saya mengeluarkan uang untuk membeli tiket. Ternyata si petugas loket mengatakan saya harus membeli tiket berupa kartu elektronik seharga 40 ribu Rupiah dengan rincian 20 ribu Rupiah harga kartu dan 20 ribu Rupiah isi saldo. Saya kaget, loh tadi di tempat saya berangkat masih bisa pakai kertas, dan agak kurang non sense kok harga kartunya mahal banget, sampe 20 ribu Rupiah.. Harga kartu 20 ribu Rupiah kalau dibelikan tiket kertas bisa hampir 6 kali loh.. ini bayar untuk 12 kali (40rb) tapi Cuma bisa dipakai 5 kali dengan sisa saldo 2500 rupiah . Artinya yah akan selalu ada sisa saldo setiap kali top up, so intinya kita tidak bisa benar-benar bisa sampai habis memakai saldo di dalam kartu. Perhitungan ini yang buat saya enggan beli kartu elektronik tersebut hingga kejadian ini.

And damn! Saya habis belanja pula di dalam tadi, dan megang uang cash hanya 15 ribu! Saya tanya petugas loketnya apa bisa beli pakai debit, saya punya 3 debit dari bank berbeda yang sepertinya bekerja sama meluncurkan tiket elektronik (you know who lah ya). Ternyata gak bisa beli pake debit atau gesek langsung dari debitnya, intinya harus tetep beli produk pembayar elektronik. Ternyata gak Cuma saya yang baru tahu sistem ini, di belakang saya ada banyak orang kira-kira 10 orangan yang juga belum punya tiket dan terlihat enggan beli tiket harga 40rb. Ada beberapa yang membujuk orang supaya bisa menebeng tiket dan membayarkan 3500 kepadanya termasuk saya juga yang dibujuk buat beli. “Aduuh.. pr banget nih kalau harus masuk lagi ke Mangdu Square Cuma buat ambil uang cash” dalam hati saya. Yah tapi sudahlah gak bisa bujuk petugas loket juga, jadi saya terpaksa masuk lagi dan menuju lantai 2 ke atm center. Gak deket loh itu, dengan lunglai sambil nahan gondok yah saya masuk dan kembali lagi ke halte Transjakarta.

Di tangga menuju loket halte Transjakarta seorang bapak-bapak tua menunggu saya dan menyapa, “mba saya boleh bayar ke mba gak untuk naik Transjakarta?”

Lah ini si bapak to the point amat. Belum sempet jawab dia ngomong lagi “saya gak punya uang buat beli tiketnya, boleh yah mba saya mau pulang gak ada ongkos buat beli tiket.. saya juga jarang naik TJ tapi ini kebetulan lagi naik TJ aja karena lagi banyak razia ” ujar si bapak yang kayanya udah pasrah.

“iya pak.. boleh” jawab saya singkat karena capek abis jalan kaki jauh.Sudah capek harus balik ke dalam mall, saya harus nunggu 40 menit datangnya bus TJ arah kampung melayu. Sumpaah.. saya merasa kesal sekali, begitu juga dengan penumpang lain yang sudah menumpuk dan resah menunggu bus. Ini udah beli tiket mahal kirain ada peningkatan fasilitas. Paling anehnya si mba penjaga loket promo “ini kartunya bisa dipakai belanja juga mba”. Wait.. gak bener nih.. pasti apa yang disampaikan titipan dari atasannya untuk melakukan promo macam itu. MIRIS BANGET!! Orang aja udah susah buat beli ini kartu, lah malah diajarkan konsumtif dengan mengimingii bisa dipakai belanja. Sadar gak sih market pemakai angkutan publik itu kebanyakan orang menengah kebawah. Penasaran aja sih petugas itu menyampaikan informasi ke semua penumpang yang beli atau hanya orang tertentu.

Fyuuh...saya yakin anda setuju bahwa angkutan publik seharusnya memudahkan masyarakat umum untuk bermobilisasi bukan malah menyusahkan mereka. Memaksa mereka menjadi “peminta-minta” untuk dapat menggunakan angkutan ini. Dammmn... saya lagi-lagi kecewa dengan kebijakan yang dibuat pemerintah. Saya bukan akan mengkritisi tiket elektronik yang diharuskan sebagai tiket masuk, namun saya mempermasalahkan tarif yang dikenakan di awal pembelian. Kalau elektronisasi memudahkan penumpang, menghindari penumpukan di depan loket bus, dan meringankan beban pekerjaan petugas loket okee saja gak masalah. Tapi faktanya sama aja, banyak juga yang akhirnya malah bikin hectic di depan loket karena cari bantuan untuk bisa nebeng (mungkin mereka sama kaya saya.. jarang naik transjakarta). Selain itu yang lebih bikin saya kesel ini kok gak dipertimbangkan yah harga e ticketnya, saya sedih banget loh ngelihat bapak-bapak dan ibu-ibu tua baya mohon ke saya untuk nebeng supaya bisa tetap banyar 3500. Apa mereka harus tetap melakukan itu untuk Cuma bisa naik angkutan bus TJ. Sepengalaman saya di Jerman, memang sudah diberlakukan sistem e card, namundengan perhitungan yang menguntungkan penumpang. Misal untuk kartu Bahncard 50 yang harganya 225 Euro (3,6 Juta Rupiah) bisa digunakan untuk transportasi apapun dikelas 1 selama setahun, bahkan bisa mendapat benefit yang lebih kalau anda tergolong penumpang aktif. Silahkan dihitung kalau rata-rata ongkos yang anda keluarin jika minimal perhari 10ribu dikalikan 1 tahun yaitu 3.650.000 Ribu rupiah tapi yah tentu dengan fasilitas kambing. Sudah dapat jawabannya yah kebijakan “Ini pro rakyat atau pro provider kartu elektronik ini?” Saya yakin anda tahu jawabannya.

Apakah pemerintah lupa bahwa pengguna angkutan publik, sepeda motor itu yah mayoritas orang menengah ke bawah.Harga bbm udah naik, tarif parkir resmi juga ikutan naik.. saya berniat ikut program pemerintah malah dibikin susah juga. Maunya apaa?? Saya gak ngerti pemerintah ini berpihak kepada siapa. Kalau melihat fenomena ini saya yakin sekali bahwa masyarakat kurang mampu bukanlah pihak yang dibela. Seakan-akan disingkirkan perlahan dari kehidupan yang manusiawi.

Mari kita lihat salah satu contoh kebijakan yang sebentar lagi disahkan oleh gubernur  baru Jakarta, bahwa pertanggal 17 Desember 2014 tidak boleh lagi ada sepeda motor yang melintas di jalan Thamrin- Merdeka Barat. Ini sih katanya karena tingkat kematian pengendara sepeda motor tinggi dan pak Gubernur gak mau banyak pengendara motor mati(http://www.tokohindonesia.com/lintas-berita/artikel/560570/dki-redam-angka-kematian-melalui-pembatasan-kendaraan). Aduh konspirasi macam apalagi untuk menyingkirkan orang miskin pak? Kalau khawatir dengan angka kematian pengendara sepeda motor, coba dilihat dulu itu statistik kecelakaan sepeda motor tertinggi dimana?? Di jakarta Utara dan jakarta timur tau!.Lah tapi kenapa target pertama pemberlakuannya di jakarta pusat? Yang diketahui jumlah kecelakaan sepeda motornya paling sedikit. It doesn’t make sense!!

Katanya disuruh lebih sering menggunakan angkutan publik??? Ini kok udah gak nyaman, ribet, merugikan lagi.. saya bukan mencoba memprovokasi dengan tulisan saya, tapi ini murnibentuk kekecewaan saya.. saya selama ini mencoba mendukung program pemerintah tapi kalau ini yang didapatkan tentunya saya harus bersuara bahwa apa yang mereka gaungkan demi nama rakyat sama sekali tidak membantu rakyaat! Pak, bu  dengan hormat saya sampaikan kalau anda ingin membuat kebijakan tertentu, carilah solusi yang tidak melahirkan masalah baru. Untungkanlah rakyat kurang mampu, bukan pihak yang sudah kaya dari negeri ini. (anda tahu yang saya maksud).

Saya terbuka dengan masukan dari pembaca, mohon maaf jika ada pernyataan kurang tepat. Silahkan dikoreksi dan semoga ada manfaat dari apa yang saya tuliskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun