Berbicara mengenai relasi antara media dengan politik tentu memiliki banyak topik yang menarik untuk dibahas, sebelumnya saya pernah menulis mengenai bisnis antara media dengan politik dengan judul "Jarang Diketahui Bisnis Media Penyiaran Dari Integrasi Vertikal, Horizontal Hingga Politik". Link ;  https://www.kompasiana.com/tribudiarti/6074fae3d541df46b21370c3/jarang-diketahui-bisnis-perusahaan-media-penyiaran-dari-integrasi-vertikal-horizontal-hingga-bidang-pollitik  dimana kedua pihak memiliki keterkaitan dalam saling menguntungkan dan saling mendukung dalam perihal bisnis.  Kali ini saya akan menulis opini saya mengenai media sebagai agenda setting dan juga peralihan isu politik dan regenerasi kepemimpinan nasional.
Media massa adalah satu ruang lingkup sosial yang memiliki sumber kekuatan besar dalam mempengaruhi lingkungan sosial yang luas, ruang lingkup sosial ini secara murni terbentuk atas dasar kepercayaan dan juga ketertarikan massa dalam suatu media saat menyampaikan suatu informasi. Kepercayaan yang dimiliki publik kepada media bukanlah suatu kebetulan, karena pada awal berdirinya suatu media penyiaran adalah sebagai  media penghubung antara pemerintah dan juga masyarakat khususnya diera Kemerdekaan saat berdirinya Pers Indonesia dimulai Sejak dibentuknya kantor berita ANTARA yang didirikan pada tanggal 13 Desember 1937 sebagai kantor berita perjuangan dalam rangka perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, yang mencapai puncaknya dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Â
Berawal dari hal tersebutlah masyarakat membangun kepercayaan kepada media penyiaran yang justru pada akhirnya kepercayaan masyarakat tersebut menjadi jembatan suatu media untuk menyalurkan suatu agenda setting kepada pemirsa atau ruang lingkup sosial dengan membuat suatu isu menyebar atau menjadi viral dan  menjadi tranding topik yang banyak dibahas oleh masyarakat. Â
agenda setting sendiri mempengaruhi trandingnya isu-isu tertentu melalui berita, kemudian bagaimana agenda publik diproses dalam lingkungan sosial yang menghasilkan berupa opini, sikap atau respon masyarakat terhadap suatu isu yang sedang ramai dibicarakan, dan adapun agenda kebijakan sebagai bentuk respon sikap pemerintah atas berkembangnya suatu isu baik dalam politik, perekonomian, kenegaraan, bahkan anggota perwakilan rakyat atau pegawai negara yang terjerat suatu kasus.
Banyak hal yang dapat dilakukan media untuk berupaya menyebar luaskan sebuah isu atau bahkan menutupi suatu isu, awal mula saya mengenal setting media yaitu justru pada saat saya menjadi seorang K-popers saat itu tahun 2016 tepatnya saat saya masih duduk di bangku SMP, sebagai anak yang bisa dibilang masih dibawah umur saya menyadari adanya suatu profokasi yang mempengaruhi saya atau bahkan orang lain terhadap citra pemerintahan Korea Selatan yang memiliki setting media yang sedikit unik menurut saya. Bukan hal asing jika beredarnya rumor kencan seorang Idol dari Korea Selatan menjadi topik besar di Korea Selatan sendiri atau bahkan di negara lain seperti halnya K-popers dari luar negri termasuk Indonesia, banyak rumor mengatakan bahwa isu kencan Idol tersebut sebenarnya peralihan isu politik dan juga perekonomian yang sedang memburuk, bahkan hingga sampai saat ini hal tersebut juga masih menjadi suatu agenda setting yang dilakukan media Korea Selatan. Â
Di Indonesia sendiri setting media tidak terlalu menonjol menurut saya, karena kesamaan tayangan dan juga media Indonesia saat ini lebih condong ke hiburan daripada ke Informasi.Â
Meskipun ada media yang menjadi kepercayaan masyarakat sebagai media informasi, media tersebut tidak terlalu menonjolkan suatu isu agar menjadi topik besar. Terlebih saat ini media sosial lebih mempengaruhi audien dan menjadi profokasi yang lebih memiliki kekuatan besar hingga kerapkali suatu peralihan isu pemerintah terbongkar oleh konten kreator sehingga masyarakat yang pada awalnya tidak mengetahui isu tersebut  menjadi tahu dan menyebar luaskan dengan share ke berbagai media lainnya.
Respon masyarakat terhadap peralihan isu atau agenda setting dikalangan masyarakat lingkungan saya tinggal bisa dibilang cuek dan tidak terlalu responsif, karena tidak ada tindak lanjut seperti mengutarakan pendapat ke pemerintah sebagaimana HAM masyarakat dan juga sebagai rakyat yang demokrasi setelah mendengar suatu berita atau isu yang kurang mengenakan biasanya hanya menjadi cerita kalangan ibu-ibu atau bapak-bapak dari mulut kemulut sehingga tidak pernah tersampaikan ke pihak yang bisa menampung suara rakyat dan juga respon dari pemerintah, semisal terkait perekonomian masyarakat, pembagian bansos, PKH dan lain-lain.
Kemungkinan regenerasi kepemimpinan nasional dilatar belakangi adanya media massa yang membantu perolehan suara rakyat. Media adalah salah satu sumber suara yang paling didengar oleh masyarakat luas, peralihan kepemimpinan negara ataupun wakil rakyat pada dasarnya bersumber dari suara rakyat yang memilih kepemimpinan baru. Disinilah agenda setting biasanya disusun agara ketertarikan masyarakat dengan partai politik tertentu dibangun untuk mendukung perolehan suara yang tinggi. Mengingat para pendiri media penyiaran di Indonesia sendiri berasal dari kalangan politisi, sehingga stasiun tv menjadi trafik yang menjembatani politisi berkampanye mengutarakan visi misinya kepada masyarakat semenarik mungkin, baik melalui citra kerja yang dikemas dalam setting media yang ditayangkan di iklan ataupun terselip diantara program acara yang ditayangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H