Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sembilan Ribu Saka di Pulau Rote

18 Agustus 2012   01:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Angin kencang, tiang bambu yang terkesan seadanya, dan tentu saja
Kibaran sembilan ribu saka merah putih, membuat suasana berbeda.
Meskipun nama pulau Rote lebih dikenal sebagai pulau di nusantara
Yang letaknya paling luar kawasan selatan tetapi fakta dan realitanya
Di pulau Ndana sebenarnya pengibaran ribuan bendera ini dilaksana,
Karena memang pulau ini letaknya yang paling selatan di Indonesia.
Pemerintah kabupatan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, berusaha
Memastikan bahwa paling tidak 6.700 bendera akan berkibar perkasa
Memenuhi langit pulau Ndana dan beritanya dipastikan juga mengudara
Penghuni boleh tak ada tetapi angkasanya adalah angkasa nusantara
Karenanya siapa bilang ribuan bendera tidak layak berkibar di sana?
Dan Leonard Haning – biasa dipanggil Lens – memastikan pula bahwa
Ba’a – ibukota kabupaten – haruslah rela melihat Ndana jadi pusat acara.
Sang bupati bumi nusa lontar bertekad bahwa kasus bikin malu bangsa
Ketika Sipadan dan Ligitan menjadi milik Malaysia tak boleh ada di nusa.
Ndana milik ibu pertiwi, Ndana bagian nusantara, walau manusia tak ada,
Dan hanya diunggui patung seorang panglima, tetapi nusa ini milik kita.
Berkibarlah engkau sang saka … merah-putih-kan angkasa nusa Ndana.

Sabang sampai Merauke, Miangas sampai pulau Rote, ini slogan negara.
Desir semangat, gerjolak jiwa, luapan tekad membaja di dada para pemuda
Adalah taruhan segala-galanya … ya raga, ya krida … ya jiwa, ya sukma,
Semua akan dipersembahkan demi menjaga tegaknya martabat negara.
Engkau sang maha panglima telah lebih dulu ada dan bermukim di sana.
Dulu semangatmu membentang dan berjuang di kawasan Yogyakarta,
Sekarang tentu saja engkau masih di sana, tetapi di sini … di nusa Ndana,
Engkau juga harus tularkan semangat juang pantang lekang pada ini nusa.
Karena hanya dengan semangat juang pantang lekangmu wahai panglima,
Nusa ini akan tetap terjaga … merdeka Indonesia … merdeka juga ini nusa.
Lalu … ribuan sang saka berkibar perkasa diusap bayu lautan samudera.

Mobilisasi massa, mobilisasi dana, yah … ini resiko konsekwensi logisnya
Memang masih banyak anak-anak bangsa yang kurang dan tidak berdaya,
Tetapi mereka selalu ada jadi bisa kan menunggu kucuran dana berikutnya.
Dana ratusan juta bahkan mlyaran ini relakan saja digunakan untuk upacara,
Toh contoh nyata diberikan oleh Jakarta, demi kemegahan upacara negara,
Milyaran dana bolehlah dihabiskan begitu saja karena martabat taruhannya.
Rasanya kan aneh jika upacara kenegaraan eh dananya hanya jutaan saja?
Relakan ini dana wahai anak bangsa, semua dijamin pasti tidak akan sia-sia.
Bisakah kalian membeli semangat membara di dada atau kobaran api sukma
Yang menjulang tinggi ke angkasa manakala sang saka memenuhi angkasa?
Semua memang ada harganya, semua memang ada biayanya, jadi tak apa
Kami habiskan dana milyaran jumlahnya walau engkau lebih memerlukannya.
Berkibarlah benderaku … lambang suci gagah perwira … dan nun jauh di sana
Memang ada tetes air mata tetapi kami yakin kalian semua pasti juga bangga.

Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Sidoarjo, Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun