Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manakala Dijadikan Musuh Negara

22 Agustus 2012   03:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manakala Dijadikan Musuh Negara

Walau jelas-jelas sang pengacara bukan penjahat apalagi musuh negara
Tetapi entah setan mana yang menjadi sutradaranya eh … tiba-tiba saja
Sang pengacara yang hanya secara tidak sengaja menyimpan bukti fakta
Bahwa sebuah pembunuhan dilakukan demi memuluskan sebuah rencana
Dijadikan musuh sang perencana dan hebatnya karena ia sangat berkuasa
Naiklah peringkatnya tidak hanya jadi musuhnya tetapi juga musuh negara.
Jelas terlihat betapa mudah mereka yang sedang berkuasa balikkan fakta.
Orang yang sebenarnya hanya menjadi saksi mata itupun tidak sengaja
Dapat diubah begitu saja menjadi musuh bersama … dan apa akibatnya?
Benar-benar luar biasa karena hampir seluruh sumber daya milik negara
Dikerahkan hanya untuk merebut bukti, menghancurkan penyimpannya,
Dan … yah pendek kata … semua harus ditumpas sirna musnah binasa.
Sang pengacara yang awalnya tak sadar bencana apa yang menimpanya
Tentu saja heran setengah mati dan tak henti-hentinya bertanya menduga
Kesialan apa yang sedang menimpanya, apakah masih ada hubungannya
Dengan sejumlah perkara sengketa perdata yang sedang ditanganinya
Atau perkara-perkara lainnya, atau ada hubungan dengan masalah cinta,
Atau bagaimana, tetapi semuanya gelap, semuanya tidak masuk logika.
Untung saja ia punya daya juang luar biasa, melawan, lari, jaga hidupnya.
Susah payah, keberuntungan karena mendapat bantuan mantan anggota
Dari instansi yang sama tempat si penguasa kendalikan atas nama negara,
Usaha mempertahankan nyawa, nama baik, dan bahkan juga keluarga,
Menghasilkan buah juga walau hampir saja semuanya hancur tak bersisa.

Singkat kata di akhir cerita sang pengacara berhasil ke luar dari bencana.
Lalu pelajaran utama apa yang seharusnya dapat dipetik dari alur cerita
Yang tentu saja banyak bumbu kehebatan dan keberuntungan semata
Yang dalam dunia nyata rasa-rasanya memang sulit menjadi satu realita?
Kekuasaan itu memang cenderung korup, dan semakin besar kuasanya,
Semakin besar pula kecenderungan korupnya, ini kata peribahasa lama.
Penggagasnya tentu saja banyak berkaca dari pengalaman yang ada,
Dan sejauh yang dapat diamati serta berkaca pada sejumlah kisah nyata
Pendapat ini tentu saja ada benarnya … ambil saja kasus uang negara
Yang sejauh ini rasanya dirompak di mana-mana … siapa sih pelakunya?
Sudah jelas mereka semua berkuasa, mereka semua mempunyai kuasa,
Karena mana bisa mengambil uang negara kalau otoritasnya tidak leluasa?
Politisi, pejabat negara, mulai yang sangat tinggi sampai yang di bawah sana,
Perilakunya hampi sama saja, begitu peluang ada, gunakan itu otoritas kuasa
Untuk merekayasa sedemikian rupa yang penting dana mengalir ke koceknya.
Iinilah potret buram negara besar di nusantara yang konon kabar ceritanya
Sengaja diproklamasikan agar dapat membawa rakyatnya makmur sejahtera.
Penguasa, apapun kualitas mereka, tetap saja harus ada, lalu apa terapinya
Supaya peluang merompak uang negara semakin lama semakin tidak ada?
Inilah yang sulit menjawabnya, tetapi berkaca dari alur cerita sang pengacara,
Rasanya memang tidak mudah membuat yang berkuasa tidak korup jalannya.
Sang sutradara kisah musuh negara mungkin mempunyai versi jalan keluarnya
Sayang sekali dia tewas karena menggunakan hak guna mengakhiri hidupnya.

Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Sidoarjo, Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun