Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Air Mengalir dari Istana Negara

24 September 2011   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:39 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Air Mengalir dari Istana Negara

Nusantara adalah negara samudera raya dan dari sana muncul pulau-pulau istimewa,

Bertebaran dan kemudian membentuk rangkaian permata nan indah lintas khatulistiwa.

Samudera adalah sumber tirta meskipun karena garamnya lalu jadi tak layak dicerna

Tetapi tetap saja ini adalah bentangan luas tirta maha raksasa penghias nusantara jaya

Sehingga dengan teknologi rekayasa jadi tidak masuk akal dan kurang dapat dipercaya

Jika sebagian besar penduduknya terpaksa mengais-ngais air kotor pemuas dahaga.

Duh jagat dewa batara, bagaimana bisa ada negara yang di atas bentangan samudera

Lalu tiba-tiba saja penduduknya tak mampu menyediakan tirta penopang jiwa dan raga.

Pasti ada yang salah dengan ini negara tercinta, terutama para pejabat pengelolanya.

Anggaran belanja negara ribuan triliun besarnya, tetapi entah mengapa dan bagaimana

Menyediakan peralatan hasil tenologi rekayasa yang mampu mengubah tirta samudera

Menjadi air jernih sekualitas aqua, eh ... pemerintah bukan saja tak bisa melakukannya

Tetapi bahkan mungkin tak pernah sempat memikirkannya, lalu apa saja kerja mereka?

Menyediakan air sekualitas aqua jelas bukan pekerjaan orang-orang di istana negara,

Apalagi pekerjaan sang kepala negara, yang konon sibuk mengurus Indonesia Raya,

Tetapi jika jutaan orang berteriak putus asa karena air pemuas dahaga tak tersedia,

Dan pihak istana negara tampaknya bungkam seribu bahasa tak mengeluarkan suara,

Lalu apa saja kerja mereka bagi rakat jelata yang pada masa pemilu raya kabarnya

Dijanjikan banyak hal agar sejahtera, meskipun tidak termasuk tersedianya air aqua?

Pemilu raya memang sudah lama purna tetapi bukankah janji masih terngiang di telinga

Bahwa kehidupan yang lebih baik dan sejahtera pasti menjadi prioritas utama negara?

Alangkah akan berbahagianya anak bangsa, walau mungkin terlambat satu dasawarsa,

Jika kepala negara berani mengeluarkan fatwa dan sabda bahwa hari ini triliunan dana

Akan didekasikan membeli peralatan hasil rekayasa agar dapat mengubah samudera

Menjadi sumber aqua bagi semua anak bangsa yang kadang kala memang tak berdaya

Menyediakan kebutuhan paling pokok bagi kelangsungan hidup mereka dan keluarga.

Mulai tahun depan tirta tak lagi akan menjadi ganjalan bagi anak bangsa yang dahaga

Negara dengan dana raksasa pasti dapat menyediakan air sekualitas dan sejernih aqua,

Sehingga tak lagi pemandangan nestapa duka yang menusuk mata dan melukai jiwa,

Penduduk desa mengais-ngais air di antara bongkah-bongkah pecahan tanah merdeka,

Di negara samudera raya yang tirtanya melimpah ruah tak terkira cukup untuk semua.

Dari istana negara sudah seharusnya tirta jernih bahagia mengalir tak putus-putusnya,

Menjadi pemuas dahaga bagi siapa saja sehingga mereka semua dapat dengan leluasa

Terus bekerja dan berkarya demi negara Pancasila yang mottonya Bhineka Tunggal Ika.

Sekarang semua harapan memang masih fatamorgana dan mungkin juga hanya utopia,

Tetapi jika dari istana negara, tempat dikau kepala negara dapat mandi berlama-lama,

Dengan tirta yang bahkan jauh lebih jernih dibandingkan yang diminum penduduk desa,

Berani dimunculkan fatwa dan sabda menggunakan uang negara untuk air rakyat jelata,

Maka kejayaan negara bentang samudera raya nusantara tinggal menunggu waktu saja.

Tirta yang berubah menjadi bencana di mana-mana dikala musim pancaroba akan sirna,

Tak ada lagi bencana karena tirta melimpah dan mengalir ke mana-mana, juga tak ada

Karena tirta tiba-tiba menghilang begitu saja di tengah-tengah rekahan tanah bencana.

Yang ada hanyalah tirta sejernih aqua mengalir dari istana negara bagi anak bangsa

Karena kepala negara tiba-tiba sadar betapa lama dia sudah mengabaikan rakyat jelata.

Dr. Tri Budhi Sastrio – ukspj@yahoo.com – HP. 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun