Essi 224 -- Menteri Olah Raga Skandal atau Bencana?
Tri Budhi Sastrio
Jagat olahraga laksana diguncang ombak
dahsyat di lautan samudera,
Maka sang penanggung jawab utama tentu saja
ikut terkena imbasnya.
Walau hanya olahraga tetapi jika nama negara
dan bangsa ada di sana,
Maka apa yang terjadi di dunia ini tentu bukan
hal yang biasa-biasa saja.
Ada nama bangsa, ada jiwa sukma negara,
dan ada martabat warganya.
Semua melekat dan karenanya jika timbul
masalah, apalagi jika malunya
Menampar semua wajah negara, yang
bertanggung jawab haruslah ada.
Yang dipertaruhkan bukan main besarnya
karenanya jangan seenaknya
Mengelola olahraga, apalagi jika pentas
kegiatannya sudah antar negara.
Tentunya mulai yang paling rendah sampai yang
paling tinggi hierarkinya,
Harus bersedia bahu membahu memikul kerja
beserta tanggungjawabnya.
Tanggung jawab dan sikap ksatria inilah yang
jelas paling mahal harganya.
Sebagai perbandingan ayo dilihat bagaimana
negara-negara yang di Eropa,
Sikapi yang namanya olahraga serta bagaimana
negara tercinta Indonesia,
Menyikapi hal yang persis sama, yaitu masalah
olahraga, termasuk sarana,
Prestasi dan juga tampilannya ... pasti ada yang
sama walau jelas kentara
Nyatanya banyak juga yang sangat berbeda
bahkan sangat jauh bedanya.
Mulai saja dari sepakbola, sebuah olahraga
yang amat mendunia sehingga
Rasanya tidak ada menteri olah raga yang tetap
bisa senyum-senyum saja
Manakala sepak bola sebuah negara hancur
dan memalukan prestasinya.
Ukurannya tentu saja piala dunia bahkan sejak
babak kualifikasinya saja
Yang dipertaruhkan oleh sebuah timnas adalah
nama negara dan bangsa.
Semua merasa terlibat, semua tegang, semua
harap-harap cemas karena,
Ya ... karena kekalahan yang sebenarnya biasa
dalam dunia sepak bola,
Tapi akan berubah menjadi tamparan hebat luar
biasa kala tim jagoannya
Eh ... keok begitu saja tepat dihadapan puluhan
ribu mata pendukungnya.
Menteri olahraga Indonesia bisa bernafas lega
karena khusus sepak bola
Negara raksasa di sabuk khatulistiwa ini
memang sangat aneh prestasinya.
Tak pernah menderita kalah dalam prakulifikasi
piala dunia yang mana saja.
Hebat dong ... tentu tidak ... karena memang
tidak pernah sampai ke sana.
Baru sampai pra pra piala dunia eh ... keoknya
selalu dapat nomer juara.
Singkat kata ... timnas Indonesia tidak pernah
kalah dalam pra piala dunia
Karena memang tidak pernah bisa ikut serta
di dalamnya ... ha .. ha .. ha ...
Maaf, ini memang agak dilebih-lebihan supaya
lebih seru dah membacanya.
Jadi siapa saja yang menjadi menteri olah-
raganya, ya tenang-tenang saja.
Jika keok karena sudah keok jauh sebelumnya,
kan bukan salah menterinya,
Yang salah eselon yang di bawahnya dong,
sekretaris atau para direkturnya.
Sulit? Tentu tidak, korupsi ratusan milyaran saja
nyatanya eh aman dan bisa,
Apalagi jika hanya masalah prestasi timnas
sepakbola yang porak poranda.
Jauh lebih mudah ... jauh lebih bisa ... buktinya
mana ada menteri olahraga
Secara ksatria mundur karena malu prestasi
olahraga khususnya sepakbola?
Tidak ada dan mungkin tidak akan pernah ada
dalam waktu dekat ini karena,
Ya, karena ada bencana yang lebih dahsyat saja
menteri pemuda tetap ceria,
Apalagi jika hanya karena timnas tak pernah
berlaga di ajang pra piala dunia.
Sekarang ayo ke Eropa dan lihat apa yang
terjadi di Polandia, umpamanya.
Polandia berulang kali bermain di piala dunia ...
bahkan pernah juara ketiga.
    Â
Untuk piala dunia di negeri tarian samba sana,
negara ini haruslah berlaga,
Lawannya adalah kampiun sepakbola dengan
segudang pemain kelas dunia.
Tetapi yang kemudian menjadi skandal atau
bencana bukan skor sepakbola,
Melainkan sesuatu yang berkaitan dengan
sarana, stadion nasional Warsawa.
Joanna Mucha, sang menteri olahraga, benar-
benar diuji sikap srikandinya.
Wanita cantik paruh baya dengan mata gilang
cemerlang dan sangat jelita,
Berada dalam tekanan publik Polandia hanya
karena pertandingan sepakbola
Pra piala dunia antara Inggris dan Polandia
harus ditunda walaupun sehari saja,
Semata-mata karena lapangan sepak bola
penuh tirta akibat hujan di Warsawa. Â
Penonton marah dan sang perdana menteri
berkata usut tuntas yang berdosa
Tanpa ampun dan tanpa pakai basa-basi segala
dan ... tahu apa responnya?
Sang menteri olahraga yang cantik jelita kirim
surat kilat amat sangat segera,
Isinya satu poin saja, beta bertanggung jawab
dan mundur konsekwensinya.
Lho ... semua orang terkejut dibuatnya, apalagi
bagi mereka yang ikuti berita
Dari satu negara yang warna benderanya sama,
hanya terbalik saja letaknya.
Lho ... menteri yang di sana itu sudah
menelantarkan sarana olahraga raksasa,
Belum lagi tuduhan korupsinya, dia terus asyik
bekerja dengan fasilitas negara,
Lho ... di sini stadion kebanjiran akibat hujan
saja, begitu tanggungjawabnya?
Banyak orang geleng-gelengkan kepala ... ini
masalah budaya atau otak juga?
Bayangkan saja betapa jauh bedanya, memang
manusia tak ada yang sama,
Tetapi yang namanya tanggung jawab, etika
serta budaya malu, rasanya ada,
Bahkan Indonesia bukankah dikenal sebagai
negara yang halus perasaannya?
Tetapi melihat bagaimana anak muda lulusan
luar negeri begitu tebal mukanya,
Benar-benar sulit dimengerti walau semua
teori dan pendekatan sudah diguna.
Pasti ada yang salah ... apakah karena yang di
Indonesia amat banyak nodanya
Sehingga mundur atau tidak mundur toh sama
saja ... prestasi porak poranda,
Korupsi merajalela di mana-mana, dusta pun
berarak laksana awan dan mega,
Sehingga menteri mundur toh tak mengubah
apa-apa, tetap saja porak poranda,
Tetap saja merajalela, dan dusta pun tetap saja
berarak laksana awan dan mega.
Perdana menteri menolak permintaan mundur
sang menteri olahraga yang jelita.
Mengapa? Usut siapa yang harus bertanggung
jawab membuat malu ini negara.
Agar supaya sebelum tahun ini berakhir, apa
dan siapa penyebabnya sudah ada,
Sehingga hal memalukan seperti ini tidak
terulang lagi, Joanna Mucha bersedia.
Sementara itu kabar burung yang beredar
tampaknya mengarah pada pengelola.
Tentu saja sang ketua pengelola stadion utama,
tetapi menurut kontrak tugasnya,
Memang bukan tanggung jawabnya jika stadion
kebanjiran ... pemilik stadion ya.
Dan siapa pemilik stadion nasional di Warsawa
... eh ternyata menteri keuangan.
Wah gawat, apakah menteri keuangan harus
mundur karena stadion milik negara
Tergenang air hujan sehingga pertandingan
pra piala dunia harus sehari tertunda?
Beginilah jika berita di Eropa dicoba
dibandingkan dengan berita di nusantara.
Ada yang persis sama, ada yang berbeda, dan
ada yang amat sangat berbeda.
Maling, penjahat, pemerkosa, pembunuh,
pembuat kerusuhan rasanya sama ada.
Tetapi jika tentang korupsi dan pelakunya tetap
enak-enak nikmati failitas negara,
Rasanya hanya Indonesia yang gemar dan rajin
sekali menyediakan contohnya,
Sehingga kapan saja ingin diteliti atau ditelaah
pasti selalu ada persediaannya.
Dan prestasi semacam ini rasanya sulit
ditandingi oleh negara-negara di Eropa,
Bukan saja berita korupsinya jarang ada juga
jika ada langsung ditangani segera.
Stadion banjir karena hujan saja dianggap kalau
bukannya skandal ya bencana.
Itu di Polandia, kalau di Indonesia, stadion
terbengkelai dan korupsi penyebabnya,
Kalau bukannya dianggap sebagai kosumsi
berita ya sebagai pertunjukan drama.
Babaknya panjang serta berlama-lama, isinya
silat lidah serta pertunjukan dusta.
Inilah akibatnya jika pejabat negara piawai
berdusta dan malu bukan budayanya.
Essi 224 -- POZ03112012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H