Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Essi Nomor 223 - Dahlan Iskan, Pendusta atau Bukan

14 Januari 2025   09:42 Diperbarui: 14 Januari 2025   09:42 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.amazon.com/Wee-Blue-Coo-Electricity-Laboratory/dp/B07F36MWXG

Essi 223 -- Dahlan Iskan, Pendusta atau Bukan
Tri Budhi Sastrio

Pasti banyak yang kenal mantan dirut PLN yang
sekarang menteri BUMN.
Lama ditempa di dunia media maka menulis
tidak hanya jadi keterampilan,
Tetapi tulisan telah diubahnya jadi tameng dan
pedang, bisa buat bertahan,
Bisa juga untuk menyerang dan ... ini semua
berhasil dibuktikan oleh Dahlan.
Pertahanan kuat di segala medan, serangan
juga berbahaya dan mematikan.
Jadi bagi siapa saja yang menganggap sang
bintang terang sebagai lawan,
Dan ingin cepat-cepat menyerang agar bintang
terang tidak lagi gemerlapan,
Hendaknya berpikir agak jauh ke depan agar
tidak lumpuh sebelum berjalan.
Yah, kalau adanya cuma serangan kaku tidak
bermutu, lebih baik disimpan.
Karena bukan saja tidak akan mempan, eh
salah-salah senjata makan tuan.
Jika memang mau menyerang, serangan harus
mematikan sekaligus elegan.
Ingat orang yang satu ini tahu hampir semua hal
dan dia tidak punya beban.
Harta sampai ke awan, bisnis tidak ada lawan,
karisma amatlah menawan,
Kemampuan menulis jelas jempolan, jadi kalau
lawan hanya sekelas preman,
Walau kantornya sebagian besar di Senayan,
mendingan dengar ini saran.
Tidak usah macam-macam ... kalian semua jelas
makanan empuk, kawan!

Sekarang ayo ditengok sejenak apa jadinya
BUMN setelah dia turun tangan.
Pertama masalah tujuan ... dari dulu jelas sudah
ada yang namanya tujuan.
Istilah kerennya visi, misi, atau apalah namanya,
pokoknya ada dan relevan.
Hanya karena ceritanya banyak BUMN bukan
cuma rugi milyaran tapi triliun,
Maka serelevan apa tujuan tetap yang diperoleh
hanya cemooh dan cibiran.
BUMN yang bintang memang tak jadi sorotan
walau korupsi penyelewengan
Tampaknya juga bukan sesuatu yang pantang
dilakukan, tetapi yang karatan,
Yah, tentu korupsi dan penyelewengan menjadi
tuduhan yang paling relevan.
Sekarang yang karatan sudah dibersihkan
sehingga yang namanya tujuan
Menjadi penting dikemukakan karena kalau tidak
lalu kapan datang pujian?
Dan Dahlan dengan mudah berhasil rumuskan
BUMN plus sejumlah tujuan.

Pertama, katanya di depan presiden, BUMN
harus menjadi alat ketahanan.
Alat ketahanan nasional lengkapnya ... dan
hebatnya BUMN sektor pangan
Digabungkan dengan BUMN yang tangani
industri strategis ... inilah kejutan,
Walau sebelumnya mungkin sudah begitu tapi
yang retorikanya naik ke awan
Yah ... baru Dahlan Iskan yang sengaja
melakukan, sehingga tidaklah heran
Jika gagasan laksana berlompatan ke luar dari
kotak sakti dewa kahyangan,
Semua terperangah, percaya, kemudian tepuk
tangan meriah berkepanjangan.
Inilah jika kata dan slogan berada di tangan
mantan wartawan, jadi menawan.

Kedua, masih dengan retorika yang tidak baru
sih, tetapi tetap saja menawan,
Karena memang diucapkan di saat yang tepat,
jadi tak heran jika jadi sorotan.
BUMN itu harus mampu sebagai engine of
growth ... mesin pertumbuhan ...
Ha ... ha ... ha ... sampai di sini harus berhenti
sebentar, bukan ada gangguan,
Tetapi karena teringat kata-kata bijak ... like
president like minister ... ingat, kan?
Presiden amat sangat suka bergaya yang
seperti ini, sebelum banyak kritikan
Tiada pidato dan pengarahan yang tak diawali
oleh jargon asing buat panutan.
Memang sedikit berkurang ketika serangan dan
kritikan datang berhamburan,
Dan sekarang sang menteri -- mungkin untuk
mengingatkan atau gaya-gayaan,
Yang jelas 'mesin pertumbuhan' kurang afdol
jika yang asing tak ada di depan.
Tetapi tujuan kedua memang sangat masuk akal
... tugas BUMN turun tangan,
Ketika yang swasta belum berani campur tangan
karena tidak ada keuntungan.
Negara harus terus membangun karenanya
BUMN harus berada di garis depan
Sambil menunggu bala bantuan datang, BUMN
di depan karena pembangunan.

Yang ketiga -- dan ini benar-benar jargon --
BUMN harus menjadi kebanggaan.
Negara dan bangsa harus punya kebanggaan,
dan BUMN harus ikut berperan.
Buat bangsa dan negara bangga karena BUMN-
nya punya pengaruh signifikan.
Sepak bola, bulu tangkis, dan olah raga lainnya
boleh saja hancur berantakan,  
Tetapi perbankan, semen, telekomunikasi,
kedokteran nuklir, dan penerbangan,
Haruslah ditatap lawan dan kawan dengan
pandangan kagum dan rasa segan.
Dan siapa lagi yang dapat melakukan kalau
bukan BUMN yang jadi kebanggaan?
Tepuk tangan kembali riuh berkepanjangan
karena tidak hanya motto dan slogan
Yang berhasil dikerek jauh tinggi lalu berkibar
sampai ke awan oleh Dahlan Iskan,
Tetapi juga semangat berhasil dibuat meledak,
dan berkobar terang gemerlapan.

Presiden tampaknya juga tidak mau kalah
dengan menteri yang terang berkilauan.
Dia ibaratkan negara memang mempunyai dua
tangan tapi hanya satu yang jalan.
Yang satu entah mengapa diam tidak bisa
digunakan dan ini tidak bisa dibiarkan.
APBN, tangan yang satu, memang sudah
bergerak walaupun gaya geraknya pelan
Karena acuannya memang diperoleh dalam
sebuah proses yang berkepanjangan.
Nah ... kalau bala bantuan datang, tangan lain
dapat ikut bergerak guna jalankan
Semua maksud yang telah diprogramkan,
pembangunan kan lebih lancar berjalan.
250 triliun telah digerakkan oleh tangan kanan,
tangan kiri belum bisa ikut berperan,
Kalau karena Dahlan Iskan eh ... dana yang 250
triliunan dapat juga didatangkan,
Wow ... negara bisa lebih banyak tangani
pembangunan, walau yang di Senayan  
Masih terus sibuk berperang dengan beragam
argumen, kita bisa mainkan peran.

Dengan presiden tampaknya sangat berkenan,
konon kabarnya dalam pengarahan,
Frasa 'saya senang' dan 'senang sekali' paling
tidak ada 22 kali presiden ucapkan,
Posisi menteri yang satu ini rasanya aman-aman
saja, apalagi kalau pihak lawan,
Masih gunakan gaya norak yang bukan saja
tidak elegan tetapi juga kampungan,
Maka sama sekali jelas bukan hambatan bagi
sang menteri guna tangkis serangan
Sekaligus lancarkan serangan balasan guna
lumpuhkan semua strategi pihak lawan.
Yang jadi masalah jika Dahlan Iskan, entah
disengaja entah tidak, eh sedikit arogan.
Percaya diri dan arogan jelas berlainan, percaya
          diri bisa menjadi senjata andalan,
Tetapi kalau karenanya lalu timbul sikap yang
arogan, ini jelas-jelas bisa merugikan.

Simak saja contoh nyata ketika Dahlan Iskan
memberi penjelasan pada wartawan.
Wartawan menyampaikan ada audit BPK yang
menyatakan ada sebuah kebijakan,
Diambil ketika masih menjabat pimpinan di PLN,
eh ternyata negara amat dirugikan.
Lalu apa jawabnya? Lho ... itu semua sudah
tahu, dan angkanya masih kekecilan.
Dua atau tidak kali lipat baru benar dan karena
di TV lengkaplah dengan senyuman.
Orang awam akan balas bertanya ... lho ...
          negara dirugikan sampai 100 triliunan,
Eh, si pengambil kebijakan tersenyum lebar,
apa-apaan ini, memangnya gurauan?
Lagi pula kalau tugas utama tercapai tetapi
kerugian besar yang menjadi landasan,
Setiap orang kan bisa ... ente diangkat kan
maksudnya korupsi berhenti, kerugian
Berubah menjadi keuntungan, dan pasokan
listrik buat lampu terang gemerlapan.
Lalu jika macam ini, negara harus keluar ratusan
triliun supaya PLN dapat pujian,
Ini mah bukan alat ketahanan, mesin
pertumbuhan, apalagi jadi kebanggaan.
Kalau gaya begini terus digunakan agar citra
melambung dan pujian berdatangan,
Wah ... mau diapakan ini negara ... mau
didekatkan jurang sekalian dihancurkan?
Untuk ini Dahlan Iskan memang masih harus
mau memberi pertanggungjawaban,
Walau peringatan bagi yang ada di Senayan,
jangan rekayasa yang bukan-bukan,
Hanya untuk kebenaran dan keadilan, bukan
sarana untuk bahan tawar-tawaran.

Kerabat beruang bukan untuk mainan, kalau
berontak bisa menimbulkan korban.
Selamat berjuang Dahlan Iskan, semoga tidak
terjebak dalam dusta pencitraan.
Kerja masih sangat banyak hampir tak
berkesudahan maka ayo tetap berjuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun