Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Essi nomor 204 - Kota Biasa vs Kota Mega, Siapa yang Berjaya

10 Januari 2025   10:16 Diperbarui: 10 Januari 2025   10:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://line.17qq.com/articles/pmmwnqwky_p2

Essi 204 -- Kota Biasa vs Kota Mega Siapa Yang Berjaya?
Tri Budhi Sastrio

Dengan hanya tersisa dua maka pemenang
utamanya sudah tentu harus ada.
Yang menjadi pertanyaan sekarang siapa sih
yang bakal berjaya di DKI Jaya,
Apakah para cowboy yang dari kota biasa atau
cowboy pasangan kota mega?
Putaran pertama pilkada sebenarnya telah
menunjukkan gejala dan pertanda,
Siapa yang akan berjaya jadi juara, tapi seperti
kata pepatah, awan dan mega
Selalu simpan banyak rahasia, kapan turun
          hujan atau kapan berlalu begitu saja,
Sulit ditebak karena memang bisa berubah
kapan saja, tergantung bayu cakra.
Yang kotak-kotak bisa saja tetap berjaya seperti
hasil pada putaran pertama,
Tetapi adalah juga bisa si kumis melenggang
kembali masuk balai kota mega.
Singkat kata ada banyak pintu dan jendela
yang dipastikan tetap akan terbuka,
Hanya siapa yang mendapat dorongan agar
langkahnya cepat seringan mega,
Tetap masih menjadi tanda tanya, apalagi debat
terbuka peragaan keduanya,
Eh ternyata sama-sama tidak sabaran, pantang
disindir apalagi direndah hina.
Padahal seperti kata para bijaksana, mereka
yang tetap senyum riang gembira
Manakala lecehan dan serangan hina menerpa
tidak hanya wajah dan telinga
Tetapi juga martabat jiwa, yang akan menerima
berkah karunia rakyat jelata.
Sayang, keduanya sama-sama asyik membalas
sindir cerca ... yah kok bisa?
Tetapi itulah fakta dan realita yang tentu
          disaksikan bersama warga Jakarta.

Kamis Pahing 4 Besar penangggalan Jawa,
5 Peh Gwee penanggalan Cina,
Nasib keduanya akan segera ditentukan oleh
tangan kanan warga ibu kota,
Ke arah mana paku pencoblos lebih banyak
diarahkan, maka itulah hasilnya.
Jika pasangan dari kota biasa yang banyak
memperoleh suara umpamanya,
Maka Jakarta akan segera punya banyak
kampung deret buah karya mereka.
Jika pasangan kota mega yang berjaya, maka
kawasan pantai utara Jakarta,
Akan segera mempunyai bendungan raksasa
penahan gempuran laut Jawa.
Mana yang lebih tinggi urgensinya ... yah tentu
saja sama-sama pentingnya.
Maka dari itu, siapa saja pemenangnya, mereka
bisa laksanakan keduanya,
Kampung deret dibangun, bendungan raksasa
juga bagus bila dimulai segera.
Singkat kata, program mereka berdua ya milik
bersama, milik warga ibu kota.
Lalu bagaimana dengan kartu sehat bagi semua
warga rawat inap kelas tiga?
Wah ... kalau yang ini proyek raksasa,
          penunjangnya juga harus mega dana.
Semoga saja janji yang layaknya angin surga
ini tidak dijegal sesama kolega,
Sehingga walau dana tersedia, tetapi kalau para
wakil warga tak seia-sekata,
Bisa saja janji mulia berakhir di mega-mega
          angkasa, hanya sedap di telinga
Tetapi tak bisa diraih oleh siapa-siapa ... yah
semoga saja lancar dah semua.

Yang paling sulit tentu saja transportasi darat
          dan macet yang jadi ikutannya.
Dua calon sama-sama berjanji atasi kemacetan
ibukota, sedangkan caranya?
Tidak terlalu jauh berbeda tetapi seperti yang
telah ditunjukkan sebelumnya,
Kemacetan jelas tak mudah diurai, dikurangi,
apalagi dihilangkan begitu saja.
Jalan terbatas, angkutan umum tak jelas, hampir
tak terbatas jumlah pengguna,
Lalu bagaimana bisa tak macet jika tiga faktor ini
tetap saja seperti sedia kala?
Yang ditawarkan baik yang dari kota biasa
maupun yang dari kota nan mega
Sama-sama bisa dilaksana, hanya saja seperti
yang telah menjadi fakta realita,
Pasti tidak semudah yang diduga, perlu waktu
          lama, hasilnya belum tentu ada.
Analisis awamnya sederhana, jalan yang
terbatas sebagai faktor yang pertama,
Jika ingin ditambah sedikit saja, diperlukan
biaya yang bukan main besarnya.
Mengapa? Karena memang harus naik ke udara,
jalan layang istilah kerennya.
Pertanyaannya seberapa banyak tingkatan
jalan layang yang bisa mengudara?
Kalau cuma dua walau mahal mungkin masih
bisa, tetapi jika tingkatannya tiga,
Apalagi empat sampai lima, mungkin
teknologinya ada tetapi dananya sabar ya.
Singkat kata, pada faktor pertama hanya sedikit
          saja ruang gerak yang tersedia.
Bagaimana faktor kedua, moda angkutan umum,
apa yang besar kapasitasnya,
Atau yang kecil-kecil saja, dan juga apakah
sama-sama harus melintas di udara?
Angkutan massal besar kapasitas memang
          pilihan utama dan otoritas pengelola
Juga penting untuk segera dibentuk dan bekerja,
tetapi janganlah minta seketika.
Sekarang dibentuk, tahun ini juga masalah
transportasi Jakarta beres semua.
Pasti tidak, dan pasti pula macet akan tetap
          akrab di mana-mana, hanya saja
Jika arah kebijakannya tepat guna, mungkin
masa panca warsa jauh ke muka
Akan ada perubahan bermakna, mobilitas tetap   terjaga sementara macetnya
Mungkin akan sedikit berkurang sehingga
banyak juga yang bisa bernafas lega.

Lalu bagaimana dengan jumlah pengguna yang
rasanya banyak tak terhingga?
Ini memang yang paling pelik dari semuanya
karena menyangkut diri manusia.
Motor dan mobilnya saja sulit dijaga, apalagi
yang punya, susahnya tak terkira.
Realitanya kurang lebih seperti ini diorama,
yang dari selatan bergerak ke utara,
Ya orangnya, ya mobilnya ... mereka yang
bermukim di timur pergi ke barat daya,
Ya motornya, ya boncengannya ... yang dari
          tengah melintaslah ke mana-mana,
Singkat kata mereka laksana banteng gila saling
melintas semua jalanan ibukota
Barat timur selatan utara, barat timur laut
semua, barat daya sampai ke tenggara,
Lengkap sudah semua jalanan dijelajahi
penduduk Jakarta, nah inilah anehnya.
Seandainya saja, orang selatan bekerja di
selatan, orang utara berada di utara,
Pasti dah jalanan tengah kota akan berkurang
bebannya, tetapi bagaimana bisa?
Lalu siapa yang mampu mengaturnya, apalagi
          kan sudah jelas mustahil namanya.
Ini manusia ... manusia yang tentu saja bebas
memilih rumah dan tempat kerja.

Jika saja ... sayangnya memang hanya jika saja,
separuh penduduk kota Jakarta
Bisa dibuang ke Pulau Seribu sana, mana siapa
          saja gubernurnya, pastilah bisa
Hilangkan kemacetan ibukota, kemudian yang
separuh lagi dikirim saja ke Papua
Maka ... ha ... ha ... ha ... Jakarta cantik
mempesona,Papua pun jadi sejahtera ...
Tetapi gubernur macam mana yang bisa
laksanakan ini ide gila ... pasti tak ada.
Singkat kata mengurangi jumlah manusia
penduduk Jakarta pasti hanyalah bisa
Dilakukan oleh gubernur yang dewa, yang
otoritas dan kuasanya sampai angkasa.
Karena dua calon ini jelas bukanlah dewa,
otoritas dan kuasanya juga biasa saja,
Maka harus dianggap percuma dan tidak
mungkin bisa jadikan penduduk Jakarta
Tinggal seperempatnya saja ... dua belas juta ya
dua belas juta ... tambah bisa,
Kalau berkurang begitu saja yah ... mungkin
hanya bencana dahsyat luar biasa,
Seperti tsunami selat Sunda yang menyapu
seluruh pantai bagian utara Jawa,
Termasuk ibukota Jakarta, yang bisa
melaksanakannya, tetapi gaya bencana
Jelas bukan harapan manusia waras Indonesia ... hindarkan kami dari petaka
Dan bencana adalah inti harapan dan doa
manusia kepada yang mahakuasa.
Jakarta akan tetap Jakarta, gubernur baru
mengubah sedikit sudah pasti bisa,
Tetapi drastis fundamental mungkin tidak lebih
dari sekedar harapan cita-cita.
Maka jika nanti terbukti pasangan mega kalah
          dari pasangan yang kota biasa,
Pastilah penyebab utama berkaitan sangat erat
dengan partai pengusungnya
Yang tatto aroma korupsi pejabatnya merebak
dan terpampang di mana-mana.
Bukan yang lainnya seperti yang telah diprediksi
dan diramalkan sebelumnya.

Essi  204 -- tbs-kas/SDA18092012 -- 087853451949

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun