Hosabi Kasidi 96 --Â Semua Sia-Sia
Seorang raja yang juga seorang nabi dicatat pernah mengatakan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia atau semua sia-sia, sedangkan Kasidi pernah mengatakan bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Nah, yang satu dikatakan oleh seorang nabi yang juga seorang raja, sedangkan yang satu dikatakan oleh seorang desa yang sederhana dan bersahaja. Lalu mana yang benar? Bukankah kemungkinan besar, bahkan kemungkinannya sangat besar, yang nabi dan yang raja yang benar, bukan orang desa seperti Kasidi. Hanya saja Kasidi berargumen, jika ucapanku bertentangan dengan Sabda Tuhan maka ya tidak perlu dianalisis segala, sudah pasti salah, tetapi jika bukan bertentangan dengan Sabda Tuhan ya tunggu dulu. Perlu dianalisis lebih dalam, katanya mantap.
 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk tumbuh dan berkarya, ada waktu untuk mati, kata Kasidi. Tidak diragukan bahwa Kasidi tentu pernah membaca kitab Pengkhotbah yang ditulis dalam bentuk puisi narasi. Kasidi suka membaca puisi jadi tidak mengherankan jika dia juga membaca kitab yang diyakini ditulis oleh Salomo. Perkataan Kasidi yang ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh Salomo tetapi perkataan tidak ada sesuatu yang sia-sia ternyata tidak sejalan. Masalahnya menjadi sederhana jika ditemukan Sabda Tuhan yang mengonfirmasi pernyataan sang nabi dan sang raja, maka nabi dan raja tersebut benar, tetapi jika ditemukan Sabda Tuhan yang memperkuat pernyataan Kasidi bahwa tidak ada yang sia-sia, maka Kasidilah yang benar. Sekarang ayo ditengok dulu tulisan sang nabi yang juga raja ini.
'Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Â Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? Â Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada. Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada. Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.'
Inilah tulisan indah yang ditulis oleh sang nabi, yang digubah oleh sang raja. Indah dan bagus, logis dan rasional, jadi seharusnya tidak ada masalah. Lalu bagaimana dengan dunia maya, dunia digital, web dan network yang ada saat ini? Apakah yang seperti ini pernah dibayangkan oleh sang nabi, oleh sang raja? Raja Salomo boleh hebat luar biasa, nabi Sulaiman boleh sangat berhikmat dan sangat bijak, tetapi pernah membayangkan masyarakat digital dengan segala pernak-perniknya seperti sekarang ini rasanya kok ya masih jauh. Jika Tuhan ya pasti tahu-lah tentang zaman sekarang dengan segala bentuk maya dan digitalnya.
Kembali ke pertanyaan di atas. Apakah Salomo yang benar dengan mengatakan semua sia-sia atau Kasidi yang benar dengan mengatakan bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia ini? Yang mau membantu menjawab ya silahkan saja ... hehehe ... tetapi hendaknya menggunakan Sabda Tuhan sebagai tolok ukur dan referensinya, bukan yang lain. (sda/tbs-09072024-hvk96-087853451949)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H