Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hosabi Kasidi 88 - Mengubur Orang Mati

2 Juli 2024   09:01 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:50 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
commons.wikimedia.org

Hosabi Kasidi 88 -- Mengubur Orang Mati   

Memberi komentar pada orang yang menyatakan ingin mengikut Tuhan tetapi minta ijin untuk menguburkan ayahnya terlebih dahulu Tuhan berkata: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." Ini tentu saja amat mengejutkan, menimbulkan banyak tanda tanya dan membuat banyak orang mengerutkan kening. 

Hanya saja dengan konsep, seperti yang selalu diungkapkan oleh Kasidi, bahwa semua Sabda Tuhan pasti benar, mengikat dan abadi adanya, maka yang pantas dimasalahkan adalah bukan kasar atau halusnya Sabda Tuhan, bukan benar dan salahnya Sabda Tuhan, bukan tepat atau tidak tepatnya Sabda Tuhan, melainkan pada yang membaca dan pada yang mendengar. 

Paham atau tidak mereka, mengerti atau tidak mereka, mereka tahu mana yang prioritas mana yang tidak, dan ini yang paling penting, taat atau tidak pada Sabda ini. Ayo disimak lebih dahulu Sabda Tuhan yang ditulis oleh dua penulis berbeda.

'Ketika Tuhan melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang.  Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Tuhan berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."'

Gamblang dan sederhana, jelas dan bersahaja sebenarnya Sabda Tuhan ini. Jadi ya tidak perlu penjelasan yang rumit-rumit. Pokoknya kalau mau ikut Aku ya ikut saja tetapi sekarang. Tidak nanti, tidak juga karena alasan ingin menguburkan orang tua atau alasan lain. Simak juga yang berikut ini.   

'Ketika Tuhan dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Tuhan berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Tuhan berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Sama seperti yang dicatat oleh penulis yang dikutip lebih dulu tadi, Tuhan tetap bersikeras bahwa yang ingin mengikut Tuhan, maka harus mengikut mulai sekarang, bukan nanti, bukan setelah ini, bukan setelah itu. Pokoknya sekarang. Lalu bagaimana jika ada masalah penting yang belum selesai dikerjakan, seperti menguburkan orang tua umpamanya, ya tetap saja kata Tuhan, ikut Aku dan ikutlah sekarang. Urusan yang belum selesai biarlah diurus oleh yang lain. Bahkan lebih jauh Tuhan menegaskan bahwa "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Bagaimana? Jelas dan gamblang, bukan? Perintah Tuhan jelas dan sederhana, gamblang dan bersahaja jadi ya tidak perlu ditafsirkan macam-macam. Jika ada yang ingin tahu apa latar belakang budaya waktu itu sehingga Tuhan dengan tegas dan mantap mengatakan "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka," ya boleh saja meskipun menurut Kasidi ya tetap tidak mengubah apa-apa. Tetap saja prioritas utamanya adalah mengikut Tuhan, segera mewartakan Tuhan dan SabdaNya, dan bukan menunggu untuk menguburkan orang tua untuk yang kedua kalinya, seperti adat dan budaya orang Yahudi waktu. 

Setelah setahun diberi rempah-rempah dan dikuburkan, maka setahun kemudian seorang putra, putra sulung biasanya, wajib menguburkan kembali tulang-tulang orang tuanya ke suatu tempat yang berbeda. Nah Tuhan mengatakan biarlah orang mati, maksudnya tentu saja orang yang tidak percaya yang tidak mau mengikut Tuhan dan orang seperti ini adalah orang mati bagi Tuhan, yang melakukan penguburan kedua ini, sedangkan si putra sulung yang menyatakan mau ikut Tuhan, ya segera saja ikut. Tidak perlu lagi menengok ke belakang karena bagi Tuhan jika seseorang yang mau ikut masih menengok ke belakang, masih ribet dengan segala urusan yang lain, orang itu tidak layak bagi Tuhan, tidak layak bagi Kerajaan Allah. Hehehe ... bagaimana tanya Kasidi gembira, jelas ya? (sda/tbs-02072024-hvk88- )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun