Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hosabi Kasidi 71 - Siapa Orang Ini

23 Juni 2024   09:26 Diperbarui: 23 Juni 2024   10:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Yesus_meredakan_angin_ribut

Hosabi Kasidi 71 -- Siapa Orang Ini

        Siapa orang ini adalah pertanyaan biasa dan bukan pertanyaan yang luar biasa. Hanya saja jika yang bertanya para murid dan yang ditanyakan adalah Tuhan yang sehari-hari sudah akrab dengan mereka maka pertanyaan 'siapa orang ini', 'siapa gerangan orang ini', 'orang apakah Dia ini', menjadi aneh, menjadi tidak biasa, dan diperlukan penjelasan yang lebih komprehensif untuk memahami suasana kebatinan yang terjadi saat itu sehingga pertanyaan semacam ini bisa muncul. Ayo dilihat dulu catatan selengkapnya tentang ini.

'Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Tuhan berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Tuhan  beserta dengan mereka dalam perahu di mana Tuhan telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Tuhan sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"'

Ada banyak perahu, ada banyak yang naik perahu itu. Salah satu perahu itu berpenumpang Tuhan dan sejumlah murid. Perahu itu bertolak ke tengah danau, tujuannya seberang danau. Tuhan yang lelah setelah melakukan banyak pekerjaan di Kapernaum segera tertidur lelap di buritan. Tidak lama kemudian topan, badai, gelombang ganas mengamuk. Air masuk, perahu terombang-ambing, dan murid Tuhan yang nelayan pun panik. Mereka takut, membangunkan Tuhan sambil menjerit tanda sangat panik. "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" kata mereka. Tuhan terbangun, menghardik badai dan gelombang, danau segera tenang, dan setelah itu Tuhan ngomeli para murid: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

Para murid yang belum hilang takutnya kembali merasa takut karena ditegur Tuhan, kemudian saling bertanya: 'siapa orang ini', 'siapa gerangan orang ini', 'orang apakah Dia ini', 'sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?'

Bagaimana sekarang? Sudahkah berhasil membentuk gambaran imajinasi dalam kepala berkaitan dengan suasana kebatinan para murid saat itu? Sangat takut, bukan? Takut pada badai, takut pada gelombang besar, takut pada kapal yang kemasukan air, takut tenggelam, takut akan binasa. Belum selesai takut akan semua itu, para murid kembali takut karena ditegur Tuhan. Nah suasana takut yang mencekam ini ternyata mengubah banyak hal. Mereka yang tahu persis siapa Tuhan, mereka yang sering melihat Tuhan melakukan banyak hal seperti menyembuhkan orang sakit, memulihkan orang yang kerasukan setan, dan bahkan membangkitkan orang mati, kehilangan semua ingatan itu. Yang tersisa adalah rasa takut tetapi untungnya ada ditambah dengan rasa takjub karena badai dan gelombang reda. Jadi tidak mengherankan bukan jika pertanyaan semacam: 'siapa orang ini', 'siapa gerangan orang ini', 'orang apakah Dia ini', 'sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?' bisa muncul.

Maka dari itu ayo tetap boleh takut dan khawatir, kata Kasidi yang mencoba sok bijak, tetapi kuasailah diri agar tidak tenggelam dalam lautan kekhawatiran dan samudera ketakutan. Takut akan kehilangan, takut akan kematian, takut pada hal-hal yang supranatural, takut pada orang lain, takut ini dan takut itu adalah hal yang biasa jika total percaya bahwa Tuhan selalu menyertai, bahwa Bapa selalu menyertai Tuhan, dan bahwa Roh Kudus selalu menyertai orang percaya, jadi pegangan. Masihkah perlu takut jika Bapa dan Putra dan Roh Kudus menyertai, tanya Kasidi? (sda/tbs-23062024-hvk71-087853451949)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun