Hosabi Kasidi 68 -- Nasehat dari Penjara
Apakah Tuhan pernah di penjara? Sejauh referensi dan catatan yang ada rasanya Tuhan tidak pernah dipenjara. Jika ditangkap pernah, diinterogasi pernah, didakwa pernah, diadili pernah, dibebaskan pernah. Lalu mengapa pada akhirnya disalib sampai mati jika pengadilan tidak menemukan kesalahan dan akhirnya dibebaskan? Itu disebabkan oleh piciknya para tokoh agama Yahudi. Bagi mereka, dan ini pokoknya, Tuhan harus dihukum mati karena dianggap menghujat Allah, karena mengaku sebagai AnakNya, karena mengampuni dosa yang seharusnya hanya Allah yang bisa, dan sejumlah hal lain yang membuat para pemuka agama Yahudi benci dan dendam.
Singkat kata Tuhan tidak pernah dicatat pernah dimasukkan ke penjara. Para muridNya banyak yang dipenjara. Salah seorang di antaranya adalah orang yang ditaklukkan Tuhan setelah Dia bangkit, yang ditugaskan untuk mewartakan Tuhan dan SabdaNya kepada bangsa-bangsa lain. Dia sendiri dikenal sebagai orang yang sangat pintar dan berpengaruh dan sangat Yahudi.
Nah rasul ini pernah dipenjara tetapi tetap saja dia rajin mewartakan Sabda Tuhan. Salah satu nasehatnya yang terkenal juga ditulisnya dari dalam penjara.
'Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga. Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya. Â Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Â Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.'
Nasehat yang pertama dalam penggalan suratnya yang panjang, menarik untuk diperhatikan. Rasul yang militan ini mengingatkan banyak orang yang mempunyai orang upahan, mempunyai pegawai, mempunyai bawahan agar tidak berlaku sewenang-wenang atau tidak adil, atau mempersulit, atau menghambat, atau tidak jujur, atau apalah namanya, agar tidak melakukan itu karena sejatinya setiap orang mempunyai tuan yang bertahta di sorga yang tahu semua hal tanpa kecuali. Menjadi ngawur dan bodoh jika kita yang sejatinya juga hamba dan orang upahan memperlakukan hamba dan orang upahan di bawah kita secara tidak benar. Sebuah nasehat yang sangat bagus walaupun diberikan dari dalam penjara, bukan?
 Bagian akhir penggalan surat ini juga pantas untuk direnungkan karena menarik. Coba baca sekali bagian yang ini: '... hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar ...'
Agar kata-kata tidak hambar hendaknya penuh kasih. Seperti apa sih kata-kata yang hambar itu, begitu juga seperti apa sih kata-kata yang pernuh kasih? Apakah kata-kata yang penuh kasih itu adalah kata-kata yang mewartakan Sabda Tuhan apa adanya dan tidak ada yang ditutup-tutupi apalagi diubah dan direkayasa? Atau yang bagaimana? Tampaknya istilah hambar dan penuh kasih perlu untuk dinarasikan secara khusus supaya menjadi lebih jelas dan bermakna. (sda/tbs-20062024-hvk68-087853451949)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H