Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 558: Booster Vaksin Ke-3

19 Maret 2022   14:59 Diperbarui: 19 Maret 2022   16:37 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Foto Pribadi

Kasidi 558  Booster Vaksin ke-3   

Ketika catatan ini ditulis hampir 17 juta penduduk negara ini telah menerima vaksin ke-3 untuk Covid-19. Vaksin ke-3 ini lebih dikenal sebagai booster  yang artinya kurang lebih sebagai 'penguat' karena diasumsikan vaksin yang pertama dan kedua, karena disiapkan secara tergesa-gesa, kurang kuat sehingga perlu diperkuat.

Covid-19 dengan segala variannya membuat WHO terpaksa menyatakan keadaan darurat pandemi. Segala cara telah ditempuh sejak akhir tahun 2019 sampai 2022 dan boleh dikata usaha tersebut berhasil. Kekebalan umum relatif boleh dikata telah berhasil dicapai dan ini dibuktikan dengan semakin sedikit jumlah korban langsung virus mematikan ini.

Perlahan tetapi pasti segala macam bentuk larangan dan pembatasan sehubungan dengan pandemi berangsur dikurangi dan bahkan dihilangkan. Yang tersisa adalah kegiatan memberi vaksin ke-3 untuk lebih meyakinkan bahwa tubuh setiap orang mampu melawan virus ini.

17 juta memang belum banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang kurang lebih 250 juta tetapi angka ini lumayan bagus jika dibandingkan dengan banyak negara lain yang bahkan vaksin pertama dan kedua saja angkanya belum signifikan.

Singkat kata, untuk saat ini rasa takut dan was-was berlebihan pada Covid-19 sudah sangat turun dan perlahan kondisi akan kembali normal, bukan lagi normal baru, tetapi benar-benar normal.

Yang mengkhawatirkan adalah munculnya penyakit yang sama sekali baru. Tubuh manusia memang mempunyai mekanisme pertahanan yang hebat untuk segala macam penyakit, tetapi penyakit baru itu harus dikenali lebih dulu baru tubuh membentuk pasukan khusus melawan penyakit tersebut. Pertahanan tubuh tidak bisa dibentuk lebih dulu untuk satu penyakit baru yang belum dikenal, dan ini menjadi masalah

Nah jika penyakitnya ganas maka banyak orang menjadi korban lebih dulu sebelum tubuh berhasil mengenali dan membentuk pasukan pertahanan. Jeda antara mengenali, menyiapkan daya tahan tubuh, dan kemampuan tubuh beradaptasi inilah yang sebenarnya ditakuti oleh banyak pihak karena korban yang jatuh bisa jutaan jumlahnya.

Kondisi semacam ini sebenarnya sudah sejak lama diketahui, bahkan jauh sebelum Nostradamus yang sejak lima atau enam abad sebelumnya meramalkan kondisi ini. Tuhan sendiri dalam banyak SabdaNya juga menyatakan datangnya serangan penyakit. Jadi kitalah yang harus bersiap-siap, khususnya para ilmuwan muda yang memang punya keahlian untuk ini.

Semoga jumlah para ilmuwan muda yang berpengetahuan cukup untuk mengenali dan kemudian menangani serangan penyakit baru jumlahnya makin banyak, makin hebat pengetahuannya dengan peralatan yang makin modern sehingga waktu jeda antara serangan penyakit baru dan rekayasa rangsangan agar terbentuk daya tahan tubuh semakin singkat, sehingga jumlah korban makin sedikit. Ya semoga dan itu harapan semua orang seperti juga harapan Kasidi. (Kasidi 558 -- tbs087853451949 -- SDA19032022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun