Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasidi Nomor 541: Apa Itu Kasih

7 Maret 2022   01:48 Diperbarui: 7 Maret 2022   01:50 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasidi 541  Apa itu Kasih

Menggunakan gaya retorika banyak orang Kasidi memberanikan diri melakukan hal yang sama. Ada apa dengan Galilea? Ada apa dengan satu tempat di Galilea? Ada apa dengan satu tempat yang tinggi di Galilea? Ada apa dengan satu tempat yang tinggi yang ditunjukkan oleh Tuhan di Galilea? Ada apa dengan satu tempat yang tinggi yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada para rasul di Galilea?

Paling tidak ada dua hal penting pernah terjadi Galilea. Pertama, Tuhan naik ke sorga dari tempat ini. Kedua, di tempat ini Tuhan mengulang kembali perintah utamanya pada para rasul. Dalam kata-kata Tuhan sendiri '... dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.'

Lalu apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan? Ada banyak tetapi yang paling utama tentu saja Hukum Kasih. Kasih pada Allah dan kasih pada sesama. Nah, siapa di antara para murid yang dengan luar biasa elegan mampu menggambarkannya?

Menurut Kasidi tidak ada yang sehebat rasul yang satu ini dalam menggambarkan perintah kasih dari Tuhan, meskipun dia mungkin tidak mendengar sendiri ajaran itu dari mulut Tuhan. Simak saja buah pikirannya tentang kasih.

'Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.

Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Luar biasa, bukan? Luar biasa militan, bukan? Sebuah gaya militansi yang mungkin sulit ditandingi oleh murid Tuhan yang lain. (Kasidi 541 -- tbs087853451949 - sda22052020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun