Essi 058 -- Palestina ... Oh, Palestina ...
Tri Budhi Sastrio
Konon kabarnya di tanah Palestina, tanah pilihan surga
Paling banyak diturunkan para nabi dan juga utusanNya.
Mereka bawa banyak pesan kebajikan serta kasih cinta
Bagi seluruh umat manusia, yang hidup gelimang dosa.
Karenanya tidaklah mengherankan jikalau banyak mata
Terfokus pada semua kejadian yang di tanah Palestina.
Tatkala di tempat yang paling banyak pesan dari surga
Diturunkan bagi dunia, konfik berkepanjangan terus ada
Tidak berkesudahan tanpa jeda, antar sesama manusia.
Bagaimana bisa dijelaskan pakai nalar logika manakala
Justru di tanah tempat pesan-pesan nan suci dari surga
Diturunkan bagi seluruh umat manusia, eh ternyata juga
Di tanah yang konon mulia, dendam dan kebencian, ada;
Pembantaian dan pembunuhan terus saja menjadi drama
Yang dipentaskan tak berkesudahan, pagi sampai senja, Â
Begitu terus diulang tanpa jeda, hampir sepanjang masa.
Entah bagaimana bisa, di tempat ajaran kasih dan cinta
Pada sesama terus didengungkan serta membahana ria,
Di tempat yang sama pula ajaran tentang benci angkara
Berjubah dendam membara, serta tak toleran terus ada?
Apa memang ini kehendakMu, wahai Sang Mahakuasa,
Atau kami saja tak tahu bersyukur dan kasih berterima
Sehingga ajaranMu bukannya jadi utama malah sia-sia
Serta gagal jadi suar, guna bina hidup damai sejahtera
Berdampingan sederajat semartabat, dengan sesama?
Palestina ... oh Palestina ... meskipun di tanahmu ada
Begitu banyak utusan dari surga bawa kabar sukacita
Tetapi di tanahmu pula, mereka semua harus pralaya,
Setelah kenyang ditolak, dihina dan dinista, inilah fakta
Inilah sejarah atau paling tidak seperti itulah realitanya.
Dalam kitab-kitab para nabi, menjadi saksi bagaimana
Di tanahmu Palestina simbah darah para utusan surga
Tampak berkilat membara, sebagai tanda paling nyata
Betapa di tanah yang paling banyak utusan dari surga
Diutus sekaligus ditolak, dihina, dinista, serta dianiaya,
Sebelum pada akhirnya dibinasa dengan beragam cara.
Sekarang tanah ini pula, setelah ribuan tahun lamanya
Surga bosan kirim utusan, serta tidak lagi ada caraka
Langsung turun dari sana guna menyampaikan segera
Seperangkat titah damai yang Mahakuasa, eh sesama
Penghuni tanah warisan leluhur sejak jaman nabi purba
Bertikai hebat serta terus saja rajin, gigih bersengketa,
Anehnya kadang tak jelas sedang memperebutkan apa
Walau konon kabarnya soal utama ya masalah merdeka.
Tanah Palestina merdeka, yang penduduknya merdeka,
Serta diperintah oleh mereka yang juga sudah merdeka.
Hanya saja siapa yang menjajah tanah para nabi surga?
Apa benar ada penjajah di tanah Palestina, sementara
Pemeluk tiga agama sama-sama ada menetap di sana,
Dan sebagian besar dari mereka nyata hidup bersama,
Rukun, damai dan mungkin juga bahagia dan sejahtera,
Jadi yang selama ini terus bertikai cuma para pendusta,
Menyalahkan yang satu, hina yang lain, serta parahnya
Mereka pula yang terus menerus, kobarkan benci rasa,
Untuk tanah merdeka bagi rakyat yang sudah merdeka.
Bagaimana bisa di tanah merdeka, amat serius ditanya,
Bisa ada noda kebencian di antara para penduduknya?
Kemudian, tibalah masanya imajinasi terbentuk purna
Di tanah merdeka Palestina, arena wahyu tiga agama,
Hidup damai berdampingan yang pernah fatamorgana
Sekarang benar-benar nyata, Palestina telah merdeka,
Negara merdeka di tanah merdeka, diperintah mereka
Yang juga berpikir merdeka, dan rakyat dengan ceria,
Saling tersenyum merdeka bahagia, asyik giat bekerja
Membangun anak bangsa, supaya semua titah sabda
Tidak hanya bercahaya kala ibadah pada Mahakuasa,
Tetapi semua tindakan nyata, hidup damai sejahtera;
Sambil terus menerus memastikan itu tindakan nyata
Selalu selaras dengan perintah untuk kasihi sesama,
Karena memang di tanah yang konon warisan surga
Sejak dulu, sekarang telah merdeka, hidup sejahtera
Haruslah menjadi tolok ukur utama ditaatinya sabda,
Dan bukannya kelompok mana yang lebih berkuasa.
Ukuran sejahtera serta bahagia bagi Empunya Surga
Adalah saling menghargai sesama dan bukan lainnya.
Inilah yang harus terjadi, di tanah merdeka Palestina,
Yang mayoritas pejabatnya harus Yahudi agamanya
Karena fakta, mereka yang jumlahnya paling utama,
Sedangkan pemeluk agama Islam dan Kristen, fakta
Berkata mereka minoritas tetapi juga hidup bahagia. Â Â Â Â
Mengapa? Karena telah lama ada dicatat, ketiganya
Haruslah hidup rukun bersama dan damai sejahtera,
Apalagi sejak dulu tanah ini telah merdeka statusnya.
Penjajah tak pernah ada, tanah itu warisan bersama.
Lalu hari ini ada berita berarak bersama awan mega.
Ada yang mengirim ribuan roket agar banyak binasa,
Lalu ketika dibalas dengan gempuran, ratusan sirna,
Mulailah protes muncul di mana-mana, salah katanya.
Menggempur tak benar, kirim roket tidak benar mega.
Jika memang sangat ingin saling gempur bak ksatria
Mengapa tidak tiru Perang Bharata, buat Kuru Setra,
Lalu di sana boleh saling mengadu jiwa adi senjata,
Sehingga anak tak berdosa tak ikut jadi korbannya.
Tapi bagaimana jika keberanian tempur ala ksatria
Tak pernah dikenal bahkan mungkin juga tidak ada?
Yah beginilah jadinya ... Palestina ... Oh, Palestina.
Â
Essi nomor 058 -- SDA12122011 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H