Essi 210 -- Yang ini Ya Perbudakan Namanya
Tri Budhi Sastrio
Â
Enam juta dolar kurang lebih setara dengan enam
   puluh milyar di Indonesia.
Untuk ukuran negara, apalagi negara seperti Amerika
   Serikat yang adidaya,
Uang sejumlah ini tentu saja bukanlah apa-apa,
   tetapi sebagai awal prakarsa,
Jumlah ini tentu boleh juga, meskipun kesan sangat
   terlambat dan rekayasa
Berkaitan dengan semakin dekatnya waktu pemiihan
   presiden, sangat terasa.
Presiden Obama yang dengan segala cara tengah
   berusaha kembali berkuasa,
Termasuk dengan gencar menggalang dana via
   internet dan email siapa saja,
Menyediakan hibah dana guna menyelamatkan
   anak-anak dan remaja Amerika
Yang menjadi korban perdagangan manusia ... lho
   memangnya ini ada di sana?
Inilah yang membuat banyak kepala terpaksa
   geleng-geleng tanda tidak percaya.
Bagaimana bisa di negara yang sangat adidaya,
   modern, canggih, tertib, prima,
Berbudaya, penjunjung tinggi hak individu, adil,
   makmur dan tentu saja sejahtera,
Eh ... perbudakan wanita yang konon kabarnya
   telah dihapus dari muka dunia,
Kecuali tentu saja pada beberapa negara yang
   masih ada karena alasan budaya,
Ternyata masih ada, bahkan tumbuh marak
   tak tersentuh hukum aparat negara?
Kepala boleh geleng-geleng tanda tidak percaya
   tetapi inilah adat dunia manusia,
Sering membuat penghuninya terkejut-kejut ...
   perbudakan manusia masih ada,
Dan jumlahnya tidak tanggung-tanggung ...
   lebih dari 30 juta di seluruh dunia ...
Seratus ribu di antaranya ada di Amerika ...
   lalu ada berapa yang di Indonesia?
Jika angka ratusan ribu dapat dipercaya dan
   tentunya sudah berlangsung lama,
Maka langkah presiden Obama yang baru saja
   kucurkan dana patut dipertanya.
Hai bos. mengapa baru sekarang berbicara
   lantang resah penuh gema murka?
Bukankah sudah sejak lama anak-anak dan remaja
   diperlakukan seenaknya?
Lalu ke mana saja selama ini hingga baru sekarang
   seperti dari mimpi terjaga,
Bahwa ada yang salah pada negara yang telah
   hampir lima tabun dipimpinnya?
Anda mungkin saja brengsek juga, wahai Obama,
   tetapi dibandingkan kolega
Yang ada Indonesia, yah ... jelas anda ini masih
   jauh lebih baik karena rasanya.
Yang di Indonesia masih tertidur lelap bermimpi
   dan belum melakukan apa-apa,
Padahal angka perdagangan manusia dan
   perbudakan anak-anak serta remaja
Bisa saja menjulang tinggi ke angkasa, tidak hanya
   kejutkan manusia Indonesia
Tetapi juga dewa-dewa yang bermukim di nirwana
   sana ... wah, bagaimana bisa,
Di negara yang tenteram damai dan sejahtera
   perbudakan anak-anak dan wanita,
Terus berlangsung aman-aman saja bahkan
   di depan hidung para pejabat negara?
Jika seorang gadis kecil dijual oleh keluarga
   yang putus asa karena kemiskinannya,
Atau jika seorang remaja sebaya putri remaja saya ...
   melarikan diri dari rumahnya,
Hidup dijalanan, diperdaya, jadi pemuas birahi
   kaum pria, itu perbudakan namanya.
Dan perbudakan itu biadab, barbar, jahat, tidak
   boleh ada dalam dunia beradab kita.
Inilah suara lantang sang presiden Amerika ketika
   berbicara pada langkah prakarsa
Memerangi perdagangan anak-anak dan gadis
   remaja di seluruh kawasan negara.
Dan dikucurkanlah enam juta dolar sebagai dana
   awal mencari solusi tepat guna,
Menghapuskan perdagangan manusia yang sudah
   sejak lama dianggap tidak ada.
Kemudian entah disengaja entah tidak, terpercik
   sebuah pertanyaan mengada-ada,
Mana sebenarnya yang lebih jauh berbahaya,
   perdagangan manusia atau narkoba?
Karena ini memang pertanyaan yang mengada-ada
   maka tidak perlu ada jawabnya.
Hanya saja seorang jaksa penuntut di California
   sana, Alessandra Serano namanya,
Pernah diketahui berkata -- memang tidak untuk
   menjawab pertanyaan ini -- katanya:
Anda hanya bisa menjual satu paket narkoba
   sekali saja, tetapi untuk gadis remaja?
Anda dapat menjualnya berkali-kali, tak habis-
   habisnya, hampir tak ada batasannya.
Perbudakan manusia diyakini tidak ada di dunia,
   khususnya perbudakan gaya lama,
Tetapi yang bergaya baru dan ultra, super dan
   maya, bahkan dengan kedok budaya,
Terus berlangsung aman-aman saja, karena
   di permukaan semua baik-baik saja,
Pergolakan dan peristiwanya ada nun jauh di dalam
   sana, perlu lensa melihatnya.
Jika diurut-urut akarnya memang pada rumah tangga
   tempat anak-anak dan remaja.
Walau pada keluarga yang secara ekonomi mapan
   dan sejahtera, masalah juga ada,
Tetapi yang paling banyak tetap saja terjadi dalam
   keluarga yang belum sejahtera.
Himpitan ekonomi memang tidak terlihat tangan-
   tangan kokohnya, tetapi dampaknya
Bukan saja dapat melebar ke mana-mana tetapi
   paling dirasa oleh anak-anak remaja.
Mereka korban pertama dalam rumah tangga
   karenanya menjadi korban pertama pula
Dalam pusaran prahara berikutnya, diperdaya,
   dijerat, tak berdaya, dan budak jadinya.
Negara sejahtera parameternya adalah keluarga
   sejahtera, dan semakin sejahtera
Sebuah keluarga semakin kecil peluang anggotanya
   terjebak pusaran dan prahara.
Adalah tugas negara memastikan semua warganya
   berada dalam keluarga bahagia,
Karena hanya dalam keluarga bahagia dan sejahtera
   peluang perdagangan manusia
Menjadi hampir tidak ada, dan jika tidak ada manusia
   didagangkan oleh sesamanya,
Maka perbudakan, betapa pun modern bentuknya,
   pastilah hilang dengan sendirinya.
Keluarga kecil bahagia dan sejahtera dulu pernah
   menjadi slogan yang penuh makna.
Sekarang pun tentu saja masih, hanya saja
   gelombang gemanya semakin surut saja.
Keluarga urusan masing-masing manusia, negara
   dan pejabatnya punya tugas beda.
Kumpulkan dana sebanyak-banyaknya, masuk
   ke kas negara, keluar anggarannya,
Lalu korupsi dan perompakan dilakukan bersama-
   sama dengan modus canggih prima.
Karenanya bisa menjadi mimpi saja jika harapkan
   perhatian negara dan pejabatnya
Pada nasib anak dan remaja -- khususnya yang
   wanita -- dari perdagangan manusia.
Memang ditangani tetapi tampaknya sambil
   lalu saja, khususnya jika ada bukti nyata,
Berlalu-lalang tepat persis di depan hidung dan mata,
   selebihnya? ... yah tutup mata.
Sekali lagi ini bukti amat nyata betapa korupsi bisa
   dan telah merusak segala-galanya.
Karenanya menjadi mutlak perlu korupsi diakhiri saja,
   tetapi masalahnya di ini negara
Hanya satu badan kecil saja yang masih peduli
   berantas korupsi sampai keakarnya,
Padahal tangan mereka hanya 'dua' dan pendek-
   pendek saja, lalu bagaimana bisa
Merengkuh korupsi dan perompakan uang negara
   yang jelas terjadi hampir merata?
Sementara tangan penegak hukum lain, yang lebih
   panjang dan banyak jumlahnya,
Eh ... mereka malah tersandera oleh jerat rekam
   jejak masa lalu, korupsi namanya.
Entah bagaimana jadinya ini negara manakala
   penegak hukumnya penjahat semua,
Yang keberanian menindak dirinya sendiri masih
   berada nun jauh di angkasa sana?
Belum lagi yang nomer satu di istana negara,
   dari dulu bimbang dan ragu sikapnya.
Jangankan melindungi anak-anak dan remaja,
   sadar dari mimpinya saja belum bisa.
Yah nasib ... walau tentu saja harapan masih ada ...
   siapa tahu segera saja terjaga,
Sehingga langkah tegas awal pembuka masih
   sempat diprakarsa, lindungi mereka!
Belanja rotan datang ke Demak dan Jepara,
   boleh tawar tapi jangan setengah harga.
Semoga ini catatan tentang anak dan remaja,
   didengar juga telinga di istana negara.
Rasa ketan memang enak dan luar biasa,
   jangan lupa beri parutan kelapa di atasnya.
Selamatkan anak-anak dan remaja karena
   merekalah yang empunya negara tercinta.
Â
Essi nomor 210 -- POZ12102012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H