Essi 601 -- Wira Ananta Rudira, Nanggala
Tri Budhi Sastrio
Â
Yah, jika begini adanya bukankah kebajikan akan sirna?
Siapa yang bisa melawan adik dan juga kakak tercinta?
Aku juga tak mungkin berhadapan langsung dengan dia,
Menang belum tentu tetapi tidak pantas secara dharma
Sudah pasti dan orang pun terbahak-bahak melihat kita
Putih dan Hitam berhadapan di medan laga, ini tak bisa.
Sang Penasehat Hitam yang cerdasnya amat luar biasa
Akhirnya sampai pada eka rencana, adik dan kakak juga
Akan membujuk dia untuk bertapa hening di alam sorga
Di balik seribu air terjun gemuruh sehingga kalau yudha
Pecah di Kuru, dia tidak mendengar itu, walau pesannya
Jelas, bangunkan aku kelak kalau dua kubu bersaudara
Tak tahan lagi dan ingin segera mengadu sakti digdaya.
Sang Penasehat Utama angguk mengia, dan esok lusa,
Pecahlah perang dahsyat dua kelompok nan bersaudara.
Mungkin nama tak sebanyak belasan nama saudaranya,
Tetapi jika tekadnya membunuh tidak dicegah lalu siapa
Yang bisa menghentikannya, jangankan dia, para dewa
Juga angkat tangannya, siapa yang bisa hentikan murka
Halayudha yang takdirnya selamat dari angkara Kamsa.
Agar tak terbunuh secara sia-sia, entah prakarsa siapa,
Bayi ini berpindah ke rahim Rohini, dan itulah sebabnya
Mengapa ia tak jarang juga disebut sebagai Sankarsana,
Janin yang berpindah, nah siapa yang bisa kalahkan dia?
Alkisah cerita walau ia hanya punya dua senjata pusaka
Tetapi karena keduanya diterima langsung dari Brahma
Sehingga siapa yang bisa menahannya termasuk Bima?
Guru ini murka tatkala tahu bahwa seorang murid, Sena,
Ingin menghabisi sang raja Kurawa dengan ilmu gada
Ajarannya, ini tidak boleh terjadinya begitu ancamnya.
Ancaman ini gawat tak ada yang bisa tandingi Alugara
Apalagi jika dipakai bersama-sama dengan Nanggala.
Yang di Kurusetra memang berhasil dicegah Kresna,
Bima selamat walau berhasil membunuh saudaranya.
Apakah cerita ini ada kaitannya dengan sebuah drama
Di palung utara Bali kala Nanggala dibuat tak berdaya?
Entahlah tetapi yang jelas purna sudah sudah senjata
Andalan yang dulu pernah membuat gentar siapa saja.
Satu laksamana dan dua kolonel walau telah anumerta
Mengawal senjata sakti Balarama, pecah menjadi tiga,
Menjaga perairan Nusantara bersama 50 anak bangsa
Yang memang Wira Ananta Rudira, tabah ke akhirnya.
Tidak terbayangkan bagaimana kisah cerita dan drama
Kala mereka sadar bahwa kematian sudah depan mata
Karena senjata pusaka tidak mau diajak bekerja sama,
Bahkan menyelam pun katanya serta merta begitu saja.
Ijin belum diberikan perintah belum disampaikan, tanda
Ada yang tak beres pada senjata pusaka, lalu bisa apa?
Kelak jika sampai ada catatan yang sempat bisa dibaca
Barulah narasi dapat ditulis ulang untuk melengkapinya.
Telisik bagaimana ungkapan hati lima puluh tiga bunga
Bangsa yang patriot gugur pralaya dalam tugas negara
Mungkin kurang tepat juga, tetapi pasti memberi gelora
Semangat bernyala bara bagi para pemuda cinta rudira
Mengetahui betapa semuanya tabah sampai ke akhirnya.
Bon Voyage para patriot bangsa ... Bon Voyage semua,
Semoga dharma bakti tidaklah sia-sia walau senjata tua
Mungkin menjadi sarana bagi kalian agar gugur pralaya.
Kami semua akan tetap bangga melihat betapa perkasa
Semua bertugas di senjata tua walau nyawa taruhannya.
Duh ... Negara, ayo siapkan itu sarana keselamatannya
Agar semakin teguh serta percaya mengawal nusantara.
Essi nomor 601 -- SDA26042021 -- 087853451949
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H