Essi 225 -- Pahlawan pun Kehabisan Airmata
Tri Budhi Sastrio
Yang namanya pahlawan nasional di Indonesia
   cukup banyak jumlahnya.
Data terakhir -- kalau tidak salah ya -- ada 159
   lengkap dengan SK negara.
Yang lebih banyak lagi tentu saja pahlawan tanpa SK
   walau mereka nyata.
Bahkan sangat nyata serta bertebaran di mana-mana,
   dan jika bicara jasa,
Tentu saja mereka tidak kalah besar dengan yang
   ditetapkan oleh negara.
Lebih besar mungkin tidak tetapi sama besar jasanya
   pada negara bisa ya.
Pahlawan nasional tentu saja mempunyai banyak
   persyaratan serta kriteria,
Kalau tidak, semua yang telah meninggal dunia
   dan berjasa pada bangsa,
Haruslah diangkat menjadi pahlawan negara
   tetapi nyatanya kan tidak juga.
Sebagai informasi mungkin ada baiknya ditilik
   sejenak apa saja kriterianya,
Sehingga seseorang berhak diberi label
   pahlawan nasional ... milik bangsa.
Pertama jika telah meninggal dunia, masih hidup
   bukan pahlawan namanya.
Yang kedua melakukan perjuangan bersenjata,
   tetapi sekarang mana ada,
Maka perjuangan politik atau di bidang lainnya
   juga tidak apa-apa asal saja
Punya dampak positif bagi tetap kokohnya
   persatuan dan kesatuan bangsa.
Yang ketiga mempunyai gagasan dan pemikiran
   besar guna tunjang semua,
Semua aspek pembangunan bangsa negara,
   dan ini tidak mudah tentunya.
Belum lagi bukankah ini semua abstrak saja,
   sehingga apa parameternya?
Yang keempat berkaitan dengan karya besar
   bagi Indonesia ataupun dunia.
Karya besar yang dimaksud bukanlah karya sesaat,
   apalagi hanya satu saja,
Dan akan lebih dihargai jika karyanya melebihi
   tugas rutin yang diembannya.
Yang kelima, perjuangan lokal tentu saja tidak
   apa-apa ... tetapi dampaknya
Tentu saja tak boleh jika hanya satu desa saja,
   dampak nasional harapannya.
Sedangkan yang keenam berkaitan dengan
   konsistensi semangat serta jiwa,
Pantang surut pantang padam, semua guna
   kepentingan bangsa dan negara.
Berikutnya berkaitan dengan masalah akhlak
   dan moral, inilah kriteria utama,
Yang sebagai ikutannya tentu saja tidak pernah
   melakukan perbuatan tercela.
Akhlak, moral, perbuatan tercela, akan sangat
   disorot pakai segala kacamata,
Satu saja tidak beres, rusaklah seluruh nilai
   perjuangan yang sudah lama ada.
Dan semua kriteria yang sulitnya tidak terkira-kira
   ini masih ada tambahannya.
Walau mungkin cuma lima ... tetapi yang jelas
   tidak kalah sulit pencapaiannya.
Pengakuan masyarakat, catatan tertulis, monumen,
   foto dan bukti-bukti lainnya,
Jelas bukan kriteria yang biasa, itulah sebabnya
   pahlawan nasional Indonesia
Seratus enam puluh saja belum genap tampaknya,
   padahal pahlawan negara
Kan ada dan bertebaran di mana-mana ... walau
   mereka tidak minta apa-apa.
Sekarang hari phala-wan kembali akan bergema
   di langit angkasa nusantara.
Bendera pusaka yang pernah dibela akan kembali
   berkibar megah di angkasa.
Hormat, tabik dan salut, serta renungan pada
   kembara semangat penuh nyala
Hampir dapat dipastikan segera memenuhi media
   serta relung sukma bangsa.
Semangat yang masih di dunia tampaknya akan
   menggelegak penuh nuansa,
Jika bukannya romantika perjuangan ya romantika
   indahnya membela sesama.
Ini bagus, ini indah, ini membuat bangga ...
   perjuangan kami tidaklah sia-sia ...
Mungkin banyak phala-wan yang masih tetap
   tegar dan sanggup berkata-kata.
Yang kami perjuangkan dulu memang tidak sia-sia,
   teladan pun ada catatannya.
Hanya saja ... sampai di sini tampaknya suara
   mereka parau tersendat nestapa,
Melihat betapa banyak anak muda yang sebenarnya
   menjadi harapan bangsa,
Eh ... setelah beruntung diberi kuasa, bukannya
   sikap pejuang jadi teladannya,
Eh ... malah gaya penjajah durhaka yang terus
   menghisap harta di atas derita,
Yang dijadikan pedoman utama menjalankan
   otoritas dan kuasa, ini bagaimana?
Kalian memang sudah merdeka tetapi bukan
   merdeka korupsi, korupsi merdeka.
Merdeka untuk berkarya, merdeka untuk berbuat
   bagi sesama, bukan lainnya.
Negara ini memang tegar dan perkasa, tetapi jika
   darahnya dihisap tanpa jeda,
Lama-lama akan sempoyongan juga, lalu bagaimana
   dengan anak-anak bangsa
Yang mempercayakan hidup dan masa depannya
   pada kaki kokoh dan tegarnya?
Bukankah mereka tidak akan pernah tiba walau
   hanya ke dekat gerbangnya saja?
Hampir di semua lini, anak-anak muda yang sekarang
   sempat memegang kuasa,
Eh, pekerjaan utamanya ternyata menghisap darah
   negara dengan beragam cara.
Benar-benar sulit dipercaya ... tidakkah mereka
   ingat betapa para pendahulunya
Dengan beragam cara termasuk mengorbankan harta,
   keluarga serta jiwa raga,
Pamrih tidak ada, kepentingan pribadi apalagi,
   mereka itu berjuang agar negara
Bisa bebas merdeka, merdeka dari hisapan darah
   para drakula, tetapi nyatanya?
Sekarang drakula penghisap darah negara semakin
   banyak, ada di mana-mana.
Mengusir juga tidak bisa ... bagaimana mengusir ...
   mereka kan pemilik negara?
Pertama bunda pertiwi yang habis dan kekeringan
   air mata karena ini fenomena.
Berikutnya para pahlawan yang mempunyai
   sk negara, mereka juga persis sama.
Setelah puas berderai air mata, akhirnya hanya
   terdiam tidak lagi bisa bersuara,
Air mata sudah tidak bersisa, sementara duka
   terus saja datang menyeruak tiba.
Beginilah jadinya jika di semua lini penghisap
   darah dan perompak harta negara
Berpesta riang gembira menikmati hasil jarahan
   mereka, kami kehabisan air mata.
Hanya inilah keluhan yang terlontar sia-sia ...
   lalu bagaimana pahlawan lainnya?
Pahlawan yang tidak ber-sk tetapi jumlahnya
   jutaan dan tersebar di mana-mana?
Yah ... ternyata mereka juga sama, diam
   tak bersuara karena kekeringan air mata.
Tangis telah lama pecah, memang keras pada
   mulanya, kemudian terisak jadinya,
Dan sekarang tak ada suara apa-apa, bukan karena
   tidak berduka, tetapi karena
Tak ada air mata guna mengiringinya, semua kok
   tidak jujur ... berdusta kerjanya.
Tetapi memang tidak adil juga jika konteks dan masa
   berbeda diminta tetap sama.
Dulu kan jelas musuh faktualnya, penjajah namanya,
   ada orangnya ada wujudnya.
Sekarang ini musuh faktual jelas tetap saja ada
   tetapi wujudnya yang sulit diterka.
Yang lebih parah di samping wujud tak jelas eh ...
   lokasinya ternyata di dalam jiwa.
Perang itu mudah susun strateginya jika sang musuh
   faktualnya ada di luar sana,
Tetapi kalau musuh di dalam jiwa seperti sekarang ...
   bukan kepalang susahnya,
Belum lagi bicara persepsinya, karena di dalam
   tak terasa jika itu musuh adanya.
Inilah konteks perjuangan masa kini ... bagaimana?
   masihkah dianggap sama?
Kalian dulu enak, musuh ada, lokasinya di luar sana,
   godaan pun minim-minim saja.
Kami sekarang sulitnya luar biasa, musuh terus ada,
   lokasi di dalam hati dan jiwa,
Dan godaannya ... wah ... benar-benar hebat
   luar biasa, jadi kewalahan kan biasa?
Memangnya kami tidak ingin seperti kalian,
   hidup terbuka, jujur dan tanpa dusta?
Berjuang tanpa pamrih, tanpa memikirkan balas jasa,
   untuk kepentingan sesama?
Kami juga begitu cita-citanya, tetapi bagaimana bisa
   jika medan juangnya berbeda?
Kalau tidak percaya ... ya kalian kembali saja ...
   coba benahi ini dunia penuh goda?
Bukan merendahkan, tetapi tidak keok pada
   ronde pertama, itu mukjizat namanya.
Para pahlawan biasa yang tersebar dan ada
   di mana-mana geleng-geleng kepala.
Jika begini cara berpikirnya ... yah ... kapan
   menangnya, kalah terus rasanya iya.
Kami dulu juga harus mengalahkan lebih dahulu
   yang ada di dalam dada dan jiwa,
Kalau tidak memangnya kami sanggup korbankan
   segala-galanya termasuk jiwa?
Kami sekarang memang sudah kehabisan air mata,
   tetapi harapan masih saja ada.
Kami benar-benar tak percaya jika anak-anak muda
   tidak mampu jujur tanpa dusta.
Dulu bisa, sekarang juga sama, pasti bisa ...
   karenanya ayo dimulai sekarang juga.
Beranilah bersikap jujur, terbuka dan tanpa dusta,
   dan kami tak perlu lagi air mata
Karena memang untuk apa, toh semua sudah lurus
   sederhana, hidup tanpa dusta.
Â
Essi nomor 225 -- POZ05112012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H