Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Essi Nomor 226: Ayo Puan Jadilah Negarawan

19 April 2021   14:56 Diperbarui: 19 April 2021   14:56 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.antarafoto.com/mudik/v1340359201/pameran-seni-rupa-energi-bung-karno

Essi 226 -- Ayo Puan Jadilah Negarawan
Tri Budhi Sastrio

Aburizal Bakri, yang ketua umum Golkar, sudah lama
     mendeklarasikan
Bahwa dia itu siap maju sebagai calon presiden yang
     dapat diandalkan.
Tantangan dari dalam memang ada, tetapi nadanya
     tidak meyakinkan,
Timbul tenggelam tidak terlalu lantang ... karenanya
     bolehlah diabaikan.
Lapindo memang menjadi ganjalan kecuali ganti rugi
     segera dibereskan.
Prabowo Subianto, yang ketua umum Gerindra,
     tidak resmi menyatakan,
Tetapi menilik apa saja yang dilakukan di dunia
     maya, ambisi dan tujuan
Mantan menantu sang bapak pembangunan terang
     jelas tuna halangan.
Masa lalu memang hambatan, tapi semua kan sudah
     menjadi kenangan.
Dahlan Iskan yang sekarang menteri BUMN dulunya
     mantan wartawan.
Memang tak pernah dianya berterang apa ada
     tujuan ingin mencalonkan
Tapi melihat gaya juga dukungan yang
     melimpah-ruah, dapat dipastikan
Tidak akan ada penolakan jika ada partai politik
     berkenan mencalonkan.
Bahkan jika tak ada, mungkin saja jalur independen
     yang menjadi pilihan.
Satu-satunya hambatan, jika ada dusta
     berkepanjangan masalah kerugian.
Mahfud MD, sang ketua MK yang di era Gus Dur
     jadi menteri pertahanan,
Juga belum pernah berterang mengatakan akan
     siap sedia jika dicalonkan,
Tetapi melihat sikap dan gayanya jelas ke sana
     arah, maksud dan tujuan.
Walau dirasa komentar-komentar semakin kental
     dengan nuansa arogan,
Tetapi selama ini dikenal lurus tak pernah korupsi,
     jadi masih ada harapan.
Kecil memang tetapi yang namanya harapan
     kan pantas untuk dibesarkan.
Jusuf Kalla, mantan wakil presiden, tampak kentara
     masih berkeinginan
Jadi nomer satu di negeri ini, sehingga skandal SK
     yang diperbincangkan,
Cuma wakil mengeluarkan SK, SK Wakil Presiden
     lalu jadi bahan gurauan,
Dapat dipulihkan dengan terbitkan SK Presiden,
     SK yang bener-beneran.
Tetapi jika dari partainya saja kurang dukungan,
     lalu apa ada harapan?
Megawati, ketua umum PDIP, kongres partainya
     sudah lama menetapkan,
Dia yang punya kata penentu tetapkan calon presiden
     yang diunggulkan.
Memang belum ada mengeluarkan pernyataan, hanya
     saja dikhawatirkan,
Jika tidak diberi masukan, eh, salah tentukan dirinya
     yang maju ke depan.
Kalau salah seperti ini, yah ... mungkin kekonyolan
     alih-alih kemenangan.
Lalu ada mantan jenderal, Wiranto namanya, yang
     juga menjadi panutan
Di partai yang bermotto junjung amanat dan nurani
     rakyat kebanyakan,
Belum dipastikan, tetapi manakala masanya tiba,
     rasanya dia ke depan.
Peluang mencalonkan besar, tetapi peluang menang,
     yah ... kekecilan.
Mana ada anak muda tertarik menjadikan sang
     mantan menjadi panutan?
Kemudian ada penyanyi, yang pada awalnya
     tak akan masuk ini catatan,
Bukan karena menghina atau pandang enteng,
     tetapi karena keterlaluan.
Bagaimana tak keterlaluan, memangnya dia tak
     pernah cermin-cerminan?
Hanya karena segelintir penggemar menyatakan
     cocok, eh mencalonkan,
Benar-benar keterlaluan ... keterlaluan benar ...
     benar-benar keterlaluan.

Tentu saja masih ada ratusan hari ke depan
     sebelum arena pertempuran
Dibuka secara resmi bagi para kontestan, guna
     unjuk gigi maju ke depan.
Tapi karena calon potensial sudah mulai
     perdengarkan suara bersahutan,
Sudah waktunya catatan sederhana dari orang
     awam ini diproklamasikan,
Agar calon yang benar-benar andalan ...
     menjadi idola orang kebanyakan
Dapat berkemas-kemas menyiapkan hajatan
     besar agar tidak ketinggalan.
Tetapi yang lebih utama sebenarnya ini catatan
     jelas bukan buat si Puan,
Karena kata penentu jelas tidak berada di tangan
     ini nona yang rupawan.
Kata penentunya berada di tangah sang ketua ...
     yang secara kebetulan
Memang menjadi bunda si Puan ... dialah
     yang harus berani menentukan.

Jangan maju sendiri hai bunda, pengalaman telah
     berulang mengajarkan,
Waktu berubah, era dan jaman juga bergeser,
     pasti walau amat perlahan.
Bunda adalah pemegang kunci penentu bagi
     si nona muda nan rupawan
Agar bisa maju ke depan dengan rona wajah
     dan bibir penuh senyuman.
Kalau jalan tidak dibuka lalu bagaimana bisa
     berjalan rebut kemenangan?
Bunda memang masih punya kharisma, pegang
     kunci yang menentukan,
Pengikut dan pendukung juga ada di mana-mana,
     pokoknya bertebaran,
Setia dan loyal juga jangan ditanyakan, dari dulu
     sampai sekarang, aman.
Tetapi era bunda harus dicukupkan jika nomer satu
     ingin digenggaman.
Berikan jalan kepada si Puan, dengan wajah
     rupawan penuh senyuman,
Otak cerdas tidak kampungan ... mata cemerlang
     kharisma gemerlapan,
Idola remaja putra-putri pemuda harapan, ibu-ibu pun
     pasti tak keberatan.
Dan kalau ibu-ibu sudah tidak keberatan, maka pasti
     tidak ada halangan
Bagi si Puan jadi negarawan, memimpin bangsa
     besar ke gerbang depan,
Seperti yang dulu dicita-citakan oleh sang kakek
     dan juga para pahlawan.

Siapa yang akan memimpin negara ini ke depan
     memang rahasia Tuhan.
Jika tiba masanya rahasia memang akan terang
     benderang, ini pedoman.
Tetapi Tuhan seringkali berbisik pada orang-orang
     awam yang beriman,
Selalu lurus, jujur, terbuka, tidak ada politik-politikan
     apalagi tipu-tipuan.
Bentuk bisikanNya memang tidaklah berupa sabda
     ataupun wahyu Tuhan,
Tapi kata hati orang-orang kecil sederhana,
     yang tidak punya kepentingan
Kecuali mendapatkan pemimpin yang berani
     memberi contoh dan teladan,
Rasanya sering benar karena melalui nurani ini
     kadang Tuhan berkenan
Buka rahasia dan memberi bisikan apa yang akan
     terjadi di masa depan.
Karenanya ... ayo Puan, maju, tegar dan beranilah
     menjadi negarawan.
Dan untuk bunda tercinta ayo ... janganlah ragu-ragu
     guna memberi jalan
Pada si jelita rupawan ... yang jika memang
     ditakdirkan menjadi pimpinan
Pastilah jalannya lancar dan kencang, karena
     padanya memang harapan.
Di tangan para remaja dan anak mudalah
     tergantung cetakan masa depan
Karenanya dengarlah suara mereka ... mereka ingin
     yang muda rupawan,
Tidak kampungan, cerdas, jujur, terbuka, ramah
     serta semarak senyuman,
Patut dijadikan teladan panutan, empati dan
     kasih pada sesama diberikan.
Ayo Puan, bersiaplah menjadi negarawan,
     terbuka lebar sudah jalan-jalan,
Jangan takut terus maju ke depan, tetaplah
     sederhana dijadikan pedoman,
Karena banyak yang muak dengan topeng-topeng
     dusta dan kemunafikan.

Lewat petang dawai serunai bergetaran,
     merdu mendayu segarkan pikiran.
Selamat datang wahai si rupawan Puan, maju,
     ayo maju jadilah negarawan.
 
Essi nomor 226 -- POZ14112012 -- 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun