Essi 226 -- Ayo Puan Jadilah Negarawan
Tri Budhi Sastrio
Aburizal Bakri, yang ketua umum Golkar, sudah lama
   mendeklarasikan
Bahwa dia itu siap maju sebagai calon presiden yang
   dapat diandalkan.
Tantangan dari dalam memang ada, tetapi nadanya
   tidak meyakinkan,
Timbul tenggelam tidak terlalu lantang ... karenanya
   bolehlah diabaikan.
Lapindo memang menjadi ganjalan kecuali ganti rugi
   segera dibereskan.
Prabowo Subianto, yang ketua umum Gerindra,
   tidak resmi menyatakan,
Tetapi menilik apa saja yang dilakukan di dunia
   maya, ambisi dan tujuan
Mantan menantu sang bapak pembangunan terang
   jelas tuna halangan.
Masa lalu memang hambatan, tapi semua kan sudah
   menjadi kenangan.
Dahlan Iskan yang sekarang menteri BUMN dulunya
   mantan wartawan.
Memang tak pernah dianya berterang apa ada
   tujuan ingin mencalonkan
Tapi melihat gaya juga dukungan yang
   melimpah-ruah, dapat dipastikan
Tidak akan ada penolakan jika ada partai politik
   berkenan mencalonkan.
Bahkan jika tak ada, mungkin saja jalur independen
   yang menjadi pilihan.
Satu-satunya hambatan, jika ada dusta
   berkepanjangan masalah kerugian.
Mahfud MD, sang ketua MK yang di era Gus Dur
   jadi menteri pertahanan,
Juga belum pernah berterang mengatakan akan
   siap sedia jika dicalonkan,
Tetapi melihat sikap dan gayanya jelas ke sana
   arah, maksud dan tujuan.
Walau dirasa komentar-komentar semakin kental
   dengan nuansa arogan,
Tetapi selama ini dikenal lurus tak pernah korupsi,
   jadi masih ada harapan.
Kecil memang tetapi yang namanya harapan
   kan pantas untuk dibesarkan.
Jusuf Kalla, mantan wakil presiden, tampak kentara
   masih berkeinginan
Jadi nomer satu di negeri ini, sehingga skandal SK
   yang diperbincangkan,
Cuma wakil mengeluarkan SK, SK Wakil Presiden
   lalu jadi bahan gurauan,
Dapat dipulihkan dengan terbitkan SK Presiden,
   SK yang bener-beneran.
Tetapi jika dari partainya saja kurang dukungan,
   lalu apa ada harapan?
Megawati, ketua umum PDIP, kongres partainya
   sudah lama menetapkan,
Dia yang punya kata penentu tetapkan calon presiden
   yang diunggulkan.
Memang belum ada mengeluarkan pernyataan, hanya
   saja dikhawatirkan,
Jika tidak diberi masukan, eh, salah tentukan dirinya
   yang maju ke depan.
Kalau salah seperti ini, yah ... mungkin kekonyolan
   alih-alih kemenangan.
Lalu ada mantan jenderal, Wiranto namanya, yang
   juga menjadi panutan
Di partai yang bermotto junjung amanat dan nurani
   rakyat kebanyakan,
Belum dipastikan, tetapi manakala masanya tiba,
   rasanya dia ke depan.
Peluang mencalonkan besar, tetapi peluang menang,
   yah ... kekecilan.
Mana ada anak muda tertarik menjadikan sang
   mantan menjadi panutan?
Kemudian ada penyanyi, yang pada awalnya
   tak akan masuk ini catatan,
Bukan karena menghina atau pandang enteng,
   tetapi karena keterlaluan.
Bagaimana tak keterlaluan, memangnya dia tak
   pernah cermin-cerminan?
Hanya karena segelintir penggemar menyatakan
   cocok, eh mencalonkan,
Benar-benar keterlaluan ... keterlaluan benar ...
   benar-benar keterlaluan.
Tentu saja masih ada ratusan hari ke depan
   sebelum arena pertempuran
Dibuka secara resmi bagi para kontestan, guna
   unjuk gigi maju ke depan.
Tapi karena calon potensial sudah mulai
   perdengarkan suara bersahutan,
Sudah waktunya catatan sederhana dari orang
   awam ini diproklamasikan,
Agar calon yang benar-benar andalan ...
   menjadi idola orang kebanyakan
Dapat berkemas-kemas menyiapkan hajatan
   besar agar tidak ketinggalan.
Tetapi yang lebih utama sebenarnya ini catatan
   jelas bukan buat si Puan,
Karena kata penentu jelas tidak berada di tangan
   ini nona yang rupawan.
Kata penentunya berada di tangah sang ketua ...
   yang secara kebetulan
Memang menjadi bunda si Puan ... dialah
   yang harus berani menentukan.
Jangan maju sendiri hai bunda, pengalaman telah
   berulang mengajarkan,
Waktu berubah, era dan jaman juga bergeser,
   pasti walau amat perlahan.
Bunda adalah pemegang kunci penentu bagi
   si nona muda nan rupawan
Agar bisa maju ke depan dengan rona wajah
   dan bibir penuh senyuman.
Kalau jalan tidak dibuka lalu bagaimana bisa
   berjalan rebut kemenangan?
Bunda memang masih punya kharisma, pegang
   kunci yang menentukan,
Pengikut dan pendukung juga ada di mana-mana,
   pokoknya bertebaran,
Setia dan loyal juga jangan ditanyakan, dari dulu
   sampai sekarang, aman.
Tetapi era bunda harus dicukupkan jika nomer satu
   ingin digenggaman.
Berikan jalan kepada si Puan, dengan wajah
   rupawan penuh senyuman,
Otak cerdas tidak kampungan ... mata cemerlang
   kharisma gemerlapan,
Idola remaja putra-putri pemuda harapan, ibu-ibu pun
   pasti tak keberatan.
Dan kalau ibu-ibu sudah tidak keberatan, maka pasti
   tidak ada halangan
Bagi si Puan jadi negarawan, memimpin bangsa
   besar ke gerbang depan,
Seperti yang dulu dicita-citakan oleh sang kakek
   dan juga para pahlawan.
Siapa yang akan memimpin negara ini ke depan
   memang rahasia Tuhan.
Jika tiba masanya rahasia memang akan terang
   benderang, ini pedoman.
Tetapi Tuhan seringkali berbisik pada orang-orang
   awam yang beriman,
Selalu lurus, jujur, terbuka, tidak ada politik-politikan
   apalagi tipu-tipuan.
Bentuk bisikanNya memang tidaklah berupa sabda
   ataupun wahyu Tuhan,
Tapi kata hati orang-orang kecil sederhana,
   yang tidak punya kepentingan
Kecuali mendapatkan pemimpin yang berani
   memberi contoh dan teladan,
Rasanya sering benar karena melalui nurani ini
   kadang Tuhan berkenan
Buka rahasia dan memberi bisikan apa yang akan
   terjadi di masa depan.
Karenanya ... ayo Puan, maju, tegar dan beranilah
   menjadi negarawan.
Dan untuk bunda tercinta ayo ... janganlah ragu-ragu
   guna memberi jalan
Pada si jelita rupawan ... yang jika memang
   ditakdirkan menjadi pimpinan
Pastilah jalannya lancar dan kencang, karena
   padanya memang harapan.
Di tangan para remaja dan anak mudalah
   tergantung cetakan masa depan
Karenanya dengarlah suara mereka ... mereka ingin
   yang muda rupawan,
Tidak kampungan, cerdas, jujur, terbuka, ramah
   serta semarak senyuman,
Patut dijadikan teladan panutan, empati dan
   kasih pada sesama diberikan.
Ayo Puan, bersiaplah menjadi negarawan,
   terbuka lebar sudah jalan-jalan,
Jangan takut terus maju ke depan, tetaplah
   sederhana dijadikan pedoman,
Karena banyak yang muak dengan topeng-topeng
   dusta dan kemunafikan.
Lewat petang dawai serunai bergetaran,
   merdu mendayu segarkan pikiran.
Selamat datang wahai si rupawan Puan, maju,
   ayo maju jadilah negarawan.
Â
Essi nomor 226 -- POZ14112012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H