Essi 190 -- Mempermainkan Kebenaran Mempermainkan Tuhan
Tri Budhi Sastrio
Â
Wow ... slogan ini rasanya tidak terlalu baru tetapi
   menjadi berbeda
Manakala yang menyampaikan seorang kepala negara,
   hanya saja
Karena ini menjadi pembuka tanggapan resmi atas
   kata narapidana,
Banyak orang malah bertanya-tanya, lho ... apakah
   dia kurang kerja,
Sampai-sampai informasi dari narapidana walau
   mantan ketua KPK,
Mendapat tanggapan langsung dari sang empunya
   istana negara?
Benar-benar hebat sang narapidana mampu membuat
   pihak istana
Tersudut sedemikian rupa sehingga hanya ada satu
   jalan dan cara
Yaitu menyebarluaskan lewat media bahwa informasi
   dari penjara
Tidak benar adanya ... maka sambil mengeleng-
   gelengkan kepala
Banyak orang ikutan elus-elus dada pertanda
   sangat tidak percaya.
Bagaimana bisa seorang kepala negara membawahi
   250 juta jiwa,
Eh, berhadapan dengan seorang napi yang sedang
   ada di penjara,
Harus tergopoh-gopoh mencetak transkrip rapat
   di istana negara.
Yang tidak kalah mencengangkannya, kepala negara
   juga terpaksa
Bersumpah dihadapan jutaan tatapan rakyat Indonesia
   bahwasanya Â
Apa yang disampaikannya benar adanya ... yah,
   ternyata mudah ya,
Membuat seorang kepala negara bersumpah
   atas nama pemilik sorga..
Jangan mempermainkan kebenaran dan jika
   nekad maka sama saja
Dengan mempermainkan Tuhan, bergitu kurang
   lebih sabda pembuka.
Tentu saja slogan ini -- entah dikutip dari mana --
   sangat benar adanya.
Siapa saja yang mempermainkan kebenaran maka
   jelas Tuhan dihina.
ENTE INI MEMANG KURANG AJAR, dan Tuhan pun
   bisa saja berkata
Sambil tertawa-tawa gembira, MEMANGNYA AKU INI
   SIAPA, KECOA?
SEMUA ... YA SEMUANYA SAJA, PASTI Â DICATAT,
   PASTI DIDATA,
SEHINGGA MANA ADA BISA DISEMBUNYIKAN DARI
   MATA SORGA?
Kemudian Tuhan pun mungkin akan terbahak-bahak
   gembira riang ria
Melihat tingkah manusia yang suka berdusta,
   menipu di sini tipu di sana,
Sialnya lagi yang ditipu dan didusta manusia
   tidak hanya dirinya semata,
Tetapi juga Tuhan yang mahatahu sekaligus maha
   menguasai semuanya.
Aneh tidak kalau begini, menipu dan berdusta
   pada sesama manusia saja
Amat sangat menggelikan, eh pada diri sendiri juga
   menipu dan berdusta.
Yang lebih menggelikan eh Tuhan mahamengetahui
   pun disuguhi dusta.
Kembali pada kepala negara berkaitan dengan isi
   rapat di istana negara,
9 Oktober 2008 tepatnya, agenda utamanya krisis
   global dan dampaknya,
Yang hadir pimpinan institusi penegak hukum yang
   diminta pendapatnya,
Dan ... masih kata kepala negara setelah bersumpah
   akan kebenarannya,
Sama sekali tidak ada ... ulangi tidak ada ...
   ulangi lagi ... benar tidak ada,
Disebut nama Bank Century dan juga bailout-nya  ...
   masih tidak percaya?
Lalu kepala negara mengangkat buku cetakan terbaru
   yang bersampul biru
Bersatu Menghadapi Krisis judulnya dan silahkan
   baca jika kurang percaya.
Duh ... kepala negara ... bagaimana ini ... tentu saja
   kami semua percaya.
Kapan sih pernah tidak percaya pada anda, bahkan
   ketika label pendusta
Disampaikan beramai-ramai oleh para pemuka agama,
     beramai-ramai pula
Kami membela ... bahkan sebuah catatan yang isinya
   khusus membela ...
Ya ... Membela SBY yang Labelnya Pendusta segera
   dikerek di dunia maya.
Kami masih percaya bahwa kepala negara kami
   tidak sedang berdusta ria
Kami juga sangat percaya bahwa kepala negara
   tidak sembunyikan fakta.
Tanggal 9 Oktober 2008 pasti tidak ada Bank Century
   apalagi bailout-nya.
Kalau si napi mantan ketua KPK berkata sebaliknya ...
   ha ... ha ... ha ...
Ingatan dia pasti telah memudar dan salah jadinya,
   empat tahun jaraknya,
Siapa yang bisa menjamin ingatan seorang
   narapidana tetap prima isinya?
Tetapi kalau kata-kata kepala negara, lho kan ada
   transkrip rekamannya?
Walau transkrip rekaman bisa saja telah direkayasa
   tetapi kepala negara
Pasti benar adanya ... ada rekamannya, ada
   transkripnya, ada buktinya.
Bravo kepala negara Indonesia, bravo karena benar
   dan tidak ada dusta.
Tetapi ... yah ... tetapi ... sebenarnya kan bukan ini
   yang menjadi intinya.
Yang menjadi inti adalah jika penyelamatan
   Bank Century benar adanya
Dan presiden dengan tegas mengatakan ... dan saya
   membenarkannya.
Maka harapannya dengan dada tegak, kepala
   tengadah, presiden berkata
Inilah kebijakan saya ... ini kebijakan pemerintah ...
   inilah kebijakan negara.
Siapa saja yang berlaku curang dan menggelapkan
   uang talangan negara
Harus ditangkap, disidik, dituntut, diadili, dan kalau
   terbukti ya tentu saja
Segera saja dimasukkan ke penjara ... dan dengan
   ini kasus pun purna.
Ya, mengapa tidak berkata yang itu saja wahai Bima
   yang kepala negara,
Ini kebijakan pemerintah ... ini kebijakan negara ...
   inilah kebijakan saya ...
Polisi, jaksa, dan KPK tangkap semua yang berani
   gelapkan uang negara.
Sudah kan ... sudah ditangkap kan ... sudah di penjara
   kan ...tiba saatnya
Melihat kembali penuh harapan bagaimana Bank
   Mutiara pulihkan dirinya.
Uang talangan pasti kan kembali, perompak uang
   negara sudah di penjara,
Kebijakan pemerintah, kebijakan negara, kebijakan
   saya terbukti oke punya
Maka kasus Century purna, ayo konsentrasi masalah
   lain, olahraga misalnya.
Lebih bernas, lebih berguna, karena prestasi bangsa
   dalam olahraga dunia
Benar-benar memalukan, Â jumlah manusia nomer lima
   di dunia, eh medalinya
Cuma mendapat dua sehingga bertenggerlah pada
   urutan enam puluh lima.
Dan dengan ini sabda, kasus Century pun paripurna
   tak perlu sumpah segala.
Cuma sayangnya ini semua versi catatan di dunia
   maya, sedangkan faktanya
Kepala negara negeri tercinta eh masih terpaksa
   banyak bersumpah segala,
Itu pun hanya untuk memastikan isi satu rapat
   di istana negara bisa dipercaya.
Lalu bagaimana jika isi rapat-rapat yang lain juga
   diragukan kredibilitasnya?
Berapa banyak lagi kepala negara harus bersumpah
   atas nama pemilik sorga?
Padahal bukan rahasia semakin banyak bersumpah
   semakin tidak dipercaya.
Â
Essi nomor 190 -- SDA16082012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H