Essi 182 -- Betapa Banyak Yang Tersia-sia ...
Tri Budhi Sastrio
Betapa banyak karunia yang diberikan Sang Mahapemurah
   pada manusia
Tapi sayang betapa banyak yang tersia-sia, hanya saja
   yang lebih bahaya,
Ternyata karunia melimpah berlalu begitu saja karena
   memang disia-sia.
Ya, disia-sia, betapa sayang, yang tersia-sia saja
   terlalu banyak jumlahnya,
Mengapa masih harus ditambah dengan yang disia-sia ...
   betapa bodohnya.
Karunia yang tersia-sia, walau tetap tidak bisa diterima,
   karena sebenarnya
Tentu saja bisa tidak tersia-sia jika pemahaman
   memadai ada dalam kepala
Disertai dengan tekad membaja dalam dada guna
   laksanakan perintah mulia.
Sedangkan karunia yang disia-sia tentu saja benar-benar
   tidak bisa diterima.
Mengapa? Ha ... ha ... ha ... karena satu saja alasannya ...
   karena ini tanda
Betapa bodohnya manusia yang dengan sengaja
   sia-siakan karunia mulia.
Sang Nabi Utusan Surga memberikan perintah yang
   gamblang tidak terkira,
Dicatat dengan tinta emas oleh muridnya yang amat
   sangat dapat dipercaya.
Dan karena sebelumnya Sang Mahakuasa sendiri
   pernah menurunkan sabda
Dialah Putra yang Kukasihi, kepadaNya Aku berkenan,
   maka dengarkanlah Dia,
Karenanya apa yang disampaikan sang utusan dan
   diabadikan para muridnya,
Sama seperti perintah Sang Mahakuasa sendiri, ya ayo
   dengarkan sabdaNya.
Berilah kepada orang yang meminta kepadamu,
   itu sabda Sang Utusan Sorga,
Dan janganlah menolak orang yang mau meminjam
   dari padamu, tegasnya.
Perintah ini tampaknya memang sederhana, tapi lihatlah
   fakta dan realitanya.
Ada berapa banyak yang akan selalu memberi manakala
   ada yang meminta?
Ada berapa banyak yang selalu meminjamkan ketika ada
   yang mendamba?
Ini perintah dari yang mahakuasa disampaikan lewat
   UtusanNya yang mulia.
Perintahnya sederhana, gamblang, tidak memerlukan
   orang pintar segala
Jika hanya ingin memahaminya, tetapi kenyataannya
   benar-benar luar biasa.
Segala daya dan upaya -- kadangkala dengan sadar --
   dicipta dan direkayasa
Guna menolak mereka yang meminta, guna jauhkan
   para peminjam pada kita.
Sang Nabi Utusan Sorga yang kecerdasanNya jelas
   sekali amat sangat luar biasa
Memang menambahkan setelahnya bahwa siapa saja
   diberi hak untuk meminta.
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,
   begitu sabda tambahannya
Maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu
   akan dibukakan bagimu, aha,
Bukankah semakin jelas sekarang bahwa tolok ukur
   utamanya pada sesama?
Semua permintaan pada sang maha kuasa, pasti akan
   diberikan pada manusia,
Semua yang dicari oleh manusia pasti akan ditemukan,
   semua pintu akan dibuka.
Pendek kata semua yang diminta dan dimohonkan
   oleh manusia, ya jawabnya,
Tetapi ya itu tadi, jika ingin diberi apa yang diminta,
   jangan tolak yang meminta,
Jika ingin dikabulkan apa yang didamba, jangan usir
   yang datang dan menghiba.
Jika kelak ingin dibukakan pintu sorga, jangan tutup
   semua pintu bagi sesama.
Perintah yang mudah, jelas, sederhana, gamblang,
   dan tentu saja berwibawa,
Karenanya memang jadi mengherankan setengah mati
   dan sulit akal mencerna.
Banyak orang rajin meminta tetapi manakala harus
   memberi, pelitnya luar biasa.
Banyak orang sangat rajin mendamba pinjaman ampunan
   dari yang mahakuasa,
Tetapi manakala ada sesama bersalah, eh ...
   ternyata banyak juga alasannya.
Banyak orang sangat ingin pintu surga selalu terbuka,
   tetapi pintu hati miliknya
Dikunci rapat-rapat manakala ada sesama yang
   memerlukan belas-kasihnya.
Yah ... benar-benar sulit dicerna, karunia begitu berlimpah,
   eh semua disia-sia.
Karenanya senyampang banyak orang merasa
   sekarang saat dan masanya
Lebih memahami kemudian menjalankan semua
   perintah sang utusan surga
Catatan kecil ini jika bisa jadi pemantik kecil saja
   guna menggugah kelamnya
Sukma jiwa yang terlalu lama dijerat gulitanya
   kepentingan diri sendiri semata
Walau hanya sekejab tetapi manakala dapat
   memantik cahaya konsep sukma
Sehingga berpikir betapa beruntungnya jika
   banyak sesama datang meminta,
Dan bukan malahan menggerutu berkepanjangan
   sambil cari daya rekayasa
Guna mengusir mereka semua, maka betapa
   hebatnya ini pemantik cahaya.
Yang datang meminta pada kita adalah berkah dan
   karunia dari yang kuasa.
Kalau tak ada mereka lalu bagaimana bisa manusia
   menjalankan perintahNya?
Ayo ganti paradigma hama menjadi paradigma
   berkah dan karunia dari surga.
Memberi ampunan pada sesama khususnya mereka
   yang hina dan tak disuka,
Juga bukan main sulitnya apalagi jika dalam kepala
   keberadaan mereka semua
Bukannya dianggap sebagai limpahan berkah dan
   karunia dari yang mahakuasa
Tetapi sebagai hama pengganggu ketentraman dan
   kedamaian hidup di dunia.
Ayo, ubah semua konsep yang ujung-ujungnya hanya
   merugikan diri sendiri saja.
Mereka ada banyak di dunia dan datang menghampiri
   kita semata-mata karena
Tuhan yang mahapemurah berkenan memberi limpahan
   berkah dan karuniaNya.
Tanpa mereka lalu bagaimana kita bisa memberi
   ampunan yang menurut sabda
Sang Nabi Utusan Sorga merupakan syarat nan pertama
   dan yang paling utama
Agar ampunan dari sang mahakuasa juga berhak
   diperoleh atas dosa-dosa kita?
Berkah dan karuniaMu melimpah tidak berkesudahan
   dan ada di mana-mana.
Syukur pun dipanjatkan atas semuanya karena tanpa
   kehadiran mereka semua
Bagaimana bisa menjalankan perintah dan sabda
   lewat Sang Nabi Utusan Sorga?
Kalau perintah dan sabda tidak bisa dijalankan lalu
   bagaimana ke tempat mulia?
Peminta-minta ada di mana-mana, orang yang hina dunia
   juga banyak stoknya,
Apalagi kita semua bukankah juga tergolong para
   peminta-minta dan yang hina?
Terima kasih tidak terhingga karena berkah serta karunia
   melimpah tersedia ...
Jangan sampai semuanya tersia-sia apalagi dengan
   sengaja memang disia-sia.
Â
Essi nomor 182 -- SDA02082012 -- 087853451949