Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Essi Nomor 175: Yang Kafir pun Telah Tahir

8 April 2021   07:05 Diperbarui: 8 April 2021   07:19 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://ag.org/Beliefs/Our-Core-Doctrines/Paintings

Essi 175 -- Yang Kafir pun Telah Tahir
Tri Budhi Sastrio

Konon kabarnya orang-orang Yahudi -- khususnya
     para tetua agama,
Pernah menganggap semua orang yang tidak
     beragama Yahudi serta
Bersunat serta melaksanakan semua tata cara
     dan pantang mereka,
Adalah orang kafir, adalah orang yang tidak
     mengenal Allah penguasa.
Yah ... semuanya kafir ... semuanya tidak
     mengenal Allah ... karena
Memang hanya mereka yang mengenal Allah
     yang jadi empunya surga.
Pendapat dan konsep ini berlanjut serta mengakar
     kuat-kuat laksana
Akar-akar pohon rasamala sebelum akhirnya
     tercerabut tidak bersisa
Oleh seorang nabi utusan surga yang datang guna
     menyebarkan warta,
Warta gembira, warta keselamatan, warta bagi semua
     bangsa di dunia.
Dan ... semua orang kafir pun akhirnya tahir,
     tahir dari kafir dan dosa.
Lalu tidak ada lagi orang kafir di dunia, karena warta
     dan maklumatnya
Telah menyebar ke seluruh dunia - semua telinga
     telah mendengarnya.

Karenanya tak mengherankan jika dalam catatan
     murid sang nabi mulia
Hanya satu kata 'kafir' pernah meluncur dari mulut
     sang utusan surga
Itupun bukan dalam konteks kecaman atau hujatan
     melainkan sabda
Melarang siapa saja menggunakan kata merendahkan
     yang mahakuasa
Kala menyebut sesama dengan memberi stigma
     yang tidak masuk logika.
Bagaimana tidak akan dikatakan merendahkan yang
     mahakuasa jika
Ada manusia berani-beraninya menyandang gelaran
     tak mengenal Dia.
Dia itu dikenal di mana saja, kapan saja, dan oleh
     siapa saja, semuanya.
Yah ... semuanya ... karena semua ini adalah milik
     dan ciptaanNya juga,
Lalu bagaimana bisa ada satu noktah saja di alam
     semesta nan raya
Yang tidak berasal dari Dia ... yang hanya karena
     perkenanNya lalu ada?
Semua dari Dia, semua milik Dia, Dia itu mahakuasa
     dan mahapencipta
Sekaligus juga mahapemilik bagi semua yang ada
     di jagat alam raya.
Jadi benar-benar tidak masuk akal logika kalau ada
     satu noktah saja
Di alam jagat raya semesta berani berkata bahwa
     ia tidak kenal Dia.
Semua pasti kenal Yang Mahakuasa, karena semua
     berasal dariNya.

Karenanya sang nabi utusan dari surga, seperti yang
     dicatat muridNya
Bersabda penuh wibawa 'Setiap orang yang marah
     terhadap saudaranya
Harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya
     Kafir, haruslah ia
Dihadapkan ke Mahkamah Agama, siapa yang berkata
     Jahil haruslah dia
Diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala'
     dan ini sabda mulia
Disampaikan sebagai pelengkap kala sang nabi
     utusan surga berbicara
Tentang Taurat yang jadi dasar dan pegangan
     para Yahudi dan tetuanya.
Singkat kata jangankan berkata jahil atau beri label
     kafir pada sesama,
Marah saja orang sudah boleh dihukum ...
     betapa luar biasa ini sabda.
Empati dan kasih pada sesama adalah segala-galanya
     bagi nabi mulia,
Bahkan perintah ini sama dengan pengabdian pada
     yang mahakuasa.
Lebih jauh sang nabi utusan surga berkata lantang
     pada semua bangsa
'Apa yang tidak engkau perbuat pada yang paling
     hina di antara sesama,
Tidak juga engkau perbuat untukKu' ... karenanya
     betapa berkah manusia
Dari stigma kafir telah tahir dan dari dosa juga
     telah bebas serta merdeka.
Tak ada orang kafir di dunia, semua manusia kenal
     dan milik Allah semata.
 
Essi nomor 175 -- SDA22072012 -- 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun