Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Essi Nomor 155: Mega Ungu, Hujan Keemasan, dan Dandelion pun

25 Maret 2021   09:59 Diperbarui: 25 Maret 2021   10:47 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Essi 155 -- Mega Ungu, Hujan Keemasan, dan Dandelion pun ...
Tri Budhi Sastrio

Judul ini diadaptasi dari bait terakhir lagu yang liriknya
     digubah seniman lagu ternama
Bernie Taupin namanya, sedangkan penyanyinya
     Elton John, sang penyanyi luar biasa.
Ratu Inggris memberi gelar kebangsawanan padanya,
     dan penyanyi yang nama aslinya
Reginald Kenneth Dwight pun jadi Sir Elton Hercules John,
     yah semakin keren nih nama.
Commander of the Order of British Empire jadi nama
     jabatan resmi kebangsawanannya.
Lagu A Dandelion Dies in the Wind tentu tak bisa
     dibandingkan dengan lagu untuk Diana,
Yang tidak hanya menggetarkan Inggris Raya
     tetapi gemanya menjalar ke seluruh dunia,
Tentu masih banyak yang tidak lupa ketika
     Candle in the Wind diputar berlama-lama.
Meskipun lagu ini diadaptasi oleh penulis lirik
     yang sama untuk memuja seorang wanita
Yang telah lama mendahului pergi sebelum Putri Diana,
     tetapi tetap saja ini lagu penuh puja
Merambah ke puncak utama lagu-lagu dunia,
     dan tak ada yang keberatan dengannya.
Marilyn Monroe wanita pujaan yang lama,
     yang baru ditujukan pada sang putri Diana.
Walau lagu yang baru ini hanya sekali saja
     dinyanyikan penyanyinya, tetapi siarannya
Terus diulang berlama-lama oleh hampir seluruh
     warga media yang ada di dunia.

Mega-mega berwarna ungu, hujan tampak keemasan,
     kemarin pun akhirnya berlalu juga,
Dan dandelion sang bunga akhirnya mati dalam
     tiupan angin senja tanpa sempat bertanya
Tentu tidak setara dengan lagu untuk putri Diana
     karena yang ini hanya catatannya saja.
Dandelion sang bunga pralaya, menghilang juga
     usaha menyanyikan lagu secara terbuka.
Dandelion disimpan dalam kotak pustaka,
     entah kapan pemiliknya tergugah membuka dia,
Kalau bukannya ke dunia blantika, ya ke telinga
     anak muda yang tentu gembira karenanya.
Tetapi dinyanyikan atau tidak ternyata dandelion
     terus saja berjaya dan tak pernah pralaya.
Kalau tidak percaya tengok saja dari jendela
     apartemen mana saja di semua kota di Poladia,
Asal di sana ada lapangan rumput di sana juga akan ada
     ribuan bunga dandelion bercanda.
Yang kuning lebih indah dibandingkan yang putih
     hanya karena warnanya, tetapi floretnya?
Sama-sama mempesona karena sangat banyak
     misteri dan rahasia tersembunyi di sana.

Ayo saya ajak semua membayangkan bagaimana
     bunga yang sandang nama taring singa,
Karena dent-de-lion dalam bahasa aslinya di Perancis
     sana memang punya satu makna.
Bunga ini sangat piawai menghibur tidak hanya mata
     tetapi juga jiwa yang perhatikan dia.
Mulai saja manakala fajar mulai menyingsing
     dan langit mulai memerah di ufuk timur sana,
Lapangan rumput tebal hijau yang memang
     masih dibuai mimpi dan terlelap dalam tidurnya
Tampak enggan terjaga, sementara bulir embun pagi
     juga tampak nyata malas buka mata.
Selama sang surya tidak benar-benar datang menyapa,
     mimpi indah jelas pantang dijeda.
Apalagi, bukankah semua taring singa sedang
     asyik-masyuk membungkus jiwa dan raga.
Lalu bagaimana mau terjaga jika yang berkepentingan
     masih asyik dalam alam mimpinya?
Tetapi akhirnya tiba juga waktunya untuk terjaga,
     dan kerja pun menunggu mereka semua.
Embun yang pertama mengucapkan sayonara
     karena katanya dia harus kembali ke mega
Yang sudah lama menunggu untuk nanti bersama-sama
     menunggu perintah berikutnya.
Lalu setelah itu sang taring singa mulai menunjukkan
     perbawa, semua kuning dibuatnya.
Permadani hijau yang semula terhampar demikian indah
     menjadi semakin cemerlang saja,
Karena tak hanya hijau yang menyapa mata manusia,
     tetapi kuning pun mengubah rasa.
Seperti panel tenaga surya sejumlah satelit milik NASA
     yang membuka dengan indahnya
Ketika harus menyerap sinar sang surya
     untuk diubah jadi energi guna penggerak daya,
Dan Ini juga yang pertama-tama dikerjakan
     sang taring singa, buka semua panel surya,
Serap semua cahaya, ubah sesuai keperluannya,
     sambil pada saat yang sama hibur mata.
Jika sempat diperhatikan ternyata semua kerja
     dikerjakan penuh semangat riang gembira.
Hijau memang masih ada tapi tidak dapat disangkal
     warna sang taring singa penguasanya.
Semua lapangan hijau jadi kuning dibuatnya,
     lalu bagaimana bisa ada yang berani berkata
Sang taring singa akan pralaya dalam tiupan angin senja,
     karena ketika senja kembali tiba
Mereka hanya melipat panel surya, cukup sudah kerja,
     esok masih akan ada kerja lainnya.

Sedangkan lagu merdu penuh pesona karya
     komposer kelas dunia, menari di mega-mega,
Terus dengan setia mengiringi kerling genit manja
     sang bunga taring singa di tilam peraduannya.

Essi nomor 155 -- POZ07052012 -- 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun