Tiba-tiba saja, sebentuk kesadaran melintas di benakku. Ah, betapa tololnya aku selama ini. Memilih terkungkung di tempat yang tidak menyenangkan sementara kedamaian justru ada di luar sini.
Sambil terus melangkah perlahan, karena aku memang memilih berjalan kaki daripada naik kuda, pikiranku terus bermain. Tak henti-hentinya aku menyesali ketololan diriku sendiri, yang selama ini ternyata buta terhadap kenyataan. "Alam yang indah dan damai menunggu untuk dinikmati, aku malahan memilih kehidupan yang penuh dengan udara kotor," begitu berkali-kali aku menggumam menyesali diriku sendiri.
Hanya saja rasa sesal ini tidak sempat berlama-lama memenuhi otak, karena kedamaian dan keindahan alam segera mengusirnya jauh-jauh. Aku merasa menjadi orang baru. Tanpa kusadari, seulas senyum tiba-tiba saja mengembang di bibirku.
Aku sendiri sebenarnya tidak menyadari berjalan sambil tersenyum. Aku baru menyadari hal itu ketika suara centil beberapa orang gadis, yang rupanya tanpa kusadari mendahuluiku, berbicara pelan tetapi cukup jelas untuk kudengar.
"Jalan sendirian sambil tersenyum-senyum ... aneh ya ..." Kemudian disusul oleh cekikikan beberapa temannya.
Seketika aku gelagapan. Senyum segera kusimpan. Tidak enak memang kalau sedang asyik bermain-main dengan pikiran, tiba-tiba saja dikritik orang, apalagi oleh serombongan gadis. Sebenarnya ada yang lebih dari itu. Gadis yang berbicara tadi itu, suaranya seperti tidak asing bagiku. Kulihat rombongan gadis itu sudah agak jauh di depan, karena mereka melangkah cepat.
"Hai," panggilku sambil mempercepat langkah.
Beberapa dari mereka menoleh. Melihat langkahku di percepat mereka ikut mempercepat langkah tetapi aku tidak mau kalah. Sekarang aku berlari. Sekejab saja kudahului, berbalik dan berhenti tepat di depan mereka. Rombongan itu ikut berhenti. Tidak ada pria di antara mereka.
Bukan main gadis-gadis masa sekarang ini. Mendaki gunung tanpa ditemani seorang pria pun.
"Siapa tadi yang berbicara ketika melewati aku?" tanyaku dengan suara sedikit mengancam.
Aku mencoba berbicara dengan muka sedikit ditekuk, sekalipun tidak yakin apakah penampilan dengan sikap seperti itu akan lebih berwibawa atau malahan tampak semakin konyol.