Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Harga Sebuah Nama

24 Februari 2021   14:26 Diperbarui: 10 November 2024   12:48 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau lihat hal ini. Pujangga dan filsuf besar, Shakespeare, bukan tanpa maksud ketika mengatakan kata-katanya yang sampai sekarang tersohor ini. Apa artinya sebuah nama, tanyanya waktu itu. Bunga mawar dengan nama tahi-kucing pun akan tetap harum baunya. Seribu atau sejuta orang boleh menghina nama Hamid Kartakusuma, tetapi kehormatanmu tidak akan bergeming. Kau tetap Hamid Kartakusuma. Kau tidak akan berubah menjadi mahluk lain karena salah seorang temanmu menghina namamu. Meskipun kau dipanggil dengan sebutan kerbau, umpamanya, engkau tidak akan berubah menjadi kerbau. Sebaliknya seekor kerbau dipanggil dengan namamu, kerbau itu tidak akan berubah menjadi Hamid Kartakusuma."

Kulihat Hamid ternganga waktu itu. Kupikir kata-kataku termakan olehnya.

"Jadi untuk apa kau permasalahkan hal sepele semacam ini?" Kehormatanmu tidak pernah ternoda jika cuma namamu yang dihina. Kehormatanmu baru ternoda kalau engkau bertindak yang bukan-bukan, seperti umpamanya tindakan yang kau lakukan sekarang ini. Jadi ...."

Kulihat Hamid masih tetap dengan sikapnya yang ternganga heran. Dia sepertinya tidak lagi mendengarkan kata-kataku yang terakhir.

"Hai ...!" tegurku.

"Bagaimana engkau bisa tahu?" tanyanya lirih padaku.

Aku mengerutkan kening. Kembali aku berhasil dibuat heran oleh pertanyaannya.

"Tahu apa?" tanyaku.

"Tahu kalau mereka menyamakan dan dan menghina namaku dengan kerbau ...?"

Sekarang ganti aku yang ternganga. Tentu saja aku tidak tahu itu. Aku cuma mengambil kerbau sebagai contoh. Kutatap Hamid yang tetap dengan sikapnya, diam dan tergugu heran. Berhasilkah usahaku memberi kesadaran pada Hamid makna dan harga sebuah nama? Tampaknya aku berhasil, meskipun mungkin keberhasilan itu karena ditunjang keberhasilan mengambil contoh yang cocok secara kebetulan.

Sedangkan untuk temanku, yang sampai saat ini belum kuketahui namanya, yang telah menyamakan nama Hamid Kartakusuma dengan kerbau, diam-diam aku mengumpat. Sialan, hampir saja dia menebus keusilan itu dengan sesuatu yang lain, yang mungkin tidak pernah terbayangkan oleh dia sebelumnya. Untung harga untuk nama telah kubayar, kubayar dengan sebuah kebetulan! Sebuah peringatan bagi siapa saja, agar tidak dengan mudah menghina nama seseorang. Bisa berbahaya! (R-SDA-24022021 -- 087853451949)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun