"Saya tidak pasti, tetapi sekitar pukul delapan sampai setengah sembilan. Anda bisa mencek di catatan penjaga depan. Pasti ada di sana!"
"Akan saya cek nanti kalau diperlukan!" kata Hermawan.
"Waktu anda tiba kegiatan kantor tentunya sudah mulai!"
"Benar! Tetapi tidak dalam ruangan ini. Kuncinya cuma saya yang membawa. Anda mungkin ingin bertanya, apakah pintu dalam keadaan terkunci atau tidak ketika saya datang? Saya jawab pintu terkunci. Saya yakin ini!"
Hermawan tersenyum.
"Tuan telah mendahului saya!" kata Hermawan. "Tetapi itu sebenarnya tidak penting!"
Kening tuan Santika berkerut dalam. Tidak penting? Mengapa tidak penting? Bukankah untuk bisa mengambil dokumen rahasia ini orang harus melalui pintu kantor? Tidak ada jalan lain masuk ke kantor pribadinya kecuali pintu depan yang terkunci. Tanda-tanda kalau pintu itu bekas di buka sama sekali tidak ada. Dia memang bukan seorang polisi atau detektif, tetapi untuk itu tuan Santika yakin sekali.
"Mengapa anda bilang tidak penting?" tanyanya penasaran pada laki-laki di depannya, yang dipanggilnya semata-mata karena dia kagum akan kepandaiannya.
"Jangan khawatir, nanti saya terangkan!" kata Hermawan. "Oh ya, saya lihat di kantor anda tidak ada pencatat meter dari PLN. Atau mungkin alat itu tidak berada di ruangan sini?"
"Perusahaan saya tidak berlangganan PLN. Saya punya tiga diesel pembangkit llistrik yang besar, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik perusahaan ini."
"Oh ya!" Hermawan tiba-tiba saja mengalihkan pokok pembicaraan, "sebelum saya memeriksa ruangan ini, sudahkah anda memeriksa seluruh tempat di ruangan ini, karena siapa tahu, anda salah meletakkan dokumen rahasia itu?"