"Sekarang uang tunai sudah di tangan tuan," kata tuan Santika tajam. "Di mana dokumen saya?"
"Kemarin, sebelum tuan pulang, tuan mencoba menggunakan mesin fotokopi, bukan?"
Kembali tuan Santika mengangguk.
"Anda tidak jadi mengkopi karena disel pembangkit listrik sudah dihentikan!" gumam Hermawan. "Hmm, coba belum dimatikan dieselnya, mungkin tuan tidak usah membayar saya untuk menemukan dokumen itu."
"Anda sudah menemukannya?" tanya tuan Santika tidak percaya.
"Tuan masih belum ingat di mana dokumen rahasia itu tertinggal?" tanya Hermawan.
Tuan Santika menggeleng kesal.
"Kalau saya sudah ingat tentu saja ...!"
"Baiklah!" potong Hermawan sambil bangkit dari duduknya, sementara tumpukan uang di depannya, entah sejak kapan sudah pindah ke saku celananya. "Dokumen itu berada di tempat di mana biasanya seseorang meletakkan obyek yang akan di fotokopi. Mungkin tuan kemarin berusaha memfotokopi dokumen itu, tetapi karena aliran listrik tidak ada, tuan tidak meneruskan usaha itu. Amplop dokumen langsung anda masukkan ke dalam lemari besi, sementara dokumennya sendiri lupa anda ambil kembali. Kebetulan ini masih di tambah dengan satu kebetulan lagi, anda lupa mengunci lemari besi, sehingga tidak mengherankan kalau ...."
"Tetapi darimana anda bisa tahu ini?" tanya tuan Santika dengan mata membelalak heran. "Saya memang tidak memeriksa tempat itu. oh, seandainya saya periksa ...."
"Tuan telah menjawab sendiri pertanyaan, tuan!" jawab Hermawan sambil melangkah ke arah pintu. "Waktu tuan keluar sebentar tadi, saya menyempatkan memeriksa seluruh ruangan ini, dan beruntung saya memeriksa tempat yang justru tuan lupakan. Sekarang tuan bisa mengambilnya. Dokumen itu masih berada di tempatnya, di mesin fotokopi!"