Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Hilangnya Sebuah Dokumen Rahasia

19 Februari 2021   08:01 Diperbarui: 19 Februari 2021   08:25 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hilangnya Sebuah Dokumen Rahasia
Tri Budhi Sastrio

Ketika kelalaian bergabung dengan kebetulan
Yang muncul mungkin peristiwa yang luar biasa!
Dan manusia seringkali mengalami ini!

"Temukan segera dokumen itu," kata tuan Santika berapi-api pada laki-laki yang berdiri di depannya. "Kalau sampai besok pukul sebelas siang, dokumen itu belum berada di mejaku, hancurlah semua usahaku. Tuan Wiguno akan datang dari Jakarta besok. Ia tidak akan banyak lagak kalau melihat dokumen itu di tanganku tetapi tanpa dokumen itu, oh ...!"

Tuan Santika mengeluh sambil menghentikan kata-katanya. Sementara tangannya meremas-remas kertas. Rupanya dia tidak menyadari sama sekali gerakan tangannya. Laki-laki yang berdiri di depannya, sama sekali tidak bergeming dari sikapnya. Dingin dan mantap. Pakaiannya yang necis jelas terbuat dari bahan yang mahal. Sepatunya hitam berkilap, tampaknya masih baru. Cambang dan kumisnya cuma memperlihatkan bekas-bekasnya saja. Tentu baru dicukur dengan rapi.

"Aku heran, bagaimana lemari besi ini bisa lupa kukunci sehingga pencuri itu bisa dengan mudah mengambilnya!" kata tuan Santika.

Sekarang tuan Santika bangkit dari duduknya dan melangkah gelisah kesana kemari. "Tetapi yang lebih mengherankan lagi dari mana dia bisa tahu kalau dokumen yang sangat penting bagiku itu berada di lemari besi ini? Aku yakin tentu bawahanku yang berbuat ini. Cuma aku belum bisa membayangkan siapa kira-kira pengkhianat itu!"

Laki-laki berpakaian necis itu mendehem pelan, sepertinya dia hendak memberi tanda bahwa sudah tiba waktunya bagi dia untuk berbicara. Memang sejak permulaan cuma tuan Santika yang berbicara dan berbicara.

"Tuan yakin kalau lemari besi itu memang lupa dikunci?" tanyanya.

Tuan Santika mengangguk. Mantap sekali.

"Aku yakin sekali!" katanya, mempertegas anggukan kepalanya.

"Seringkah kelalaian semacam ini tuan lakukan?" tanya laki-laki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun