Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Essi Nomor 348: Jessica ... Jessica ...

9 Desember 2020   20:26 Diperbarui: 9 Desember 2020   21:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.booooooom.com/

Essi no. 348 - Jessica ... Jessica ....

Lugu, polos, ceria, serta tentu saja banyak yang suka
Wajah Jessica hampir sebulan tak henti ada di media.
Topik masalahnya? Apalagi kalau bukannya si Mirna?
Wanita yang juga jelita, dari Bali, ia telah berkeluarga,
Yang meregang nyawa setelah minum kopi bersianida.
Kopi Vietnam yang seharusnya hanya krim serta gula,
Tambah racikan ala Vietnam yang tentu tanpa sianida,
Dianggap menjadi sebab Wayan Mirna tidak berdaya,
Lalu ia meregang nyawa, lalu mulutnya berbusa-busa,
Lalu nyawanya tak tertolong lagi, lalu Jessica dicuriga
Karena memang dia yang pesan kopi untuk temannya.
Lalu Jessica diperiksa sebagai saksi, muncul di media,
Diperiksa, didampingi pengacara yang juga sepupunya,
Muncul lagi di media, kembali diperiksa, berputar roda,
Roda yang buat orang geram, tidak percaya serta iba.
Bagaimana bisa kata mereka, wanita polos lugu ceria
Seperti Jessica tega menghabisi wanita jelita si Mirna?
Dimana dia beli sianida, bagaimana memasukkannya,
Lalu apa motifnya, juga yang gawat kok bisa berdusta
Dengan rona wajah, sinar mata bak anak-anak balita?
Jika bukan dia lalu siapa, dan juga apa benar sianida?
Jangan-jangan ada sebab lainnya, tapi karena segera
Harus ada tersangkanya, lalu polisi ambil mudahnya?
Tangkap saja Jessica, arahkan semua bukti padanya,
Jika nanti terbukti tak salah, kan sudah teramat biasa,
Paling-paling hanya menambah panjang daftar petaka,
Kala polisi salah, jaksa keliru, para hakim ya sama saja
Dan orang-orang tidak berdosa dipaksa masuk penjara.
Tetapi jika salah bukankah semua kredit pujian utama
Jatuh juga di pundak polda yang sigap gegap gempita
Menyerbu hotel, ketok kamar, geledah tas, dan Jessica
Ditangkap, dibawa ke polda, 24 jam ia disana diperiksa
Sebelum akhirnya resmilah ditahan sebagai tersangka.

Polda Metro sigap dan profesional, sesuai hukum acara,
Amankan tersangka, dan tepuk tangan pun membahana.
Ini bagi mereka yang tidak rajin nonton TV simak media.
Tetapi bagi pemirsa media, ini komedi norak tanpa tawa.
Jessica itu jika diperiksa ya pasti datang sambil tertawa,
Jadi untuk apa harus ditangkap segala ... norak ini gaya.
Kontak Jessica punya pengacara, lalu minta ia ke polda,
Pasti keduanya datang dengan gembira, lalu tahan dia,
Jika memang sudah jadi tersangka, kok ya pakai drama
Menangkap di hotel segala, seperti ini gadis murah tawa
Melarikan diri, bersembunyi dan menyulitkan ini perkara.
He ... he ... he ... padahal yang seperti itu benar tak ada.
Yang ada adalah kerjasama penuh canda riang gembira.
Polda ... polda ... ente memang masih suka pamer kuasa
Walau tak ada hukum acara dinista tapi ente punya gaya
Benar-benar membuat orang sakit perut karena tertawa.
Skor dua kosong bagi Jessica andai benar ia sirna Mirna
Karena tingkah norak dan kocak penyidik polda ibukota.

Mirna sudah tiada, Jessica jadi tersangka ditahan polda
Tetapi bagaimana dengan misteri kopi 15 gram sianida?
Juga CCTV yang konon tak mau dibuka karena rahasia?
Yah, mana ada rahasia segala, pasti amat lemah isinya.
Untuk yang suka pamer gaya plus mau pujian targetnya
Jika itu kuat sudah pasti dibuka dan dipamerkan segera.
Rasa curiga serta wasangka tentu terarah pada Jessica
Tapi karena sulit diterangkan bagaimana pelaku sianida
Masukkan ke cangkir kopi, itu jika  sianidanya dari sana,
Tingkah norak polda tanpa sadar banyak nian babaknya.
Belum lagi beli dari mana, apa motifnya, apa metodenya,
Dan sejumlah pertanyaan yang belum ada jawabannya,
Membuat kelemahan ini haruslah ditutup dengan gaya.
Norak konyol tidak apa, yang penting hasil kerjanya ada.
He ... he ... he ... gaya beginilah yang sebabkan perkara
Dicipta oleh penyidik, jaksa serta hakim bersama-sama.
Akibatnya? Daftar panjang salah tangkap. salah pidana
Menghias neraca hukum mata dewi tanpa ada solusinya.
Ada yang setelah bertahun-tahun mendekam di penjara,
Lalu terbukti tidak salah, tetapi hakim, polisi, serta jaksa
Ikut solider bersama-sama sandang gelar tak salah juga.
Narapidana sial tidak berdaya memang bebas merdeka
Tapi hakim, polisi, dan jaksa yang harus ganti di penjara
Eh malah menari dan berdansa, nikmati fasilitas negara.
Ingin tahu penyebabnya? Karena belum ada aturannya.
Kurang ajar benar, bagaimana bisa segala tindak pidana
Ada aturannya, eh salah memenjarakan orang biasa saja.

Jessica sekarang telah tersangka, praperadilan pasti ada.
Hasilnya memang belum ada tetapi pertanyaan awalnya,
Apakah wanita ini bodoh luar biasa atau cerdas istimewa,
Atau barangkali abnormal anomali pikiran, hati serta jiwa,
Atau mungkinkah dia ini pemain watak drama kelas dunia,
Belum terbuka karena bias media merasuk berlama-lama.
Senyum menawan, mata terang berbinar-binar ria jenaka,
Bicara ceplas-ceplos, bukan kesan peracun maut sianida.
Kesannya dia kawan setia, yang heran dan tidak percaya
Bagaimana kawannya tiba-tiba mereguk banyak sianida?
Bukankah dia yang pesan kopinya, lalu bagaimana bisa?
Jika tak ada dusta, memang masih gelap misteri rahasia.
Jika ada sejuta dusta, juga gelap misteri dan rahasianya.
Dan penyidik polda tampaknya juga tak berdaya hingga,
Drama penangkapan norak diperlukan guna jubah ekstra
Dengan harapan, setelah berlama-lama tahan ini wanita
Banyak potongan yang gelap misteri tanpa sinar cahaya
Terkuak dengan sendirinya, lalu seperti sulapan layaknya
Peristiwa Mirna, sianida, dan Jessica menjadi bintang jasa.

Peradaban dan kuasa walau berjalan di jalan yang sama,
Tapi tak jarang saling sikut karena sifat rakus tamak loba.
Rakus pujian, tamak kesuksesan, loba pujian serta jasa.
Semoga kebenaran menjadi landasan keadilan semesta,
Karena inilah yang menjadi landasan peradaban manusia.

Tri Budhi Sastrio -- Essi 348 -- SDA31012016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun